Jika dulu fatwa resolusi jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari dimaksudkan untuk melawan kolonialisme dan penjajahan, jihad hari ini untuk bersatu menanggulangi pandemi Covid-19.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peringatan Hari Santri tahun ini menjadi momentum untuk kian menguatkan diri dan jaringan untuk bersama-sama menghadapi dampak pandemi Covid-19. Jika dulu fatwa resolusi jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari dimaksudkan untuk melawan kolonialisme dan penjajahan, jihad hari ini adalah bersatu menanggulangi wabah agar semua warga bangsa diberi keselamatan dan kesehatan.
Peringatan Hari Santri kali ini mengambil tema ”Santri Sehat, Indonesia Kuat”. Tema itu dipilih untuk menunjukkan visi jaringan kalangan santri yang bersama-sama menanggulangi persoalan bangsa saat ini, termasuk pandemi.
Di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), puncak peringatan Hari Santri 2020 akan diisi dengan pembacaan shalawat nariyah, shalawat thibbil qulub, dan doa tolak bala yang dilakukan serentak oleh nahdliyin, Kamis (22/10/2020), pukul 19.30.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini, Kamis, mengatakan, Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober merupakan momentum bersejarah, tidak hanya bagi NU, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Sebab, pada tanggal itulah KH Hasyim Asy’ari mengikrarkan resolusi jihad sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme.
”Sebagai kaum santri, kita harus terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan terus meningkatkan kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran rakyat Indonesia. Ini menjadi momentum untuk hikmat pada rakyat, bangsa, dan umat dunia,” katanya.
Helmy pun mengingatkan ajaran KH Hasyim Asy’ari, hubbul wathan minal iman, yang artinya cinta Tanah Air adalah bagian dari iman. Berpegangan pada ajaran itu, selaku santri, selain menjalankan perintah agama, santri juga memiliki tugas selaku warga negara untuk terus menjaga kedaulatan dan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tugas itu dilakukan dalam berbagai bentuk dan implementasi, termasuk dengan menanggulangi wabah Covid-19.
”Santri hari ini dan santri di masa yang akan datang harus mampu menjawab tantangan zaman. Santri tidak hanya mampu mengaji, tetapi juga dituntut untuk mampu menguasai berbagai bidang strategis, produktif, dan progresif dalam berbagai hal, serta mampu menampilkan model kepemimpinan nasional yang mengedepankan kepentingan bangsa,” katanya.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, santri merupakan komunitas yang menentukan masa depan bangsa.
Sejak zaman kemerdekaan, para santri berperan dalam merebut dan menjaga kemerdekaan Indonesia. Seiring waktu, terutama karena faktor pendidikan, para santri tidak hanya mahir dalam ilmu agama, tetapi juga tampil menjadi pejabat publik di lembaga negara, partai politik, dan sebagainya.
”Tema Hari Santri tahun ini sangat tepat dengan kondisi bangsa. Tema ’Santri Sehat, Indonesia Kuat’ memiliki dua makna. Pertama, mengajak para santri untuk senantiasa hidup sehat dan menjadikan pesantren sebagai lingkungan yang sehat. Kedua, para santri dituntut lebih berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Mu’ti juga mengingatkan, santri hendaknya tidak menjadi komunitas yang eksklusif dalam lingkup organisasi Islam tertentu. Santri idealnya bersifat dan bersikap inklusif, lintas organisasi dan golongan.
Kuatkan gotong royong
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani, dalam keterangannya mengatakan, peringatan Hari Santri menjadi momentum untuk terus menjaga persatuan dan menguatkan gotong royong dalam menghadapi berbagai tantangan saat ini dan masa depan.
”Semoga keteladanan para santri dan jihad cinta Tanah Air menjadi semangat yang menyalakan cita-cita kita untuk terus gotong royong membangun Indonesia,” kata Puan.
Puan mengatakan, Hari Santri Nasional yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 didasari pada fatwa resolusi jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Resolusi Jihad adalah fatwa yang dicetuskan KH Hasyim Asy’ari bersama kiai-kiai lainnya untuk merespons pertanyaan Presiden Soekarno mengenai hukum membela Tanah Air.
”Semangat ini harus kita kuatkan kembali, yakni kebersamaan menghadapi pandemi Covid-19,” ujar Puan.
Puan mengatakan, DPR memberikan perhatian terhadap jalannya pendidikan di pesantren, salah satunya melalui Undang-Undang Pesantren. Pemerintah didorong segera menerbitkan aturan turunan UU tersebut.
Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU Marzuki Wahid mengatakan, menjaga keselamatan jiwa atau nyawa adalah salah satu tujuan aturan agama (syariah). Oleh karenanya, menjaga keselamatan dari pandemi Covid-19 menjadi kewajiban utama santri.
”Santri di berbagai daerah mendukung apa yang diperintahkan, yakni untuk menjaga bangsa ini dari Covid-19. Santri, misalnya, ikut serta membagikan masker, mengampanyekan hidup dengan mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Kita sendiri selaku santri juga melindungi diri dan keluarga, serta masyarakat dengan berbagai cara supaya wabah ini tidak menjadi petaka bagi bangsa,” kata Marzuki.
Santri juga merupakan salah satu kalangan yang terdampak pandemi karena selain menyerang kesehatan, dampak pandemi lainnya yang dirasakan ialah melemahnya ekonomi. ”Ekonomi santri tentu tidak seluas dan sebebas dulu karena ada limitasi-limitasi yang terjadi. Sebagian pesantren juga terpengaruh pandemi,” katanya.
Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Muhammad Abdullah Darraz mengatakan, santri memiliki kekuatan dalam merespons berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa. Selain memiliki pengetahuan agama, para santri juga memiliki bekal moral atau akhlak yang tinggi.
”Di pesantren, kita selalu diajari mantiq atau ilmu logika. Oleh karena itu, ketika menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, santri harus meluruskan. Namun, modal lainnya, yakni moral atau akhlak, juga dikedepankan sehingga cara penyampaian kritik itu santun dan tidak menggunakan kekerasan,” ujarnya.
Selain menghadapi pandemi, menurut Darraz, para santri tetap memiliki peranan penting dalam menjaga kemajemukan Indonesia dalam situasi apa pun.