BMKG menyampaikan, dampak La Nina diperkirakan mulai dirasakan di hampir seluruh wilayah Indonesia pada Oktober-November ini. La Nina berpotensi menciptakan bencana alam seperti banjir dan longsor.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fenomena La Nina yang diprediksikan terjadi mulai akhir 2020 hingga awal 2021 di Samudra Pasifik akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan antara 20 persen hingga 40 persen di atas normal. Karena itulah, Presiden Joko Widodo meminta semua kementerian/lembaga serta pemerintah daerah bersiap mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi beserta dampaknya di berbagai sektor.
Permintaan itu disampaikan Presiden Jokowi dalam rapat terbatas virtual membahas antisipasi bencana hidrometeorologi, Selasa (13/10/2020).
”Saya ingin agar kita semuanya menyiapkan diri mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi,” kata Presiden yang memimpin ratas dari Istana Merdeka, Jakarta.
Dalam rapat yang juga diikuti oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin serta para menteri dan kepala lembaga itu, Presiden menyampaikan bahwa peningkatan curah hujan bulanan 20-40 persen dari rata-rata normal tergolong tinggi. Para menteri dan kepala lembaga pun diminta untuk segera menghitung dampak yang mungkin ditimbulkan, terutama di sektor pertanian, perikanan, dan perhubungan.
”Dampak dari La Nina ini terhadap produksi pertanian agar betul-betul dihitung, kemudian dampak terhadap sektor perikanan, dan juga sektor perhubungan,” tutur Presiden.
Tak hanya itu, Presiden pun meminta informasi mengenai perkembangan cuaca disebarluaskan secara cepat kepada seluruh provinsi serta kabupaten/kota. Dengan begitu, pemerintah daerah mengetahui prakiraan cuaca dan segera menyiapkan langkah-langkah pencegahan untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
Dalam jumpa wartawan virtual seusai ratas, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan, berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), multibencana, seperti hujan deras, banjir dan longsor, berpotensi terjadi pada enam bulan ke depan sebagai imbas dari La Nina.
Oleh sebab itu, Presiden mengingatkan semua instansi pemerintah pusat dan daerah untuk menjadikan laporan BMKG sebagai landasan bekerja dalam upaya mitigasi bencana. Mitigasi harus dipersiapkan sejak awal untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Apalagi saat ini pandemi Covid-19 belum sepenuhnya terkendali.
”Saya berikan contoh, sekarang ini diramalkan juga mulai Oktober akan banyak hujan deras dan itu juga rawan terjadi longsor, mungkin juga ada tsunami, gempa bumi. Nah, itu, kan berpengaruh pada Covid-19 karena terkait dengan pengungsian bagaimana dan sebagainya," kata Luhut.
Menteri Sosial Juliari Batubara menambahkan, stok logistik untuk penanganan bencana relatif aman. Bantuan untuk kebutuhan dasar masyarakat pada masa tanggap darurat bencana sudah disiapkan dan tinggal didistribusikan saat dibutuhkan.
Kementerian Sosial juga mempersiapkan berbagai langkah antisipasi agar bencana tidak menjadi kluster baru penularan Covid-19. ”Untuk pengungsian dengan tenda, misalnya, tentu jumlahnya akan kami kurangi, tidak sama dengan saat kondiri normal. Seluruh pengungsi juga akan kami berikan masker dan peralatan perlindungan dari penularan Covid-19,” kata Juliari.
Di luar kewajaran
Kepala BMKG Dwi Korita memaparkan, dampak La Nina diperkirakan mulai dirasakan di hampir seluruh wilayah Indonesia pada Oktober-November ini. ”Diprediksikan Oktober-November seluruh wilayah Indonesia terdampak La Nina, kecuali Sumatera,” kata Dwi Korita.
Meski tak terdampak La Nina, saat ini curah hujan di sejumlah wilayah Sumatera sudah mengalami peningkatan hingga di atas normal. Curah hujan tinggi di antaranya terjadi di Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau, serta sebagian Bengkulu dan Aceh.
Hujan dengan intensitas tinggi hingga sangat tinggi juga terpantau terjadi di Sulawesi dan Jawa Barat. Daerah-daerah lain di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan dan tengah, Kalimantan Tengah, Kepulauan Maluku, dan Papua bagian barat juga akan mengalami curah hujan yang sangat tinggi karena fenomena La Nina.