Wilayah Bebas Covid-19 Kian Berkurang
Pemetaan zona risiko Covid-19 yang dilakukan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 27 September menunjukkan jumlah daerah yang tidak terdampak kasus Covid-19 saat ini tinggal 16 kabupaten/kota.
JAKARTA, KOMPAS — Penyebaran Covid-19 di Indonesia semakin merata. Jumlah kabupaten/kota yang bebas dari kasus Covid-19 terus berkurang. Sebaliknya, penambahan kasus terus meningkat.
Pemetaan zona risiko Covid-19 yang dilakukan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 27 September menunjukkan jumlah kabupaten/kota yang tidak terdampak kasus Covid-19 saat ini tinggal 16 kabupaten/kota.
Penurunan jumlah kabupaten/kota yang bebas Covid-19 ini relatif cepat. Pada Mei 2020 masih 102 kabupaten/kota yang bebas Covid-19. Jumlah ini berkurang menjadi 30 pada 25 Agustus 2020 dan menjadi 20 pada Selasa (22/9/2020).
Penyebaran Covid-19 yang terus meluas ini diperkuat dengan peningkatan jumlah daerah yang masuk zona risiko tinggi atau zona merah. Pekan ini, terdapat 62 kabupaten/kota di zona merah, bertambah dari 58 kabupaten/kota di minggu lalu.
”Ini adalah peringatan bagi kita semua agar kita bisa menekan angka penularan. Sebab, banyak daerah meningkat dari zona risiko sedang menjadi risiko tinggi,” tutur Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers yang disampaikan secara daring dari Kantor Presiden, Selasa (29/9/2020).
Baca juga: Vaksin Perlu, tetapi Tes dan Pelacakan Harus Prioritas
Penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia juga terus meningkat. Selasa (29/9/2020), kasus positif Covid-19 bertambah 4.002 sehingga secara kumulatif jumlah kasus di Indonesia menjadi 282.724.
Secara persentase, jumlah kasus aktif pada Selasa ini di Indonesia sebanyak 61.686 atau 21,8 persen dari jumlah kumulatif. Kasus aktif dunia saat ini 22,8 persen. Pasien sembuh juga sudah mencapai 210.437 sehingga tingkat kesembuhan di Indonesia 74,4 persen. Adapun rata-rata tingkat kesembuhan dunia adalah 74,14 persen.
Untuk tingkat kematian di Indonesia, saat ini masih 3,7 persen dengan jumlah kumulatif pasien meninggal akibat Covid-19 mencapai 10.601. Rata-rata tingkat kematian secara global 2,99 persen.
Pekan ini, lima provinsi yang mengalami kenaikan kasus positif tertinggi adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah (Jateng).
Adapun lima provinsi dengan angka kematian tertinggi adalah Jateng, DKI Jakarta, Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Sebanyak 20 kabupaten/kota juga masih memiliki angka kematian di atas 100 orang. Daerah-daerah tersebut adalah Kota Surabaya, Kota Semarang, Jakarta Pusat, Sidoarjo, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Kota Makassar, Jakarta Selatan, Kota Medan, Gresik, Jakarta Utara, Kota Palembang, Kota Balikpapan, Kota Malang, Banjarmasin, Demak, Pasuruan, Kota Manado, Kota Mataram, dan Kudus
”Mohon pemerintah daerah dan pimpinannya memperhatikan kasus-kasus dengan skala sedang dan berat. Untuk masyarakat, jika mengalami gejala Covid-19, segera ke dokter supaya bisa ditangani sebelum parah,” tutur Wiku.
Penanganan dini sesungguhnya menentukan kesembuhan pasien. Karenanya, menemukan pasien Covid-19 secepatnya melalui pelacakan yang intensif dan pemeriksaan yang masif menjadi sangat penting.
Apalagi, menurut Wiku, kendati terdapat penambahan jumlah pasien Covid-19, yang sembuh sebesar 15,1 persen, tingkat kesembuhan pekan ini menurun ketimbang pekan lalu. Minggu lalu, tingkat kesembuhan mencapai 35,8 persen, tetapi pekan ini hanya 25,99 persen.
Wiku juga mengakui, kendati berupaya melakukan pemeriksaan secara masif, Indonesia belum mencapai jumlah pemeriksaan seperti standar yang direkomendasikan WHO.
Salah satu kendala yang dialami saat ini adalah pelacakan. Menurut Wiku, banyak resistensi di masyarakat akibat adanya stigma bahwa penderita Covid-19 harus dihindari. Selain itu, banyaknya berita bohong menghilangkan kepercayaan masyarakat.
”Kami imbau, keterbukaan kita semua sangat menentukan dalam melakukan tracing,” ujar Wiku.
Dalam survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 90.967 orang sepanjang 7-14 September, sebanyak 17 persen responden merasa tidak mungkin tertular Covid-19. Persepsi ini disayangkan. Wiku menegaskan, tidak ada orang yang kebal terhadap Covid-19.
”Covid-19 ini tidak kenal tua, muda, kaya, miskin. Siapa pun bisa tertular. Tidak ada yang kebal. Jangan berpikir karena rajin olahraga dan diam di rumah lalu tidak bisa tertular. Sebab, bisa saja kita terinfeksi dari orang yang kita temui,” tutur Wiku sembari mengingatkan supaya semua orang tetap melaksanakan 3M, memakai masker, menjaga jarak, serta sering mencuci tangan.
Secara terpisah, Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla di sela sela perayaan hari ulang tahun ke-75 PMI di Markas Pusat PMI, Kamis (17/9/2020), mengingatkan, hanya terdapat dua cara untuk mengatasi Covid-19, yakni menghindari infeksi virus korona baru ini dan mematikan virus.
Menghindari infeksi bisa dilakukan dengan 3M. Namun, masyarakat harus disiplin menjalaninya.
Adapun mematikan virus dilakukan dengan membersihkan semua sarana umum, rumah ibadah, dan rumah dengan desinfektan. PMI selama ini melakukan sterilisasi pada fasilitas umum dan rumah-rumah ibadah.
Namun, untuk melakukannya, setidaknya diperlukan biaya sekitar Rp 200 miliar sampai akhir 2020. Saat ini, baru terkumpul 50 persen dari kebutuhan tersebut. Karenanya, JK berharap para pengusaha membantu mensponsori.
Baca juga: Penyintas Cemaskan Dampak Kesehatan Setelah Pulih
Selain itu, lanjut JK, pelaksanaan PSBB hanya akan menampakkan hasil yang diharapkan apabila ada ketegasan dan sanksi dari pemerintah untuk mendisiplinkan masyarakat.
”PSBB itu sangat tergantung pada disiplin masyarakat dan kedisiplinan itu tergantung pada ketegasan dan sanksi dari pemerintah. Karena itu, pemerintah harus tegas dan menjatuhkan sanksi kepada siapa pun yang melanggar disipilin,” tuturnya.
Negara-negara yang berhasil menurunkan penyebaran Covid-19 pun umumnya negara-negara yang mampu membangun kedisiplinan. Hong Kong, Vietnam, dan Singapura yang relatif cepat dan baik dalam mengatasi penularan Covid-19 umumnya memiliki hal tersebut.