Penanganan anak berkebutuhan khusus pada masa pandemi Covid-19 tidak bisa berjalan optimal. Pelaksanaan terapi secara daring seperti halnya pembelajaran jarak jauh juga sulit dilakukan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Penanganan anak berkebutuhan khusus pada masa pandemi Covid-19 tidak bisa berjalan optimal. Berbagai terapi yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus harus terhenti. Pelaksanaan terapi secara daring seperti halnya pembelajaran jarak jauh juga sulit dilakukan.
Salah satu klinik tumbuh kembang anak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang selama ini memberikan layanan berbagai terapi tumbuh kembang anak meniadakan kegiatan terapi selama masa pandemi. Kegiatan terapi di klinik ditiadakan sejak Maret lalu ketika Pemerintah Kota Banjarmasin juga mulai meliburkan sekolah dari jenjang PAUD sampai SMP.
”Sudah enam bulan kegiatan terapi anak saya terhenti. Padahal, seharusnya ia mengikuti tiga jenis terapi, yaitu terapi perilaku, terapi wicara, dan terapi okupasi. Masing-masing terapi tersebut satu kali pertemuan dalam seminggu,” kata Maria (25), ibu dari seorang anak yang tergolong autis ringan, di Banjarmasin, Sabtu (12/9/2020).
Menurut Maria, pihak klinik tumbuh kembang anak menawarkan untuk mengikuti terapi secara daring (online). Namun, tawaran itu dia tolak lantaran terapi daring sulit diikuti anaknya yang mengalami gangguan konsentrasi. ”Dia ikut belajar dari sekolah lewat Google Meet saja susah, apalagi mau terapi. Percuma saja, tidak akan efektif,” ujarnya.
Kegiatan terapi tumbuh kembang anak bagaimanapun harus dilakukan secara langsung atau dengan tatap muka. Namun, pandemi Covid-19 membuat kegiatan itu belum memungkinkan untuk dilakukan. ”Kalau sudah memungkinkan, terapi anak tentu saja akan dilanjutkan. Terlalu lama berhenti tidak bagus juga buat perkembangannya,” katanya.
Pemimpin Pusat Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Yayasan Taman Mutiara Indonesia Slamet Purwanto menuturkan, kegiatan terapi pada ABK tidak bisa berjalan optimal selama masa pandemi. Semua orang khawatir dengan penyebaran Covid-19 sehingga lebih memilih tetap berada di rumah dan menghindari kontak langsung dengan orang lain.
”Meskipun klinik kami tidak pernah tutup total selama ini, yang datang terapi ataupun konsultasi masih sedikit,” ujar Slamet saat dihubungi dari Banjarmasin, Sabtu.
Pusat Layanan ABK Yayasan Taman Mutiara Indonesia berada di Tanjung, Kabupaten Tabalong, yang berjarak 232 kilometer dari Banjarmasin. Pada Maret-Mei, menurut Slamet, anak-anak yang datang ke klinik untuk mengikuti terapi tidak sampai 30 persen dari sekitar 70 ABK yang mengikuti terapi selama ini.
Namun, ketika Pemkab Tabalong mulai menerapkan normal baru pada Juni lalu, anak yang datang kembali untuk mengikuti terapi terus bertambah. ”Kalau sekarang, yang datang terapi sudah 50-60 persen,” katanya.
Tatap muka
Slamet mengatakan, kegiatan terapi sebisa mungkin jangan sampai berhenti karena bisa menghambat perkembangan ABK. Jika terlalu lama berhenti terapi, proses terapinya yang sudah berjalan bisa jadi harus mengulang lagi dari awal.
”Satu-satunya jalan adalah dengan tetap membuka pelayanan. Terapi juga diupayakan harus tetap dijalankan dengan tatap muka. ABK dengan gangguan perilaku ataupun konsentrasi tidak mungkin mengikuti terapi secara virtual,” katanya.
Jika terlalu lama berhenti terapi, proses terapinya yang sudah berjalan bisa jadi harus mengulang lagi dari awal.
Untuk menjamin keselamatan anak-anak yang mengikuti terapi, Klinik Taman Mutiara lebih meningkatkan standar protokol pencegahan Covid-19. Semua yang datang wajib pakai masker, cuci tangan, dan diperiksa suhu tubuhnya. ”Bagi siapa saja yang bersuhu 37 derajat celsius atau lebih dan ada gejala batuk pilek tidak diperkenankan masuk,” ujarnya.
Meskipun klinik sudah membuka layanan dengan menerapkan standar protokol pencegahan Covid-19 secara ketat, menurut Slamet, sebagian orangtua tetap belum mengizinkan anaknya kembali masuk terapi. ”Kami sudah berupaya agar terapi anak-anak tidak terlalu lama terhenti. Namun, pilihan tetap kembali pada orangtua masing-masing,” katanya.