Analisis Bioekonomi di Laut Aru dan Arafuru Tunjukkan Perlunya Pengaturan Waktu Tangkap Udang
Penangkapan di bulan September-Oktober akan didapatkan udang berukuran besar, Juli-Agustus berukuran sedang, dan pada Maret-April berukuran kecil. Lalu jeda penangkapan Desember-Februari bagi pemulihan populasinya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Analisis bioekonomi di Wilayah Pengelolaan Perikanan atau WPP 718 di Laut Aru dan Arafura menghasilkan permodelan yang menunjukkan puncak penangkapan udang dengan ukuran besar berbobot lebih dari 56 gram dapat dilakukan di bulan September-Oktober. Bila penangkapan dilakukan pada Juli-Agustus akan didapatkan udang dengan ukuran sedang dan pada Maret-April berukuran kecil.
Riset itu pun menyarankan agar dalam masa satu tahun harus dilakukan jeda penangkapan pada Desember-Februari untuk memberikan kesempatan bagi udang untuk memulihkan populasi. Dari sisi penangkapan, udang dapat ditangkap dengan optimal bila izin pengoperasian dibatasi 50 hingga 70 kapal.
Analisis bioekonomi yang merupakan pengelolaan sumber daya hayati dengan memasukkan konsep ekonomi dapat menjadi dasar bagi pengelolaan perikanan berkelanjutan berbasis sains. Bioekonomi tidak hanya fokus untuk menghasilkan keuntungan yang optimal, tetapi juga memperhatikan keberlangsungan sumber daya perikanan.
Hal tersebut disampaikan Guru besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB University Akhmad Fauzi dalam “Workshop Hasil Kajian Bioekonomi Perikanan Udang di WPP 718”, yang diselenggarakan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Kamis (10/9/2020).
Fauzi memaparkan, analisis bioekonomi sangat vital dalam karena dalam produksi perikanan terjadi umpan balik antara manusia dengan alam mulai dari proses penangkapan hingga hasil yang diperoleh. Analisis ini juga telah digunakan dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan di negara-negara maju maupun berkembang.
“Analisis bioekonomi memperhatikan aspek dinamika sumber daya alam terutama populasi, biologi, ekonomi, dan juga pelaku perikanan itu sendiri serta pemerintah sebagai pengelola. Analisis akan menghasilkan alokasi optimal bukan hanya dalam konteks jumlahnya tetapi juga adil dan berkelanjutan terkait sumber daya ikannya,” ujarnya.
Bersama dengan pakar ekonomi lingkungan dan sumber daya alam dari University of Rhode Island, Jon Sutinen, Fauzi telah melakukan penelitian bioekonomi perikanan udang di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 718 dengan lingkup perairan Laut Aru dan Laut Arafura.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mendapatkan model pengelolaan stok perikanan udang secara efisien dan berkelanjutan untuk kegiatan penangkapan jangka panjang. Tujuan lainnya yaitu untuk mencari tarif terbaik per unit usaha sebagai biaya kompensasi atas kegiatan ekstraksi sumber daya alam sehingga dapat mengurangi persaingan antara nelayan.
Analisis bioekonomi udang di WPP 718 dilakukan melalui sejumlah tahapan. Tahapan pertama yang dilakukan yaitu meninjau kondisi perikanan udang di Arafura saat ini dan kondisi masa lalu dalam kebijakan yang berbeda. Setelah itu, dilakukan analisis data time series menggunakan perangkat lunak dan algoritma khusus untuk menentukan parameter biofisik kebutuhan model bioekonomi.
“Kemudian kami lakukan pendekatan dengan simulasi numerik dengan Vensim dan sensitivitas analisis sehingga menghasilkan rekomendasi kebijakan. Dalam analisis simulasi ini banyak parameter biologi yang harus dilakukan berbagai macam pencocokan karena kami kalibrasi dengan kondisi perikanan di tempat lain,” ucap Fauzi.
Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Sri Yanti mengatakan, hasil studi bioekonomi tersebut dan rekomendasinya akan ditindaklanjuti pemerintah dengan melakukan pengolahan data, analisis, dan evaluasi. Rekomendasi kebijakan ditargetkan selesai pada kuartal pertama tahun 2021.
Ia mengungkapkan bahwa masa pandemi saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan analisis bioekonomi dan menyusun program pembangunan karena aktivitas penangkapan ikan cenderung menurun. Ke depan, analisis bioekonomi diharapkan tidak hanya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan udang di WPP 718, tetapi untuk jenis perikanan lainnya di WPP yang berbeda.