Pendidikan Harus Buat Mahasiswa Berpikir Kreatif Ciptakan Solusi
Pandemi Covid-19 mempercepat proses digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan itu harus diantisipasi oleh dunia pendidikan dengan menyiapkan generasi yang kreatif pencipta teknologi untuk atasi masalah.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Situasi yang sulit karena pandemik Covid-19 mempercepat digitalisasi semua aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, perekonomian, sampai ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dunia pendidikan tinggi harus mempersiapkan para mahasiswa untuk menjadi generasi kreatif yang mampu menciptakan teknologi untuk mengatasi berbagai masalah dan menjadi sukses dalam revolusi industri 4.0, yang didominasi aspek digital
”Saya berharap perguruan tinggi membekali anak didik untuk menghadapi situasi yang makin lama makin sulit. Pandemi ini memaksa perguruan tinggi untuk menciptakan kurikulum yang membuat mahasiswa mampu berpikir kreatif dalam menciptakan solusi. Masa depan bangsa sangat bergantung pada hasil pendidikan kita,” kata Enggartiasto Lukita, Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI), dalam webinar bertajuk ”Pendidikan Tinggi dan Iptek: Membangun Kemandirian dan Daya Saing Bangsa”, Sabtu (20/6/2020).
Hadir sebagai narasumber di webinar ini Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Solehuddin; Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam; Rektor Universitas Airlangga, Surabaya, Mohammad Nasih; Direktur Pendidikan dan Agama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Amich Alhumami; dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington DC Popy Rufaidah.
Menurut mantan Menteri Perdagangan itu, pandemi telah mengubah wajah dunia. Di hampir semua lini, keadaan tidak lagi sama dengan sebelumnya. Kondisi yang berubah mendatangkan masalah-masalah baru yang tidak bisa dijawab dengan pendekatan dan cara lama. Pendekatan baru, yang lahir dari kreativitas dan inovasi, harus muncul dari lembaga pendidikan.
”Sebelum pandemi, kita semua disibukkan dengan satu kondisi bagaimana mengikuti revolusi industri 4.0. Sekarang sebagai dampak dari pandemi, kita melakukan percepatan digitialisasi di semua aspek. Saya ingin mengajak tidak hanya bicara teknologi semata, tetapi juga menjadikan teknologi itu sendiri sebagai mindset,” kata Enggar, dalam siaran pers.
Menurut Enggar, sejauh ini perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lain di Indonesia cukup baik dalam beradaptasi dengan pandemi. Hampir semua sekolah melakukan proses belajar-mengajar secara daring. Di tingkat perguruan tinggi lebih membanggakan lagi, yaitu lahirnya sejumlah inovasi berupa alat-alat kesehatan seperti alat tes cepat dan ventilator, yang diproduksi oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan industri.
Kerja sama itu nantinya tidak sebatas menciptakan produk, tetapi juga saling mengisi dalam penciptaan sumber daya manusia yang unggul. Perguruan tinggi mengisi sumber daya dan ilmu pengetahuan, yang dibutuhkan dalam industri. Industri menyerap tenaga kerja dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam mengatakan, perguruan tinggi di Indonesia ternyata bisa berinovasi dan menciptakan berbagai alat kesehatan untuk mengatasi wabah Covid-19. Di Jawa Barat, contohnya, sejumlah perguruan tinggi ikut menciptakan alat tes cepat Covid-19, alat pelindung diri, dan ventilator, yang sama kualitasnya dan bahkan lebih baik dibandingkan dengan produk impor yang berharga mahal. Alat tes cepat itu sudah diproduksi sampai 100.000 unit dan mulai dipakai oleh rumah sakit di Indonesia.
”Kami kawal bersama dengan teman-teman di industri. Ini salah satu perpaduan yang luar biasa, yang dipicu oleh virus korona. Ini menunjukkan bahwa teknologi Merah Putih bisa kita andalkan. Ke depan harus bisa lebih kita majukan ke industri, dengan mata airnya adalah perguruan tinggi,” kata Nizam.