Di luar negeri, kesempatan magang mahasiswa terbuka luas. Mahasiswa diberi kebebasan memilih lokasi magang, bahkan di luar negara tempat kampus ini berada. Kerja sama antara kampus dan dunia usaha sudah terjalin erat.
Oleh
Agnes Rita Sulistyawaty
·3 menit baca
Kedekatan antara dunia usaha dan institusi pendidikan telah lama dijalin di mancanegara. Langkah ini membuat peserta didik menjadi akrab dengan suasana kerja sehingga siap menghadapi masa kerja kelak.
Adapun Indonesia tengah memodifikasi pola hubungan antara dunia usaha dan institusi pendidikan. Kebijakan Kampus Merdeka dikeluarkan Mendikbud Nadiem Makarim awal tahun ini. Intinya adalah agar proses perkuliahan tidak hanya dihitung dari jumlah pertemuan di ruang kelas. Kegiatan mahasiswa di laboratorium, mengerjakan proyek, magang, dan berbagai aktivitas di luar kampus yang menunjang peningkatan kompetensinya turut dilihat sebagai bagian dari kuliah.
Agrippina Brescia, mahasiswa asal Indonesia yang kini mengambil gelar pascasarjana bidang kuliner di Perancis, mengatakan, kesempatan magang di restoran atau hotel dibuka lebar oleh pihak sekolah sehingga mahasiswa dipastikan mendapatkan tempat magang. Pihak sekolah umumnya sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan untuk menerima mahasiswa magang.
”Ini aku alami sejak aku sekolah di Inggris, Swiss, dan sekarang di Perancis. Semua sekolah memberikan waktu belajar 6 bulan, dilanjutkan magang 6 bulan, lalu sekolah lagi 6 bulan, magang lagi 6 bulan, dan begitu seterusnya,” kata Bebe, sapaan akrab Agrippina Brescia.
Saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (11/2/2020), Bebe tengah berada di Spanyol. Ia baru dua pekan di sana untuk magang di sebuah restoran selama 6 bulan. Di restoran itu, dia mendapatkan kesempatan mengasah keterampilan cetak 3 dimensi (3D printing) untuk makanan. ”Magang itu penting banget buat saya karena saat maganglah kami bisa tahu lapangan seperti apa,” ucapnya.
Mahasiswa juga diberi keleluasaan menyesuaikan waktu magang. Apabila waktu magang dirasakan kurang, mahasiswa bisa mengajukan waktu magang menjadi 12 bulan dan 12 bulan berikutnya untuk belajar.
Lokasi magang tidak terbatas di satu negara, tetapi bisa mengambil lintas negara, seperti yang dilakukan Bebe saat ini.
Perusahaan, kata Bebe, juga diharuskan membayar mahasiswa magang sebesar upah minimum bagi pekerja yang berlaku di negara itu. Adapun mahasiswa juga diharuskan bekerja selama 35 jam seminggu, seperti halnya pekerja lain. Pihak perusahaan juga memberi penilaian secara mendetail tentang kinerja mahasiswa yang magang di perusahaan mereka. Penilaian itu diserahkan kepada pihak kampus.
Bebe menambahkan, perusahaan juga diberi insentif dari pemerintah karena menerima mahasiswa magang. Insentif itu antara lain berupa pengurangan pajak.
Perusahaan juga diberi insentif dari pemerintah karena menerima mahasiswa magang. Insentif itu antara lain berupa pengurangan pajak.
Di India
Dini Siregar, warga Indonesia yang bermukim di India, mengatakan, magang juga diwajibkan di sekolah-sekolah India. ”Biasanya, magang dilakukan selama enam bulan,” kata Dini yang menyelesaikan pendidikan S-1, S-2, dan S-3 di negara berpenduduk terbanyak kedua di dunia itu.
Pihak sekolah biasanya menghubungkan mahasiswa dengan perusahaan yang menerima peserta magang. Apabila mahasiswa ingin magang di luar India, biasanya sekolah menyediakan informasinya tetapi mahasiswa harus mengurus sendiri proses magang ini.
Sebagian perusahaan, kata Dini, memberikan imbalan uang bagi peserta magang, tetapi ada juga yang tidak. Di India, umumnya peserta magang hanya menerima peserta magang paruh waktu.