Homili misa malam Natal memberikan pesan bagi umat Katolik untuk menyambut kedatangan Kristus dengan hati terbuka. Umat pun agar menjadi sahabat bagi semua orang.
Oleh
Stefanus Ato
·3 menit baca
Kompas/Priyombodo
Pelaksanaan misa malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/2019). Pelaksanaan misa malam Natal di gereja tersebut berlangsung aman dan khidmat.
JAKARTA, KOMPAS — Misa malam Natal di Gereja Katedral Jakarta, Selasa (24/12/2019), berlangsung khidmat. Umat Katolik diminta menyambut kedatangan Kristus dengan hati terbuka dan belajar untuk menjadi sahabat bagi semua orang.
Misa pertama perayaan malam Natal di Gereja Katedral dimulai pukul 16.30. Misa dipimpin Romo Albertus Hani Rudi Hartoko SJ, didampingi Romo Joannes Maryana SJ, dan Romo Yosep Kristanto Pr.
Dalam homili Natal di hadapan ribuan umat Katolik, Romo Albertus menyampaikan perayaan Natal tak cukup disambut dengan sukacita. Sebab, meski Yesus lahir 1.000 kali di Betlehem, jika dia tidak lahir di hati umatnya, semua menjadi sia-sia.
”Di dalam Natal tahun ini kita belajar dan diajak untuk hidup sebagai sahabat bagi semua orang. Kita diajak untuk sungguh mengalami Natal,” katanya.
Kompas/Priyombodo
Seorang ayah mencium putrinya di sela-sela misa malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/2019). Pelaksanaan misa malam Natal di gereja tersebut berlangsung aman dan khidmat.
Albertus dalam khotbahnya sempat membacakan tiga sajak puisi karangan penyair Joko Pinurbo yang masing-masing berjudul ”Kamus Kecil”, ”Sajak Balsem untuk Gus Mus”, dan ”Pemeluk Agama”. Tiga syair puisi itu jenaka dan menggelitik.
Ia menambahkan, sumber dari segala kisah adalah kasih. Oleh karena itu, umat diminta membuka hatinya seluas cakrawala menerima kasih Tuhan. Hidup dalam kasih juga membuat setiap orang selalu diselimuti kebahagiaan.
”Bahagia itu sederhana. Biarkan Tuhan memeluk hatimu. Dan, kamu belajar memeluk orang di sekitarmu, jadi sahabat bagi semua orang, dan jadi sahabat bagi alam semesta,” ucapnya.
Mereka yang tak memiliki cinta kasih, atau tidak merasa dicintai, merupakan sumber penderitaan dan sumber kekerasan di dunia ini. Oleh karena itu, momentum Natal merupakan kesempatan bagi seluruh umat menerima pelukan kasih Tuhan dan belajar menjadi ramah bagi semua orang.
KOMPAS/STEFANUS ATO
Romo Albertus Hani Rudi Hartoko SJ
”Orang yang berlimpah kasih akan selalu bersama Tuhan. Dia tidak takut apa pun, selain takut kepada Tuhan. Salam Natal, damai di Bumi, damai di hati. Tuhan beserta kita,” tutup Albertus.
Sebelumnya, Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo, Senin (23/12/2019), mengatakan, pesan yang tersirat dalam tema Natal 2019 referensinya berasal dari Injil Yohanes, 15: 14-15. Ayat pertama pada intinya menyebutkan, kamu adalah sahabatku jika kamu melakukan segala perintahku. Perintah yang dimaksud sangat sederhana, yaitu saling mengasihi.
Suharyo menjelaskan, pesan dari surat gembala itu bertujuan untuk mengajak seluruh umat Kristiani mengasihi semua orang tanpa terkecuali. Namun, dalam pelaksanaannya, hal ini dinilai sulit karena kasih manusia merupakan kasih yang terbatas dan tak sempurna.
”Jika hanya kasih manusiawi yang menjadi acuan, pesan Natal agar hidup bagi sahabat untuk semua orang tak mungkin tercapai,” ujarnya.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta
Oleh karena itu, kehadiran Kristus ke bumi bertujuan agar menyempurnakan kasih manusia yang tak sempurna dengan kasih Yesus yang tak terbatas. Yesus mengasihi semua orang, baik itu musuhnya, orang yang berdosa, maupun orang-orang baik.
”Pesan Natal sebetulnya ajakan supaya manusia pengikut Yesus yang kasihnya terbatas hari demi hari bertumbuh. Hingga sampai pada suatu saat entah kapan bertumbuh terus menjadi makin serupa dengan Kristus yang lahir ke bumi,” ujarnya.