Indonesia Terus Ajak Seluruh Dunia Jalankan Aksi Nyata
Indonesia telah menyusun pedoman pelaksanaan Persetujuan Paris yang sudah disepakati pada COP 24 di Katowice, Polandia, 2018. Salah satu pihak yang rentan terhadap dampak perubahan iklim adalah petani di Indonesia.
Oleh
Hamzirwan Hamid
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia telah melakukan berbagai aksi nyata untuk mengendalikan perubahan iklim. Indonesia menyerukan seluruh dunia melakukan hal yang sama demi melindungi manusia dari dampak buruk perubahan iklim.
Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar menyatakan, salah satu pihak yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim adalah para petani di Indonesia. ”Jutaan petani akan menghadapi dampak perubahan iklim. Petani akan menghadapi masalah produksi jika perubahan iklim tidak diantisipasi,” kata Muhaimin saat memberikan sambutan pada Pembukaan Paviliun Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim COP UNFCCC ke-25, di Madrid, Spanyol, Rabu (4/12/2019) pagi waktu setempat.
Muhaimin menegaskan, DPR siap bekerja sama dengan pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat dalam mengarusutamakan pencegahan perubahan iklim dan membumikan praksis politik hijau (green politics) untuk kelestarian lingkungan. Muhaimin menyatakan, seluruh komponen bangsa, yaitu lembaga legislatif, baik di tingkat pusat maupun daerah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), para ahli dan pemerhati perubahan iklim, dunia usaha, media, serta masyarakat luas harus menyamakan persepsi dan mengambil langkah kolektif untuk bergerak bersama-sama.
”Aksi iklim adalah aksi kita semua,” ujar Muhaimin dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Konferensi Perubahan Iklim COP UNFCCC ke 25 menjadi ajang bertemunya para pemimpin dunia, parlemen, dunia usaha, dan aktivis lingkungan. Mereka berkolaborasi dalam membuat program-program rencana aksi dan implementasi kegiatan berkait pencegahan dampak perubahan iklim.
Peran Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong menyatakan, Indonesia telah menyusun pedoman pelaksanaan Persetujuan Paris yang sudah disepakati pada COP 24 di Katowice, Polandia, 2018. Pada saat bersamaan, Indonesia juga berupaya meningkatkan ambisi penurunan emisi, sebagaimana disuarakan banyak pihak untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata bumi di bawah 2 derajat celsius, atau bahkan menjaganya tidak lebih dari 1,5 derajat celsius.
Alue Dohong menjelaskan, negosiator Indonesia yang dipimpin Direktur Jenderal Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Agung Sugardiman telah banyak menyuarakan kepentingan Indonesia, di antaranya Indonesia akan terus mendorong agar Artikel 6 Persetujuan Paris dapat diselesaikan pada COP 25 sehingga implementasi Persetujuan Paris yang mulai berlaku 1 Januari 2020 akan mempunyai instrumen yang lengkap, selain Dokumen Loss and Damage, Capacity Building dan Finance, serta perangkat Mean of Implementation lainnya.
Alue Dohong juga berharap agar dukungan parlemen terus berlanjut dalam mendorong implementasi aksi-aksi perubahan iklim.
Dipuji negara lain
Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol Hermono menyatakan, dirinya banyak menerima pujian dari delegasi negara lain soal Paviliun Indonesia. ”Paviliun yang cantik dan luas mencerminkan komitmen Indonesia menanggulangi perubahan iklim dan mencari solusi berdasarkan nilai-nilai komunitas global,” katanya.
Paviliun Indonesia, yang dipimpin oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK Agus Justianto, sejak COP-21 di Paris, merupakan salah satu pengejawantahan aksi bersama yang menjadi sarana bagi pemerintah untuk membuktikan kepada dunia tentang kolektivitas bangsa Indonesia dalam menangani perubahan iklim. Paviliun Indonesia, yang selalu tampil elegan, merupakan bentuk upaya global yang tidak kalah pentingnya dari beragam negosiasi yang dilaksanakan oleh Indonesia di berbagai forum internasional.
Mengangkat tema ”Climate Change for All: Time, Scale and Impact”, Paviliun Indonesia menggelar 43 sesi talk show. Tiga sesi di antaranya menjadi daya tarik tersendiri yang menghadirkan mantan Wapres Amerika Serikat Al Gore, pendiri the Climate Reality Project. Profesor Jeffrey Sach dari Columbia University, yang merupakan Penasihat Khusus Sekjen PBB Ban Ki-Moon dan Koffi Anan, juga akan tampil pada sesi terakhir. Tidak ketinggalan Lord Nicolaus Stern, penulis the Economics of Climate Change (2006), dipastikan akan mengisi Paviliun Indonesia.
Sejumlah atraksi kesenian hingga makanan tradisional Indonesia juga menjadi perhatian tersendiri bagi delegasi yang menghadiri COP 25. Paviliun Indonesia sendiri tergolong unik karena mengedepankan aksen ramah lingkungan, seperti ornamen yang terbuat dari bambu sebagai salah satu kekayaan Indonesia yang melimpah dan berfungsi sebagai resapan air.