Para orangtua diajak untuk melirik dan menerapkan pola asuh organik. Hal ini dinilai bisa menjadi solusi terhadap isu malnutrisi dan obesitas pada anak.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Para orangtua diajak untuk melirik dan menerapkan pola asuh organik. Hal ini dinilai bisa menjadi solusi terhadap isu malnutrisi dan obesitas pada anak.
Denmark adalah salah satu negara yang mengadopsi pola asuh organik. Pola asuh itu mencakup antara lain pemenuhan nutrisi melalui makanan organik dan aktivitas fisik di alam terbuka. Menurut Puteri Mahkota Denmark Mary, gaya hidup tersebut membawa dampak positif terhadap kualitas kesehatan anak-anak Denmark .
“Gaya hidup organik membuat jumlah anak obesitas di Denmark turun tiga kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Penyebab obesitas adalah banyaknya konsumsi kalori dan minimnya aktivitas fisik. Dalam hal ini, kampanye dan pedoman hidup sehat sangat penting,” kata Mary pada gelar wicara tentang pola asuh organik di Jakarta, Senin (2/11/2019).
Menurut Mary, nutrisi yang cukup adalah kunci kesehatan dan kebahagiaan anak. Pemenuhan nutrisi akan berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan anak. Peran orangtua dinilai vital dalam memastikan anak-anaknya memperoleh gizi dan aktivitas fisik yang cukup.
Sementara itu, anak-anak Indonesia masih menghadapi masalah gizi buruk. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi balita dengan gizi kurang di Indonesia adalah 17,7 persen. Prevalensi balita kurus adalah 10,2 persen dan stunting sebesar 30,8 persen.
Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan, pemerintah berupaya mengatasi masalah itu dengan memberikan makanan tambahan. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mendistribusikan biskuit dengan kandungan sarat gizi ke seluruh puskesmas di Indonesia.
“Selain gizi, aktivitas fisik anak pun harus didorong agar mereka tidak terikat pada gawai. Aktivitas itu bisa dilakukan dengan eksplorasi alam. Kami punya kesempatan untuk melakukan itu di Denmark. Saya yakin hhal serupa bisa dilakukan di Indonesia,” kata Executive Vice President Arla Foods Amba Tim Ørting Jørgensen.
Pada kesempatan yang sama, psikiater Universitas Indonesia Tjhin Wiguna mengatakan, pola asuh organik tidak terbatas pada perkara pemenuhan gizi. Pola asuh ini mencakup pula cara mengasuh anak yang mementingkan ikatan emosi antara anak dengan orangtua.
Kedekatan emosi tersebut dinilai bisa mendorong terjadinya stimulasi multisensorik kepada anak. Stimulasi bisa diberikan dengan beragam cara, antara lain berkomunikasi dengan anak dan mengajak anak bermain.
“Perkembangan anak yang baik perlu makanan sehat dan stimulasi yang tepat. Keduanya saling berkaitan dan amat penting dilakukan di lima tahun pertama anak. Sebab, itu adalah masa puncak perkembangan otak,” kata Tjhin.
Selain mendukung perkembangan, kedekatan emosi dinilai sebagai cara strategis untuk mengenalkan gaya hidup sehat kepada anak sejak dini. Orangtua bisa mengajarkan ragam makanan sehat, asal-usul makanan, proses mengolah makanan, hingga ragam kegiatan luar ruangan yang bisa dilakukan bersama keluarga.