Leson.id menawarkan dua fitur utama yakni latihan soal serta fitur chat dengan tutor. Soal tersebut adalah hasil kurasi dari buku soal terbitan Gramedia Group of Retail and Publishing yang disusun para guru sekolah.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Di antara banyaknya teknologi edukasi yang ada di Indonesia, Leson.id menjadi salah satu platform yang juga memenuhi kebutuhan siswa sekolah kejuruan. Platform tersebut menyediakan puluhan ribu soal dan belasan ribu tutor daring untuk membantu siswa dalam mempersiapkan ujian.
Leson.id merupakan platform teknologi edukasi yang dikembangkan oleh Gramedia Group of Retail and Publishing bekerja sama dengan Snapask, usaha rintisan asal Hongkong. Leson.id menawarkan dua fitur utama yakni latihan soal serta fitur chat dengan tutor.
Project Leader Leson.id Anton Herutomo mengatakan, pasar dari Leson.id bukan hanya siswa SD, SMP, SMA, melainkan juga dari siswa SMK. Penyediaan latihan-latihan soal dalam Leson.id kini sudah menjangkau tiga jurusan terbesar dalam sekolah kejuruan yakni Rekayasa Perangkat Lunak, Tata Boga dan Ekonomi.
“Dalam beberapa tahun ke depan, kami akan fokus pada tiga jurusan tersebut karena paling banyak siswa masuk jurusan tersebut,” katanya di Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Leson.id sendiri merupakan salah satu pemenang dari Innovation Competition di lingkungan Kompas Gramedia yang dikembangkan oleh Grasindo. Secara internal, platform tersebut sudah diluncurkan sejak 20 Februari 2019. Selama enam bulan berjalan, setidaknya sudah ada 21.000 jumlah soal yang disediakan.
Soal-soal tersebut adalah hasil kurasi dari buku soal terbitan Gramedia Group of Retail and Publishing yang disusun langsung oleh para guru sekolah. Artinya, pembuatannya telah melalui pengawasan dan disesuaikan dengan kurikulum di sekolah. Soal-soal latihan tersebut nantinya juga akan diperbaharui secara periodik.
“Tidak hanya berisi jawaban, tapi soal tersebut juga berisi pembahasan. Pembahasan juga bisa dibuat sesuai permintaan melalui chat,” kata Anton.
Tutor yang berada di balik layar untuk berinteraksi dengan pengguna melalui chat sebagian besar adalah guru-guru penyusun soal. Saat ini setidaknya ada 17.000 tutor yang tersedia berkat kerja sama dengan Snapask. Ditargetkan, awal tahun depan Leson.id akan meluncurkan produk aplikasi untuk Android dan iOS.
Pembuatan Leson.id didasari oleh beberapa hal. Alasan pertama dengan mempertimbangkan lamanya orang Indonesia menghabiskan waktu dengan gawai yang rata-rata mencapai 5,5 jam perhari. Alasan selanjutnya, jenis aplikasi chatting menjadi yang paling banyak digemari yakni sebesar 84 persen.
“Untuk melihat efektivitas Leson.id, tentu bisa dilihat dari kenyataan tersebut di era digital saat ini,” ujar Anton.
Online to Offline
Di luar itu, Leson.id juga mengusung konsep Online to Offline (O2O) yakni sebuah konsep di mana pengguna dimudahkan bertransaksi online dan mengambil produk secara langsung. Dalam hal ini, Toko Buku Gramedia menjadi tempat bertemu, sedangkan produknya adalah pembahasan dengan tutor secara langsung.
“Kita sudah coba lakukan beberapa waktu lalu, bekerja sama dengan salah satu perusahaan telekomunikasi. Kami menyediakan tempat latihan tes sekaligus pembahasan di 10 kota,” kata Anton.
Peluncuran Leson.id ke publik juga dilakukan bertepatan dengan HUT Grasindo ke-29 yang jatuh hari ini. Co-Founder Leson.id sekaligus Editorial and Production Manager Grasindo Rafael Jarot Yudopratomo menilai, bahwa Leson.id menjadi tawaran inovasi dari Grasindo agar tetap eksis di era revolusi industri.
“Kami melakukan perubahan platform dari cetak ke digital. Jika tidak mengikuti zaman, kita akan tertinggal,” katanya.
Selama ini, Grasindo dikenal sebagai penerbit yang banyak menerbitkan buku-buku pembelajaran bagi siswa. Dengan kebiasaan siswa yang getol menggunakan gawai, Leson.id menjadi solusi bagi siswa untuk tetap belajar tanpa meninggalkan gawai.
Latihan soal yang ditawarkan dalam Leson.id ditujukan bagi para siswa yang sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Selain itu, latihan soal juga disediakan bagi lulusan perguruan tinggi yang hendak melamar pekerjaan.
“Selama ini kami memang memiliki gairah di bidang pendidikan. Buku-buku pendidikan lebih banyak kami terbitkan ketimbang buku agama, anak, fiksi dan non-fiksi,” ujar Jarot.