Tren media digital berlangganan yang berkembang di sejumlah negara semakin diandalkan karena berpeluang memberikan sumber pendapatan lebih tinggi. Kesuksesan tersebut, antara lain, telah diraih ”New York Times” dan ”Financial Times” melalui jumlah pelanggan yang terus meningkat.
Oleh
Fajar Ramadhan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren media digital berlangganan yang berkembang di sejumlah negara semakin diandalkan karena berpeluang memberikan sumber pendapatan lebih tinggi. Kesuksesan tersebut, antara lain, telah diraih New York Times dan Financial Times melalui jumlah pelanggan yang terus meningkat.
Hal ini mengemuka dalam konferensi nasional bertema ”Mencari Model Jurnalisme Indonesia” yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia di Jakarta, Selasa (6/8/2019). Forum ini mengundang sejumlah pemimpin redaksi media massa dan para pemangku kepentingan untuk menjadi pembicara.
Harian Kompas menjadi salah satu media arus utama yang mengembangkan platform media digital berlangganan melalui Kompas.id. Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Pambudy meyakini, model bisnis berlangganan ke depan akan menjadi tren pada industri media.
”Apa pun platform medianya, konten tetap akan menjadi raja. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip dasar jurnalisme tetap harus dijunjung tinggi,” katanya.
Meski mengembangkan platform digital, Kompas masih tetap mempertahankan edisi cetak. Ninuk menilai, pembaca Kompas dari kalangan anak muda pun masih cukup besar. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya dukungan melalui Twitter saat terjadi kesalahan ”Lorem Ipsum” di halaman utama Kompas beberapa waktu lalu.
”Saat ini, yang tidak kalah penting adalah mencari tahu apa yang diinginkan pembaca melalui interaksi langsung,” ujarnya.
Terbukti sukses
Dalam kesempatan yang sama, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Nezar Patria mengatakan, model bisnis media digital secara berlangganan terbukti memberikan kesuksesan di beberapa negara. Berdasarkan kajian Reuters Institute Study for Journalism, model berlangganan banyak dikembangkan oleh industri media di Eropa dan Asia.
”Lebih dari 50 persen mengatakan, sumber pendapatan yang paling penting untuk industri media ke depan adalah lewat berlangganan,” ucapnya.
Kisah sukses platform media massa digital berlangganan sudah dibuktikan New York Times. Saat ini, pelanggan platform digital New York Times berjumlah sedikitnya 4 juta orang, jauh melebihi 2,1 juta pelanggan edisi cetak.
”Dengan angka tersebut, New York Times sudah cukup untuk menghidupi perusahaan mereka,” lanjutnya.
Hal serupa dicapai oleh Financial Times. Konten mereka jauh lebih tertutup dibandingkan New York Times, yang masih menggratiskan sejumlah konten untuk pembaca.
Tidak seimbang
Hal tersebut kini menjadi peluang mengingat sebagian besar pendapatan media massa digital dikuasai Facebook dan Google sebagai pemilik platform. Hal ini membuat kondisi keuangan media-media digital terpuruk akibat pembagian penghasilan yang tidak seimbang antara pemilik konten dan pemilik platform.
”Beberapa waktu lalu, Australia menegur Google dan Facebook agar memberikan penghasilan yang adil kepada media. Hal serupa terjadi di Inggris,” kata Nezar.
Anggota Dewan Pers, Asep Setiawan, mengatakan, dalam lima tahun terakhir, masyarakat cenderung kebanjiran informasi seiring dengan maraknya media digital. Pada akhirnya, berita-berita yang kredibel dan akuratlah yang dibutuhkan masyarakat.
”Konvergensi media bisa menjadi salah satu pilihan. Cara penyampaiannya harus berkembang dengan multiplatform,” ucap Asep.