logo Kompas.id
HumanioraWaspada Bencana
Iklan

Waspada Bencana

Oleh
Ahmad Arif
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/4-XAOx2CNXjouik19fQzOhRg0tk=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F01%2F20170401RON26.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Indra (24), seorag warga Bima, Nusa Tenggara Barat, memanggul karung beras yang disebut dalam bahasa setempat Ampa Fare di halaman Uma Lengge di Wawo, Bima, NTB. Uma Lengge yang merupakan lumbung-lumbung padi ini sarat nilai kearifan lokal, mulai dari sistem ketahanan pangan hingga mitigasi bencana bagi warga yang diwariskan turun temurun.

Pengetahuan lokal tentang smong yang menyelamatkan penduduk Pulau Simeulue saat tsunami 26 Desember 2004 menjadi bukti pentingnya pengetahuan lokal dalam mitigasi bencana. Ribuan rumah hancur, tetapi yang meninggal tak lebih dari tiga orang di pulau kecil di Samudra Hindia itu. Bandingkan dengan sekitar 150.000 warga yang meninggal di pesisir Aceh pada saat yang sama.

Tak hanya di Simeulue, masyarakat tradisional di pelbagai kawasan daerah di Indonesia memiliki istilah dan kisah tentang tsunami. Di Pulau Ambon, misalnya, mereka menyebutnya air turun naik, di Singkil disebut galoro. Warga Kaili di Palu menyebut bombatalu untuk tsunami yang datang hingga tiga kali, sementara orang Kaili dan Mandar di Donggala menyebutnya lembotalu.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000