Keselarasan Relasi Sosial Wujudkan Integrasi Nasional
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS—Relasi sosial yang selaras dapat mewujudkan integrasi nasional. Hal ini menjadi penting seiring berkembangnya isu tentang perpecahan yang seolah menegaskan perbedaan dari bangsa ini. Masyarakat perlu memahami perbedaan satu sama lain untuk memunculkan toleransi sehingga persatuan bangsa benar-benar terwujud.
Gagasan ini disampaikan oleh Guru Besar Departemen Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada Heddy Shri Ahimsa-Putra, dalam acara Kuliah Memorial Koentjaraningrat 2018 yang bertema “Integrasi Nasional dan Ancaman yang Dihadapi”, di Bentara Budaya Yogyakarta, Rabu (31/10/2018) malam.
“Masalah integrasi nasional adalah persoalan relasi. Ini perkara seberapa bagus kualitas relasi sosial yang terbangun dalam masyarakat. Keselarasan relasi ini menjadi penting dalam kehidupan berbangsa,” kata Heddy.
Heddy menjelaskan, integrasi sosial merupakan keseluruhan relasi yang ada dalam sistem sosial. Integrasi tersebut kuat apabila relasi yang terbangun dalam suatu sistem sosial itu juga kuat. Dalam konteks Indonesia, relasi ini harus dibangun secara selaras dan harmonis di antara sukubangsa dan agama yang beragam.
“Relasi sosial ini harus saling terhubung dan saling menguatkan. Terjadi timbal balik. Tidak bisa ini berdiri sendiri mengingat bangsa ini terdiri dari berbagai kelompok sehingga integrasi itu bisa tercipta,” kata Heddy.
Heddy menuturkan, kondisi disintegrasi suatu masyarakat itu sangat dinamis bagaikan bandul jam. Ada kutub integrasi dan ada kutub disintegrasi. Disintegrasi terjadi ketika sebagian relasi sosial itu ingin membentuk suatu sistem yang baru sehingga bandul tadi tertarik ke arah disintegrasi. Namun, selama relasi sosial itu dibangun atas dasar kesadaran untuk menjaganya tetap selaras, niscaya integrasi sosial masih akan tetap tercipta.
Heddy menegaskan, media massa memiliki peranan penting untuk menjaga keutuhan bangsa. Media massa melalui pemberitaannya mampu memberikan bayangan tentang bangsa itu. Masyarakat dituntun untuk memperoleh pandangan yang sama mengenai konsep kebangsaan.
“Pada dasarnya, bangsa itu adalah suatu komunitas terbayang. Masyarakat ini menjadi satu komunitas karena mengasosiasikan dirinya pada suatu hal yang sama. Mereka membayangkan sebagai satu komunitas yang sama karena merasakan mengalami hal-hal yang sama. Pada titik itu, kita merasa bersatu,” kata Heddy.