JAKARTA, KOMPAS — Perkawinan anak masih terus terjadi. Karena itu, kampanye stop perkawinan anak harus terus disuarakan secara masif dalam berbagai kesempatan, termasuk menggerakkan tokoh agama dan perempuan-perempuan di akar rumput agar bersama menghentikan praktik perkawinan anak.
Kampanye stop perkawinan anak tersebut seperti dilakukan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU), organisasi perempuan muda NU. Pimpinan Fatayat NU di daerah hingga tingkat desa bekerja sama dengan pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, media, dan bidan untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat agar menghentikan perkawinan anak, termasuk upaya mencegah stunting (anak yang tumbuh dengan tubuh pendek karena kurang gizi).
”Di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pimpinan Fatayat NU masuk melalui majelis taklim menyampaikan bahaya perkawinan anak termasuk mencegah stunting. Ternyata itu ada pengaruh. Pada tahun 2012 di Brebes angka anak-anak yang terkena stunting hampir 40 persen, tetapi saat ini sudah turun sekitar 20 persen,” tutur Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat NU Anggia Ermarini ketika berkunjung ke Redaksi Harian Kompas di Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Caranya, kata Anggia, adalah dengan memberikan edukasi dan pemahaman kepada sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang pentingnya menghentikan perkawinan anak dan mencegah stunting.
Selain di pengajian, para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang diundang hadir dalam berbagai pertemuan, seperti perkawinan atau syukuran kelahiran anak, juga menyampaikan nasihat kepada masyarakat tentang bahaya perkawinan anak serta upaya mencegah stunting.
Menurut Anggia, tidak hanya di Brebes, Fatayat NU juga melakukan kampanye menghentikan perkawinan anak dan mencegah stunting di daerah-daerah lain, seperti di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Forum Perempuan Muslim Muda
Sebagai wadah perempuan muda NU, pada 24-28 Oktober 2018 akan digelar The International Young Muslim Women Forum dengan tema ”Finding Creative Ways for a Better World” di Jakarta.
Ketua Panitia dan Sekretaris The International Young Muslim Women Forum, Hijroatul maghfiroh dan Izza Annafisah, mengatakan, Forum Perempuan Muslim Muda Internasional bertujuan untuk mengeksplorasi pembangunan perdamaian dan upaya kepemimpinan serta program-program kreatif lainnya yang dilakukan pemuda Muslim dewasa ini yang dapat berfungsi sebagai inspirasi bagi masyarakat umum.
Selain itu, kegiatan tersebut juga diharapkan bisa menyuarakan gagasan-gagasan dan pengalaman-pengalaman kreatif perempuan muda Muslim dari berbagai belahan dunia sebagai agen perdamaian dan agen perubahan di masyarakat, merumuskan langkah-langkah strategis bagi terwujudnya peran aktif perempuan muda pada isu perdamaian dan pemberdayaan masyarakat, membentuk poros perempuan muda Muslim internasional untuk kerja-kerja jaringan, serta advokasi isu-isu perempuan di dunia Muslim.
”Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki peran yang sangat strategis untuk menampilkan wajah Islam yang moderat, toleran, dan demokratis,” ujar Anggia.
Apalagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar, serta keragaman budaya, agama, ras, suku, dan etnis. Hal itu menjadi peluang sekaligus tantangan bangsa Indonesia untuk menjadi role model bagi negara-negara di dunia terutama negara-negara Muslim tentang kehidupan masyarakat yang multikultural.