JAKARTA, KOMPAS - Jumlah penduduk Indonesia pada 2045 diperkirakan berkisar antara 311 juta sampai 318,9 juta. Bila pertumbuhan penduduk bisa dijaga dan jumlah penduduk usia produktif tetap seimbang, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 5,1-5,7 persen pada tahun 2045.
Proyeksi jumlah penduduk Indonesia 2015-2045 diluncurkan secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (24/8/2018). Hadir dalam acara ini Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofjan Djalil, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, dan Kepala BPS Suhariyanto.
Survei penduduk antarsensus ini dilakukan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta pakar demografi dari UI, ITB, dan Universitas Padjajaran.
Dalam perhitungan tersebut, bila jumlah anak terus menurun atau tingkat kesuburan di bawah 2 anak perkeluarga, jumlah penduduk berada di ambang bawah proyeksi. Hal ini akan diiringi semakin banyaknya populasi yang berusia lanjut (aging population).
Sebaliknya, bila rata-rata keluarga masih memiliki sekitar 2 anak, jumlah penduduk Indonesia bisa mencapai 318,9 juta. Dengan angka tersebut, jumlah penduduk produktif Indonesia pada 2045 masih cukup banyak dan populasi berusia 60 tahun ke atas sekitar 19,8 persen saja.
Bonus demografi ini bisa mendorong lompatan dalam pertumbuhan ekonomi. Namun, semua bergantung pada kualitas sumber daya manusianya, selain pada kuantitasnya. Sebab, bonus demograsi ini bisa dilihat sebagai tenaga kerja yang banyak, pasar yang besar, maupun sebagai pemilik kapital yang banyak.
Bila produktivitas naik, pertumbuhan ekonomi pun akan lebih berkelanjutan dan lebih tinggi. Namun, Bambang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia paling baik akan berkisar 5,1-5,7 pada 2045 dengan Indonesia sudah termasuk sebagai negara berpendapatan tinggi. Adapun jumlah masyarakat miskin saat itu semestinya sudah berkisar 1 persen atau kurang.
Bukan beban
"Penduduk adalah faktor yang penting untuk pembangunan bangsa ke depan,” tambah Wapres Kalla.
Dia mencontohkan, Republik Rakyat China awalnya mengkhawatirkan jumlah penduduk yang melebihi 1 miliar jiwa. Akibatnya, pemerintah membatasi setiap keluarga hanya boleh memiliki satu anak. Namun, ketika bonus demografi bisa dimanfaatkan, kemajuan luar biasa dicapai. Adapun pembatasan pertumbuhan penduduk membuat populasi penduduk China saat ini semakin menua.
Perubahan struktur penduduk juga berimbang pada berbagai kebijakan pemerintah. Wapres Kalla menyebutkan beberapa hal yang harus diperhitungkan seperti pola pensiun, perencanaan produksi beras sehingga bisa dicapai swasembada berkelanjutan, kebutuhan infrastruktur, kebutuhan rumah-rumah sakit, dan lapangan pekerjaan yang harus diciptakan.
Dengan demikian, lanjut Wapres Kalla, angka-angka proyeksi jumlah penduduk serta struktur penduduk semestinya disinkronkan dengan keputusan jangka panjang yang dibuat pemerintah baik pusat dan daerah.
Kendati demikian, untuk mendapatkan bonus demografi tersebut, kata Bambang, perlu disiapkan langkah untuk menjaga tingkat kesuburan rata-rata sekitar 2,1. Untuk itu, diperlukan peningkatan layanan kesehatan untuk menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi yang di Indonesia masih tinggi.