”Kompas” Terima Penghargaan The Ciputra Artpreneur Awareness
Oleh
Fajar Ramadhan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harian Kompas mendapat penghargaan The Ciputra Artpreneur Awareness dari Ciputra Artpreneur atas kontribusinya memopulerkan karya-karya lukisan Hendra Gunawan. Penghargaan tersebut diberikan dalam rangka pembukaan peringatan pameran 100 tahun Hendra Gunawan bertajuk ”Prisioner of Hope” di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Sabtu (4/8/2018).
Presiden Direktur Ciputra Artpreneur Rina Ciputra Sastrawinata mengatakan, The Ciputra Artpreneur Awareness Awards diberikan kepada organisasi media atas peran serta dalam melestarikan karya seni melalui pemberitaan. ”Penghargaan tersebut diberikan kepada media yang secara khusus ikut mempromosikan karya-karya Hendra Gunawan,” katanya.
Aminuddin TH Siregar, kurator pameran Prisioner of Hope, menambahkan, selama ini popularitas Hendra Gunawan sebagai seniman cenderung pasang surut. Terlebih saat ia dipenjara selama 13 tahun di Kebon Waru, Bandung, Jawa Barat, pascahuru-hara 1965.
”Nama Hendra Gunawan cenderung kalah populer dibandingkan Soedjono dan Affandi. Setelah bebas dari penjara, banyak pihak yang mengangkat lagi namanya, termasuk media,” ungkap Aminuddin.
Dalam perayaan 100 tahun ini, tema pameran merefleksikan warisan yang ditinggalkan oleh Hendra Gunawan selama dan sesudah dipenjara. Pameran ini juga menunjukkan eratnya hubungan antara seniman dan kolektor seninya. Ada 32 karya seni lukisan Hendra Gunawan milik Ciputra yang dipamerkan di Museum Ciputra Artpreneur. Sebanyak 23 lukisan di antaranya baru ditampilkan kepada publik secara perdana.
”Selain menggambarkan kronik perjalanan Hendra, pameran ini juga diharapkan mampu memancing ingatan kolektif orang tentang karya Hendra Gunawan. Sekaligus menyusun kembali sejarah seni rupa Indonesia,” kata Aminuddin.
Ciputra mengisahkan, ia mulai tertarik dengan warna-warni karya-karya Hendra Gunawan sekitar tahun 1952. Sejak saat itu, ia mulai mengoleksi lukisan-lukisan Hendra satu per satu, bahkan saat dalam penjara.
”Hati saya bergetar saat pertama kali melihat hasil karyanya. Saya terus kumpulkan dengan uang yang terbatas saat itu. Saat dipenjara pun, saya diam-diam membeli lukisan Hendra kepada Nuraini, istrinya,” ujarnya.
Setelah 13 tahun menjalani masa tahanan, Hendra akhirnya bebas. Ciputra mengungkapkan, dia adalah sosok pertama yang ingin ditemui Hendra pertama kalinya. Hendra menghargai usaha inisiatif Ciputra saat membangun pasar seni di Ancol.
”Sambil menangis di bawah pohon di dekat pasar seni, dia cerita perjuangannya dulu saat susah payah menjual lukisan, dari pintu ke pintu hingga nyaris dikejar anjing. Lewat pasar seni, ia menjadi seniman yang bebas karena diberikan ruang berkarya,” ungkap Ciputra.
Menurut Agus Darmawan, penulis buku biografi Hendra Gunawan, Surga Kemelut Pelukis Hendra: Dari Pengantin Revolusi sampai Terali Besi, mengatakan, pameran ini merupakan bagian kecil dari kebesarannya. Hendra sangat dikenal tentang karya-karya yang menjunjung tinggi kemanusiaan.
”Hendra pernah berkata, perjuangan dalam revolusi sama saja dengan perjuangan dalam seni. Karena yang saya bela adalah rakyat jelata,” tutup Agus.