SUMEDANG, KOMPAS — Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional mengamati gerhana bulan mulai Jumat (27/7/2018) malam hingga Sabtu dini hari. Selain melakukan pengamatan untuk pengambilan data, mereka juga memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menyaksikan fenomena ini melalui teleskop yang disediakan.
Koordinator Humas Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang Erri Riyan Saptianna menyebutkan, pengamatan gerhana bulan dimulai Jumat pukul 23.30 dan berakhir Sabtu sekitar pukul 06.30. Persiapannya dimulai pukul 21.00.
Petugas optik Balai Pengamatan Gerhana, Puannandra Putri, menuturkan, Lapan menggunakan teleskop Lunt 70 ED untuk mengambil data gerhana bulan. Teleskop ini menggunakan lensa berdiameter 70 milimeter dan biasa dipakai untuk mengamati hilal. Puannandra berujar, kondisi bulan saat gerhana ini berada dalam titik jauh sehingga lebih kecil 14 persen dibandingkan bulan normal. ”Perbedaan ukuran ini tidak terlihat jelas dengan mata telanjang. Namun, jika menggunakan alat bantu dan dibandingkan dengan bulan sebelumnya, baru terlihat berbeda,” ujarnya.
Pada Jumat malam, langit Sumedang cerah nyaris tanpa awan sehingga berdampak pada suhu lingkungan yang lebih dingin. Ia memprediksi, suhu malam ini sama seperti kemarin, sekitar 14 derajat celsius. Posisi balai pengamatan yang berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut juga membuat hawa dingin sudah mulai terasa sejak matahari terbenam.
”Karena sekarang musim kering, awan jarang terbentuk. Cuaca menjadi lebih dingin di malam hari karena tidak ada awan yang berfungsi menjaga suhu udara,” ujarnya.