Sejumlah siswa dan siswi sedang mendapat arahan dari guru pembimbingnya, bapak Salmon Simarmata (kanan), di sekolah Sang Timur, Jakarta Barat, Rabu (19/3), dalam penggunaan gadget. Umumnya sejumlah sekolah memliiki aturan dalam pengguna gadget bagi siswanya baik tertulis maupun tidak tertulis.
Meski baru 7 tahun, M sangat lincah memainkan berbagai macam gawai, mulai dari ipad, apple tv, dan telepon pintar. Dia menggunakan gawai tersebut untuk main gim daring, mengakses media sosial seperti Youtube. Akun Youtube yang diaksesnya pun akun para gamers yang sedang memainkan gim kesukaannya.
Saat libur sekolah, M bisa bertahan menggunakan gawai selama lebih dari 7 jam. Saat dilarang dan diambil gawainya, M langsung berteriak dan menangis. Dalam sehari-hari, perilaku M pun berubah. "Ucapan anak saya menjadi kasar. Ucapan itu didapat dari gamers yang sering dia lihat di Youtube," kata ibu M, warga Tangerang, Banten, kepada Kompas akhir pekan lalu.
Ibu M mengatakan, dirinya mengenalkan gawai kepada M sejak M berusia 2 tahun. Dirinya mengenalkan permainan anak-anak seperti puzzle, angka, dan huruf agar M diam (tenang) saat disuapi.
Kasus yang lebih berat lagi terjadi pada dua remaja, usia SMP dan SMA, yang dirawat di Poli Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur, akhir Januari 2018. Kedua remaja itu dibawa ke rumah sakit tersebut karena orangtua mereka masing-masing kewalahan menghadapi perubahan perilaku kedua remaja tersebut semenjak keduanya kecanduan gim daring melalui gawai. Mereka marah jika dilarang menggunakan gawai, bahkan membanting barang-barang di sekitarnya atau menyakiti membentur-benturkan kepala di tembok.
Mereka marah jika dilarang menggunakan gawai, bahkan membanting barang-barang di sekitarnya atau menyakiti membentur-benturkan kepala di tembok.
Di rumah sakit, ketika diobservasi kondisi kejiwaannya, salah seorang anak mengidentifikasi dirinya sebagai pembunuh dan terobsesi menjadi seperti sosok dalam gim daring yang kerap ditontonnya. Bahkan anak itu ingin membunuh orangtuanya karena dianggap menghalangi menggunakan gawai untuk gim daring.
Setelah dirawat di bawah pengawasan dokter spesialis kejiwaan di RSUD Koesnadi selama beberapa bulan, kondisi kejiwaan mereka membaik. “Keduanya sudah dapat melanjutkan sekolahnya dan mendapat nilai cukup baik. Mereka juga sudah dapat bersosialisasi dengan lebih baik kendati beberapa kali masih senang menyendiri,” ujar dr Dewi Prisca Sembiring Sp K, Jumat (20/7/2018).
Setelah kedua pelajar tersebut, RSUD Koesnadi juga menerima sembilan pelajar laki-laki (SMP hingga SMA) yang juga kecanduan gim daring. Ada seorang anak sampai tahan selama tiga hari dua malam tanpa makan dan tidur, hanya untuk bermain gim melalui gawai di kamar. “Mereka memiliki gejala yang hampir sama dengan dua pasien yang kami tangani pada Januari lalu,” ungkap Dewi.
Bahkan, salah satu dari anak yang kecanduan gawai gim daring sampai mengancam nyawa orangtuanya karena dilarang menggunakan gawai. Anak itu pernah mengikat pisau di atas kamar ibunya dan pernah dengan sengaja menumpahkan bahan bakar minyak di kamar ibunya.
Di Jakarta, kecanduan gim daring dari gawai juga menimpa sejumlah anak-anak. Sejak tiga tahun lalu, Iman Firmasyah, psikiater yang juga Kepala Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional menangani tujuh anak laki-laki usia 11-18 tahun yang adiksi gim dengan gawai. Orangtuanya kewalahan menghadapi perubahan perilaku anak-anak tersebut.
Salah satu anak, usia 11 tahun, kehilangan kontrolnya, sampai-sampai membanting-banting adiknya yang berusia 8 tahun. Ada juga yang mengancam ibunya dengan pisau. Anak yang lain bahkan pernah mencoba mencekik ibunya yang sedang menyetir mobil karena marah dilarang menggunakan gawai.
Ada anak, usia 11 tahun, kehilangan kontrolnya, sampai-sampai membanting-banting adiknya yang berusia 8 tahun
“Waktu bertemu pertama kali anak-anak itu tidak bisa diajak bicara. Semuanya diam saja. Saya akhirnya mempelajari jenis-jenis gim yang mereka mainkan baru kemudian bisa berkomuniksi dengan mereka,” kata Iman seraya menyebut nama gim daring yang digandrungi anak-anak seperti "Mobile Legend" dan Clash of Clans (COC).
Pemulihan anak-anak tersebut tidak mudah. Dari tujuh anak yang dirawat Iman, ada yang tidak sekadar melalui konseling dokter dan keluarga, tetapi juga harus ditopang obat-obatan. Dua di antaranya bisa kembali ke bangku sekolah, tiga anak masih dirawat, dua anak tidak melanjutkan perawatan.
Kompas
Gadget Baru - Keperluan berkomunikasi dan juga gaya hidup, membuat gadget baru selalu di cari pemakainya. Biasanya pemilik gadget mengganti gadet yang lama dengan yang baru, antara lain karena model, fiturnya dan kapasitasnya.
Seperti adiksi narkoba
Pasien dengan anak-anak adiksi gawai juga mulai ditangani Poliklinik Psikiatri Adiksi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 2017. Ada mahasiswa (18) yang menjalani perawatan karena adiksi gim daring. Dalam sehari dia bisa bermain gim daring menggunakan gawai lebih dari 18 jam.
Kecanduan gim garing membuat mahasiswa tersebut mengonsumsi obat-obatan seperti sabu dan metafetamin, agar bisa terus sadar dan terjaga sehingga terus bermain gim.
“Terapi yang diberikan kepada anak dengan adiksi gawai tidak jauh berbeda dengan pasien dengan adiksi narkoba. Karena, gangguan otak yang dialami oleh pasien dengan kedua adiksi tersebut tidak berbeda,” ujar Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM, Kristiana Siste Kurniasanti, Kamis (19/7/2018).
Terapi yang diberikan kepada anak dengan adiksi gawai tidak jauh berbeda dengan pasien dengan adiksi narkoba. Karena, gangguan otak yang dialami oleh pasien dengan kedua adiksi tersebut tidak berbeda
Dokter Tjhin Wiguna, psikiater anak dan remaja, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM mengatakan, tiga tahun terakhir kasus kecanduan gawai dan gim daring meningkat, paling banyak usia remaja.
Dokter spesialis jiwa dari Rumah Sakit Atmajaya Jakarta Eva Suryani mengatakan, gelaja anak dengan adiksi gim ataupun adiksi gawai adalah tidak bisa mengontrol kegiatannya dalam bermain gim. Jika tidak segera diatasi, mereka bisa mengalami kerusakan fungsi kognitif. Salah satu fungsi kognitif yang terganggu adalah fungsi eksekutif pada otak yang berfungsi untuk merencanakan dan mengontrol aktivitas yang dilakukan.
Kurnia Yunita Rahayu
Konferensi pers hasil pertemuan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan perwakilan manajemen Twitter Indonesia di Jakarta, Jumat (22/9). (dari kiri) Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti, Ketua KPAI Susanto, Komisioner KPAI Bidang Pornografi dan Cyber Crime.
Terpapar konten negatif
Selain gim daring, anak-anak juga rentan terpapar konten negatif yang dapat diakses menggunakan gawai yang terhubung jaringan internet. Konten negatif tersebut terutama pornografi dan tayangan kekerasan yang dapat merusak pikiran anak-anak.
Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Antasena di Magelang, Jawa Tengah, misalnya, menangani 28 anak dari berbagai provinsi yang terkena berbagai kasus akibat pengaruh gawai yang terkoneksi internet. “Tidak perlu menonton selama berhari-hari atau berbulan-bulan. Kebanyakan mereka mengaku melakukan pelecehan atau kekerasan seksual setelah satu atau dua kali menonton konten pornografi di gawai,” ujar pembimbing psikolog di PSMP Antasena Magelang, Betaria Septiarini Rosana, Selasa (17/7/2018).
Kecanduan gim daring juga mendorong anak melakukan kekerasan seperti penganiayaan, pencurian, termasuk perkelahian (tawuran) dengan teman sekolah. Bahkan, ada anak nekad mencuri setelah menonton video tutorial daring yang menunjukan aksi kejahatan seperti membongkar lemari, atau gembok, dengan menggunakan peralatan sederhana.
Kecanduan gawai yang dialami anak-anak di Tanah Air seharus menjadi peringatan bagi masyarakat, terutama orangtua. Kenyataannya, teknologi informasi bisa membawa banyak manfaat tetapi juga sekaligus bisa mengancam dan menghancurkan masa depan anak-anak.