Ancaman Candu Bentuk Baru

Seorang pemain Mobile Legends: Bang Bang asyik bermain gim daring berbasis teknologi bergerak di Restoran Aromanis, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/12/2017).
Gim daring yang menyenangkan bisa membuat orang kecanduan. Jika kecanduan, dalam jangka panjang, akan menyebabkan kerusakan di otak, bahkan menimbulkan kecemasan dan depresi.
Bermain gim daring bisa menjadi sarana rekreasi melepaskan penat. Namun, gim yang menyenangkan ternyata bisa membuat orang kecanduan, mengubah perilaku, dan berdampak luas pada aktivitas dan kehidupan sosial.
Itu sebabnya, untuk pertama kali Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini memasukkan kecanduan gim ke dalam kategori adiksi perilaku dalam International Classification of Disease (ICD) edisi ke-11. Dalam laman who.int, dinyatakan bahwa keputusan memasukkan kecanduan gim ke dalam ICD-11 berdasarkan kajian dari bukti serta konsensus para ahli dari berbagai disiplin ilmu dan regional selama proses penyusunan ICD-11.
ICD merupakan klasifikasi diagnosis penyakit, gangguan, dan luka yang standar dipakai secara global, baik untuk keperluan klinis maupun riset. Pengklasifikasian ini merupakan aspek fundamental untuk melihat tren dan statistik kesehatan global. Bagi negara yang menerapkan jaminan kesehatan, kode-kode dalam ICD berkaitan dengan penetapan tarif pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan.
WHO mendefinisikan kecanduan gim sebagai pola perilaku bermain gim (gim daring atau gim video) yang ditandai dengan ketidakmampuan pemainnya untuk mengontrol hasrat bermain gim dan menjadikan main gim sebagai prioritas utama dibandingkan aktivitas lain. Meski bermain gim memberikan dampak negatif, perilaku itu terus dilakukan secara berulang. Pola perilaku tersebut telah berdampak buruk pada kehidupan personal, sosial, pendidikan, juga pekerjaan.
Menurut psikiater yang juga Kepala Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Iman Firmansyah, di Indonesia kasus kecanduan sudah banyak terjadi meski belum ada data resminya. Semua anak yang menjalani rehabilitasi di BNN, misalnya, selain kecanduan narkoba juga kecanduan gim. ”Gim telah menjadi pelarian masalah mereka juga,” kata Iman, Rabu (20/6/2018).
Semua anak yang menjalani rehabilitasi di BNN, misalnya, selain kecanduan narkoba juga kecanduan gim.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan, Indonesia tidak memiliki data yang menunjukkan besaran masalah kecanduan gim. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pun hanya menggambarkan seberapa besar masyarakat mengakses internet. Belum ada data yang menggambarkan penggunaan internet, berapa persen untuk pekerjaan, pendidikan, atau hiburan, termasuk main gim.
Berdasarkan Susenas, persentase penduduk berusia 5 tahun ke atas yang mengakses internet tahun 2012 sebesar 15,36 persen dan meningkat jadi 33,56 persen tahun 2015. Peningkatan ini terjadi baik di kota maupun desa.
Kerusakan otak
Iman mengatakan, kecanduan bermain gim yang merupakan kecanduan perilaku (behavior addiction) sedang mewabah di dunia. Meskipun bersifat menyenangkan, dalam jangka panjang, bermain gim yang membuat kecanduan akan menyebabkan kerusakan di otak, bahkan menimbulkan kecemasan dan depresi. ”Di Indonesia pun kasus kecanduan gim sudah ada,” ujarnya.
Meskipun bersifat menyenangkan, dalam jangka panjang, bermain gim yang membuat kecanduan akan menyebabkan kerusakan di otak.
Iman menjelaskan, bermain gim, terutama gim daring atau gim video, akan memengaruhi ventral tegmental area (VTA) pada otak yang berperan mengeluarkan dopamin, hormon yang membuat kita merasa senang dan nyaman. Sensasi menyenangkan bermain gim ini kemudian akan direkam dalam pusat memori pada otak. Begitu terekam dalam memori kesan menyenangkan bermain gim ini akan sulit dihilangkan.
Pada tahap awal, memori akan permainan gim yang mengasyikkan belum memberikan dampak apa-apa. Begitu bermain gim dilakukan terus-menerus, berulang, lagi dan lagi, maka akan terekam kuat dalam memori sekaligus membentuk perilaku. Pusat memori di otak tidak bisa lagi menikmati kesenangan yang lain selain bermain gim. Lama-kelamaan, otak pun akan menagih untuk terus bermain gim karena aktivitas itu memberikan kesenangan tersendiri.
Umumnya gim daring dikembangkan dalam tingkat kesulitan tertentu agar tetap menarik, menantang, membuat penasaran, dan akhirnya memberikan kesenangan. Ini akan mencengkeram otak semakin dalam pada adiksi.
Bermain gim yang sudah mencandu itu biasanya menjadi pelarian seseorang untuk mengatasi perasaan-perasaan negatifnya. Alih-alih menyelesaikan masalah yang dihadapinya, seseorang yang kecanduan gim justru menjadikan gim sebagai pelariannya. Ia pun sibuk dan tenggelam dalam dunia permainannya sendiri yang sering kali menjauhkannya dari dunia nyata. Seseorang yang dalam kehidupan nyata sering menjadi korban perundungan, misalnya, dalam gim daring ia menjadi pahlawan super yang kuat.
Mengganggu
Setelah kecanduan bermain gim, aktivitas lain menjadi tidak penting lagi. Bermain gim menjadi kegiatan paling prioritas dibandingkan yang lain. Kehidupan sosial pun terganggu. Jika kecanduan bermain gimnya tidak dipenuhi, seseorang bisa depresi. Mekanisme candu akibat gim ini serupa dengan jenis kecanduan perilaku lainnya, seperti kecanduan judi, gawai, dan pornografi.
Mekanisme candu akibat gim ini serupa dengan jenis kecanduan perilaku lainnya, seperti kecanduan judi, gawai, dan pornografi.
Menurut Iman, biasanya kasus kecanduan gim pada mulanya dilaporkan oleh orangtua yang curiga dengan perubahan perilaku anaknya. ”Biasanya orangtua melihat nilai pelajaran anaknya menurun. Disuruh makan tidak mau, diajak jalan dengan keluarga tidak mau, waktunya habis dipakai untuk main gim,” ucapnya.
Iman menginformasikan, kecanduan gim umumnya menimpa anak-anak dan remaja selain pada orang dewasa. Kecanduan gim pada masa anak bisa terbawa hingga dewasa. Kecanduan gim pada orang dewasa bisa berakibat pada hilangnya pekerjaan.
Pasien kecanduan gim daring termuda yang ditangani Iman berusia 11 tahun. Anak tersebut dilaporkan orangtuanya setelah membanting adiknya yang berusia 8 tahun karena menganggap adiknya sebagai musuh seperti layaknya dalam permainan daring.
Akan tetapi, tentu tidak semua yang bermain gim bisa dinyatakan kecanduan. Sebab, ada juga yang bermain gim karena alasan bersosialisasi mencari teman, mengisi waktu dengan keluarga, atau rekreasi.
Menurut Anung, kini saatnya semua pihak terkait, mulai dari fasilitas kesehatan, pengembang gim, juga penyedia jasa internet, mengumpulkan data yang lebih lengkap sehingga akan tergambar dengan jelas besaran masalah kecanduan gim di Indonesia.
Mengingat kompleksnya kecanduan gim, Anung ragu fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan yang ada sekarang sudah mengetahui dan memahami kecanduan gim. Batasan antara bermain gim untuk rekreasi atau kecanduan yang berdampak buruk pada kesehatan, misalnya, belum diketahui luas oleh tenaga kesehatan.
Batasan antara bermain gim untuk rekreasi atau kecanduan yang berdampak buruk pada kesehatan, misalnya, belum diketahui luas oleh tenaga kesehatan.
Oleh karena itu, semua pemangku kepentingan terkait perlu menyosialisasikan ICD-11 yang sudah mengategorikan kecanduan gim sebagai gangguan perilaku.
Banyak negara telah menaruh perhatian pada isu kecanduan gim ini. Korea Selatan, misalnya, mulai menerapkan larangan bermain gim daring bagi anak usia di bawah 16 tahun pada pukul 00.00-06.00. Sementara di Jepang, seseorang yang bermain gim akan mendapat peringatan durasi waktu yang telah ia habiskan bermain gim dalam sebulan. Di China, perusahaan teknologi Tencent membatasi anak-anak untuk bermain gim daring.