Hingga meninggal pada 2012, Inspektur Jenderal (Purn) Ursinus Elias Medellu tinggal di rumah pribadi yang berada di sebuah gang di Jalan Otista III. Medellu adalah polisi yang merintis sistem registrasi BPKB dan tilang.
Oleh
Iwan Santosa
·3 menit baca
Kelakar soal polisi jujur hanyalah Jenderal Hoegeng dan polisi tidur sempat membuat beberapa aktivis di Kepulauan Sula, Maluku Utara, dipanggil Polres setempat bulan Juni 2020. Meskipun pada akhirnya kasus tersebut tidak diteruskan setelah adanya teguran dari Kapolda Maluku Utara Inspektur Jenderal Rikwanto kepada Kapolres Kepulauan Sula dan jajarannya.
Bicara soal kejujuran pejabat Polri, ada lagi sosok pejabat jujur yang terlupakan dari ingatan publik, yakni Inspektur Jenderal (Purn) Ursinus Elias Medellu.
Medellu adalah ”Bapak” sistem registrasi buku pemilikan kendaraan bermotor dan sistem bukti pelanggaran (tilang) yang diperkenalkan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri.
Pria asal Sangihe Talaud, yang pada masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-1949) pernah menjadi pengawal Presiden Soekarno bersama Daan Mogot dan kawan-kawan, itu disegani karena hidupnya yang sederhana dan jauh dari kemewahan.
”Rumahnya masih di gang di Otista III. Itu kalau tidak dibantu pembangunan dan dicicil sekian lama, rumahnya tidak selesai,” kata mantan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Suara Pembaruan Agnes Samsoeri (almarhumah) dalam satu percakapan di awal tahun 2000-an.
Agnes Samsoeri menulis biografi Ursinus Medellu: Bhayangkara Pejuang yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Medellu yang wafat pada 2012 dalam usia 90 tahun meninggalkan nama baik dan integritas. Selain aktif sebagai polisi, penulis mengenalnya aktif dalam kegiatan keagamaan dan paguyuban Kawanua di kawasan Ciawi-Cisarua pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Komunitas Rukun Kawanua Ciawi Cisarua (RKCC) itu sebagian anggotanya adalah polisi yang bertugas di Pusdikserse Megamendung, Cisarua, Kabupaten Bogor. Di kalangan komunitas dan masyarakat umum, Medellu akrab disapa Opa Medellu.
Ketika itu, ia bersama Letnan Jenderal HBL Mantiri (mantan Kasum ABRI) adalah dua tokoh yang dituakan dalam berbagai acara Kawanua di Bogor dan sekitarnya. Dalam organisasi keagamaan kristiani Full Gospel, Medellu kemudian digantikan oleh Mantiri sebagai ketua.
Direktur Lalu Lintas (1966-1972)
Salah satu karya besar UE Medellu adalah penerbitan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) yang dirintis secara pribadi dengan meminjam uang ke Bank Indonesia.
Dari proyek BPKB tersebut, Medellu berhasil membangun kompleks Korlantas seluas 4 hektar di Jalan MT Haryono, peternakan babi untuk ekspor di wilayah Kapuk, Jakarta Barat, peternakan ayam di Cisalak, budidaya ikan di Merak, pom bensin di Prumpung, Jakarta Timur, dan bengkel di Duren Tiga, Jakarta Selatan. Bahkan, di zaman itu, Medellu berhasil mengadakan mobil patroli polisi dari merek Volvo.
Semua dirintis menggunakan nama pribadi, tetapi tidak satu pun yang kemudian menjadi aset pribadi Medellu ketika pensiun. Semuanya dikembalikan ke organisasi Polri. Hidupnya sederhana.
Seusai bertugas di Korlantas, semua capaian disampaikan kepada Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso. ”Ya, beliau tidak berubah, masih seperti dulu tahun 1980-an dan 1990-an,” kata almarhumah Agnes Samsoeri suatu ketika dalam sebuah obrolan dengan penulis.