”Silaturahmi” ke Keluarga Virtual di Layar Kaca
Penyedia layanan OTT mengurasi sejumlah film dan serial untuk libur Lebaran. Sebagian tayangan bertema keluarga.
Bagi yang tidak ikut mudik Lebaran tahun ini, tayangan bertema keluarga mungkin bisa mengobati kerinduan kepada sanak saudara di kampung halaman. Ada film soal keluarga Batak di Sumatera, ada lagi serial soal lima keluarga di Korea Selatan. Asal punya gawai dan akses internet, ”silaturahmi” ke rumah mereka bisa ditunaikan.
Sejumlah penyedia layanan streaming atau over the top (OTT) menjadikan masa libur Lebaran sebagai waktunya merangkul konsumen. Mereka mengurasi sejumlah tayangan yang dianggap cocok untuk menemani para pelanggan.
Disney+ Hotstar, misalnya, menyiapkan serial bertema keluarga produksi Korea Selatan, Reply 1988 (2015). Mereka juga menyediakan serial drama dari Amerika Serikat This Is Us (2016), serial The Worst of Evil (2023), film pahlawan super The Marvels (2023), dan film laga IP Man 4: The Finale (2019). Ada pula serial Percy Jackson and the Olympians (2023), serial animasi X-Men ’97, serta film Disney bertajuk Wish (2023).
Serial Reply 1998 menarik untuk ditonton. Serial ini bahkan masih digemari publik sembilan tahun setelah tayang perdana. Ada yang merasa senasib dengan Sung Doeksun (diperankan Lee Hyeri), anak tengah yang kerap mengalah di keluarganya. Ada pula yang gemas dengan Kim Junghwan (Ryu Junyeol) yang dingin, tetapi diam-diam perhatian.
Doeksun dan Junghwan tak sendiri. Masih ada tiga orang lain yang meramaikan hidup keduanya, yakni Choi Taek (Park Bogum), Sung Sunwoo (Go Kyungpyo), dan Ryu Dongryong (Lee Donghwi). Kelimanya bertetangga dan berteman sejak kecil. Pertemanan itu awet hingga mereka SMA, bahkan saat dewasa.
Keluarga mereka berlima pun akrab satu sama lain dan saling menjaga. Saking dekatnya, mereka tak sungkan untuk meminta semangkuk nasi ke tetangga. Sebagai gantinya, para ibu mengirimkan anaknya untuk mengantar sepiring daging tumis, semangkuk kimchi, sepiring kari, atau sepiring daun selada. Siklus berkirim makanan itu seakan tak berhenti, sampai meja makan Choi Taek, yang hanya tinggal berdua dengan ayahnya, tiba-tiba penuh dengan lauk dan sayur.
Baca juga: Tren Film Lebaran, dari Era Drama hingga Dominasi Horor
Meski hangat dan harmonis, hubungan lima keluarga ini tak selalu mulus. Ada saja kerikil yang menguji mereka. Namun, kasih sayang dan keinginan untuk mengerti satu sama lain yang membawa mereka keluar dari masalah. Pesannya jelas: tak ada keluarga yang sempurna, tetapi bukan berarti mereka berhenti berusaha menyempurnakan diri.
Dinamika lima keluarga ini membuat kawasan Ssangmun-dong tak pernah sepi. Teriakan dan tawa Doeksun cs menambah seru kehidupan di sana. Di tengah keseruan itu, benih cinta tumbuh dan bersemi. Jika mengikuti kata hati, mereka ingin sekali memperjuangkan cinta. Namun, risikonya terlalu besar, apalagi karena ini cinta segitiga. Jika egois dan salah langkah, hubungan pertemanan mereka bisa rusak.
Kehangatan kisah Doeksun cs bisa disaksikan saat Anda sedang bersantai. Butuh waktu untuk mengetahui ujung cerita Reply 1988 karena ada 20 episode di serial ini. Masing-masing episode berdurasi 80-100 menit. Walau cukup panjang, serial ini nyaman ditonton karena ringan dan jenaka. Serial ini juga lihai mengocok emosi.
”Keluarga” lain
Reply 1988 juga ditayangkan di Netflix. Untuk menyambut libur Lebaran tahun ini, Netflix membuat daftar putar (playlist) bertajuk A Feast of Shows for Ramadan. Daftar putar ini berisi berbagai film populer, seperti Ngeri-ngeri Sedap (2022) yang dalam bahasa Inggris berjudul Missing Home.
Ada lagi film Budi Pekerti (2023), Keluarga Cemara (2018), Keluarga Cemara 2 (2022), Susah Sinyal (2017), Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini (2019), serta Ali & Ratu Ratu Queens (2021). Selain film, Netflix juga menyediakan serial, seperti Saiyo Sakato (2020).
Daftar tontonan di Netflix ini membawa pelanggan ke ”keluarga-keluarga” lain. Setelah berkelana di Ssangmun-dong, tak ada salahnya mampir ke suatu desa di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, lewat film Ngeri-ngeri Sedap. Di situ ada Pak Domu (Arswendy Bening Swara), Mak Domu (Tika Panggabean), anak sulung Domu (Boris Bokir), anak kedua Sahat (Indra Jegel), anak ketiga Gabe (Lolox), dan si bungsu Sarma (Ghita Bhebhita).
Keluarga Batak itu dipimpin Pak Domu yang kepala batu dan doyan nongkrong di lapo. Saking keras kepalanya, ia tak mau peduli perasaan Domu yang ingin menikah dengan perempuan Sunda. Ia juga tak mau tahu alasan Sahat menetap di desa di Pulau Jawa, atau Gabe yang berkeras jadi pelawak. Pak Domu sampai tak sadar bahwa Sarma sering berkorban untuk menyenangkan hati orangtuanya.
Tiga anak lelaki itu lantas membelot dan enggan pulang kampung walau Mak Domu sudah rindu setengah mati. Pak Domu pun menyusun rencana agar semua anaknya berkumpul di rumah dan mengikuti kemauannya. Alih-alih berdamai, kondisi keluarga itu malah makin runyam. Mak Domu bahkan tak segan angkat kaki dari rumah.
Keluarga Pak Domu menampilkan dinamika keluarga yang tak selalu sempurna. Hubungan keluarga bisa rusak sewaktu-waktu jika kita keras hati dan merasa paling benar sendiri. Sejatinya, semua anggota keluarga sama-sama berarti dan punya kedudukan yang sama.
Baca juga: Ngeri-ngeri Sedap Jadi Orang Batak
Minat menonton
Ketersediaan berbagai tayangan daring seakan menjawab minat menonton masyarakat. Menurut studi Populix berjudul ”Ramadan 2024: Connectivity, Media Consumption, and Delivery Dynamic”, konsumsi layanan seluler naik 40 persen selama bulan Ramadhan. Peningkatan konsumsi layanan seluler tampak dari layanan berbasis internet, seperti panggilan, pengiriman pesan, dan penggunaan data.
Sebanyak tiga dari empat responden mengatakan, mereka rutin mengakses konten media selama Ramadhan, khususnya di media sosial dan Youtube. Meski demikian, televisi dan layanan OTT kurang diminati.
”Responden cenderung memilih media sosial dan platform streaming video Youtube karena aksesibilitasnya dan ragam konten yang relevan dengan mereka. Layanan streaming video juga disukai karena penyajian informasi yang jelas dan efektivitasnya dalam menyederhanakan topik-topik yang kompleks. Di sisi lain, media sosial menawarkan hiburan yang menyesuaikan dengan beragam minat,” tutur Head of Research Populix Indah Tanip melalui keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Rabu (10/4/2024).
Walau demikian, penyedia layanan OTT tetap punya pasar sendiri. Pasarnya pun terbilang besar. Mengutip laporan dari Statista, pasar layanan OTT berkembang pesat dengan masifnya penetrasi internet. Pengguna layanan OTT bahkan diprediksi mencapai 247,6 juta pengguna pada 2029.
Besarnya angka ini disambut dengan upaya penyedia layanan OTT untuk membuat konsumen betah. Tayangan bertema keluarga menjadi andalan untuk menemani konsumen di berbagai musim libur.
Jadi, libur Lebaran ini mau ”silaturahmi” ke keluarga mana?