Jika siksa kubur dipercaya, kenapa orang masih berbuat dosa? Pertanyaan itu inti cerita film ”Siksa Kubur” Joko Anwar.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·5 menit baca
Sebuah pertanyaan menarik muncul dalam cuplikan teaser film horor psikologis terbaru sutradara Joko Anwar, Siksa Kubur (2024). Isinya, kurang lebih, jika orang percaya ada kehidupan setelah kematian, berikut adanya balasan atas segala perbuatan di dunia, mengapa masih saja orang berani berbuat dosa?
Tak berhenti menjadi sekadar pertanyaan, sebuah kisah dibangun sang sutradara Joko Anwar dari sana. Cerita diawali cuplikan kehidupan keluarga Sanjaya (Fachry Albar) dan istrinya, Mutia (Happy Salma). Bersama kedua anak mereka, Sita (Widuri Puteri) dan Adil (Muzakki Ramdhan), pasangan harmonis ini menjalankan bisnis toko roti kecil.
Suatu hari, toko roti keluarga Sanjaya didatangi sejumlah pengunjung, salah satunya pria berpenampilan mencurigakan dan berair muka tegang. Ternyata pria itu berencana melancarkan bom bunuh diri. Ia sempat berbincang dengan Adil, yang menawarinya air minum.
Saat itu, pria misterius itu menasihati Adil agar jangan keluar dari toko apa pun alasannya. Sambil berkata, dia menyerahkan sebuah kaset pita bertuliskan ”Siksa Kubur” ke tangan Adil.
Berselang sekejap ledakan bom bunuh diri terjadi. Sanjaya dan Mutia termasuk menjadi korban tewas dalam serangan itu. Adil dan Sita yang masih belia mendadak menjadi yatim piatu. Kehidupan mereka berubah.
Mengetahui Adil menerima kaset dari si pelaku bom bunuh diri, Sita yang tengah kalut dan marah mencoba menyetel untuk mengetahui ada apa di dalamnya. Tak kalah mengejutkan, kaset tersebut berisi rekaman suara jeritan mengerikan dari orang yang tengah mengalami siksaan.
Dari dua kata yang tertulis di kaset, mereka hanya bisa menerka-nerka bahwa suara rekaman itu berisi suara orang yang tengah disiksa di dalam kuburnya. Sesuai ajaran agama Islam, seseorang akan dibangkitkan di alam kubur untuk ditanya oleh sepasang malaikat dan mendapat ganjaran sesuai amal perbuatannya di dunia. Jika orang itu berdosa, mereka akan diazab dan disiksa dengan siksaan mengerikan.
Hal itu yang jadi alasan pelaku bom bunuh diri melancarkan aksinya. Suara siksa kubur tadi diklaim sebagai pertanda bahwa dirinya harus membersihkan dunia dari para pendosa.
Sita marah luar biasa. Hingga dewasa Sita bertekad mengabdikan dirinya untuk membuktikan agama dan siksa kubur hanyalah omong kosong. Sita kecil yang lugu kemudian menjelma menjadi sosok perempuan dewasa (Faradina Mufti), yang ateis.
Membuktikan kebenaran agama dan siksa kubur adalah satu-satunya obsesi Sita dewasa. Bersama kakaknya, Adil (saat dewasa diperankan Reza Rahadian), mereka mencari orang paling berdosa semasa hidupnya untuk kemudian diikuti hingga ke liang kubur.
Hal itu dimungkinkan karena Sita bekerja sebagai perawat orang lanjut usia di sebuah panti jompo eksekutif, yang diisi para orang tua dari keluarga berada dan beragam latar belakang. Sementara Adil bekerja sebagai petugas pemulasaraan jenazah, sopir ambulans, sekaligus penggali kubur.
Satu waktu mereka menemukan calon mayat yang cocok dengan tujuan mereka. Apa yang selanjutnya dilakukan Sita?
Kelanjutan
Dalam beberapa kesempatan, Joko Anwar menyebut filmnya kali ini terinspirasi sekaligus menjadi kelanjutan film pendeknya, Grave Torture (2012). Dalam film pendek itu, cerita berpusat pada pengalaman seorang anak pembunuh berantai yang masih kecil dan tak sengaja ikut terkubur bersama jasad ayahnya.
”Memang di-develop-nya dari film pendek itu. Sederhananya, dari film pendek itu, maka hadirlah film ini,” ujar Joko dalam jumpa pers.
Siksa Kubur menerapkan alur cerita campuran, maju dan mundur, yang secara tak langsung memperkuat kisah dari setiap karakter utama. Joko dalam film horornya kali ini tak terlalu royal dengan adegan pengejut (jump scare).
Kengerian justru dibangun lewat adegan yang relatif sunyi dengan tata cahaya yang suram dan dingin mencekam. Misalnya, saat berada di kamar mayat atau di rumah jompo. Tampilan seram dari makhluk tak kasatmata pun terbilang tak mencolok, apalagi berdarah-darah.
Meski begitu, Joko sukses meramu beberapa adegan mengerikan dengan efek suara serta latar musik yang sangat intens sehingga memaksimalkan rasa takut yang muncul. Untuk efek suara dan musik latar adegan itu Joko mengaku dibantu sound designer yang pernah menggarap film horor Taiwan, Incantation (2022).
”Jadi, itu memang adegan saya yang lumayan paling intens dan emosional banget. Bang Joko sampai menyuruh cameraman mengikuti (pergerakan) saya dari awal sampai selesai. Saya juga orang terakhir yang dimasukkan ke dalam set itu (kamar jenazah). Pas saya masuk, semua pintu ditutup dan sendirian. Secara psikis suasananya memang sudah dibangun sejak awal sekali,” tutur Reza.
Saya juga orang terakhir yang dimasukkan ke dalam set itu (kamar jenazah). Pas saya masuk, semua pintu ditutup dan sendirian. (Reza Rahadian)
Selain itu, set adegan di dalam kuburan dibuat dengan sangat serius tanpa melupakan sisi kenyamanan bagi aktor. Hal itu diungkapkan Faradina sang pemeran Sita.
Terkait penafsiran terhadap plot cerita dalam naskah, Faradina menyebut sutradara memberi keleluasaan kepada semua pemeran untuk menafsirkan sendiri. ”Bang Joko enggak pernah mengarahkan harus begini atau begitu. Semua karakter diajak berdiskusi untuk membangun (cerita) bersama. Jadi, masing-masing dari kami punya sidik jari dalam perannya sendiri,” tambanya.
Dalam jumpa pers seusai press screening, Joko menyerahkan kepada penonton soal interpretasi mereka terkait isi dan pesan dalam filmnya ini. Dia berharap, setelah menonton para penggemar bisa saling mendiskusikan persepsi dan pemahaman mereka tentang film itu.
Yang jelas, lanjut Joko, dalam membuat Siksa Kubur, dirinya telah melakukan banyak riset, studi, serta diskusi mendalam, baik bersumber dari buku-buku, risalah, maupun hadis. Selain itu, dia juga menemui sejumlah pakar agama. Dengan begitu, penggambaran yang terjadi di dalam kubur, menurut dia, tidak dibuat secara asal-asalan, karangan, atau imajinasi dirinya sendiri.
Sebelum Siksa Kubur, film Siksa Neraka yang rilis pada akhir Desember 2023 sempat menyedot perhatian dan cukup sukses di pasaran. Jumlah penonton film karya sutradara Anggy Umbara ini mencapai sekitar 2,6 juta.