Seusai Kings of Convenience di hari kedua festival Joyland, hujan makin deras. James Blake menutup hari terakhir.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Sore hingga menjelang matahari terbenam rasanya waktu paling tepat menikmati festival Joyland edisi Bali di Peninsula Island, The Nusa Dua. Duo Kings of Convenience dengan lagu-lagu pop balada mengiringi tergelincirnya matahari pada hari kedua, Sabtu (2/3/2024). Di hari penutup, Minggu, ada Dialog Dini Hari dan Isyana Sarasvati yang tampil di jam peralihan itu.
Matahari bersinar terik sejak Sabtu siang sampai sore. Musisi Gumatat Gumitit Gospel memainkan bebunyian magis di panggung Lily Pad di tepi pantai. Di kejauhan sejumlah turis masih terlihat bermain air laut, atau berjemur di atas pasir. Segelintir pengunjung Joyland khusyuk menyimak musik suguhan instumentalis asal Bali itu, berlindung di bawah bayangan pepohonan.
Sementara di panggung utama, solois Bilal Indrajaya menghibur dengan lagu-lagu renyahnya, seperti ”Ruang Kecil”, ”Bermuda”, dan ”Purnama”. Penonton menyimaknya sambil duduk-duduk di atas rumput. Beberapa di antaranya menggelar sarung sebagai alas duduk. Sabtu itu, rerumputan sudah mengering.
Nuansa sore di hari kedua itu sungguh berbeda dibandingkan dengan hari pertama. Penonton duduk-duduk rileks mering bersama kerumunannya. Orangtua yang membawa anaknya tak segan melepas mereka berlarian di lapangan rumput. Sementara pada Jumat, hujan deras mengguyur arena dan sekitarnya, sampai memundurkan jadwal pembukaan. Permukaan yang basah membuat enggan duduk berlesehan. Saat hujan reda pun, awan hitam masih menggantung.
Selepas Bilal, kerumunan bergeser ke panggung medium untuk menonton grup pop elektronik Mantra Vutura. Mereka menggedor penonton dengan musik-musik elektronik yang rancak. Namun, sebagian orang bergeming di depan panggung utama untuk menunggu penampil unggulan, Kings of Convenience (KoC). Duo asal Bergen, Norwegia, itu naik panggung pukul 18.15 saat langit mulai meredup.
Kemunculan duo Erlend Øye dan Eirik Glambek Bøe itu disambut meriah. Banyak penonton yang beringsut dari tempat duduknya untuk berdiri serapat mungkin ke baris depan. Ini adalah kali keempat KoC main di Indonesia, tetapi baru pertama kali tampil di Bali. Setahun silam, mereka tampil di The Ballroom Ritz-Carlton, Jakarta. Walau terbilang sering ke Indonesia, sambutan untuk mereka tak menyurut.
Mereka membuka set dengan lagu ”Comb My Hair” dan ”Rocky Trail” dari album Peace or Love rilisan 2021. Itu album termutakhir mereka. Meski terbilang baru, penonton banyak yang hafal, terutama lirik ”Rocky Trail” yang merupakan salah satu lagu unggulan di album itu.
Sorakan dan ”paduan suara” dadakan mengencang pada lagu ketiga, ”Cayman Island” yang dicuplik dari album Riot on Empty Street. Album keluaran tahun 2004 itu bisa dibilang sebagai pembuka jalan ke kancah musik internasional. Gaung album terkenal itu masih kuat. ”Lagu ini (’Cayman Island’) masih populer di kalangan gitaris Indonesia. Saya sering melihat videonya di Youtube. Terima kasih atas sambutan kalian,” kata Bøe.
Lagu sendu yang menceritakan keheningan hidup di pulau kecil itu termasuk yang paling populer. Ini lagu yang wajib ada di setiap penampilan KoC. Langit menggelap; tidak hanya karena matahari yang makin beranjak ke barat, tetapi juga gumpalan awan menghitam. Sore yang cerah mulai berubah.
Pertunjukan KoC tentu tidak terpengaruh perubahan itu. Di panggung, tata lampu makin gemerlap meski tampilan visual latar tergolong biasa saja untuk penampil utama. Gambar yang muncul di layar besar itu hanya nama grup mereka, dan sesekali berganti dengan wajah-wajah penonton. ”Kami memang kurang serius menyiapkan visual ini,” ucap Øye yang mengundang tawa penonton. Jadilah, duo ini, dan juga kerumunan mereka menjadi fokus utama.
Daftar lagu yang mereka bawakan nyaris sama seperti di pertunjukan sebelumnya di Jakarta tahun lalu. Mereka membawakan lagu ”Angel” yang mendayu itu. Setelah itu, mereka menyisipkan petikan lagu ”Bersandar” milik band Indonesia White Shoes and the Couples Company yang diuntai dengan karya mereka sendiri, ”Love is a Lonely Thing”.
Tensi pertunjukan sedikit menghangat saat mereka memainkan ”I’d Rather Dance with You” yang memang bertempo lebih cepat di antara katalog mereka. Nomor ini dibawakan ketika KoC telah diiringi pemain bas dan drum. Penonton berdansa. Seperti menggenapi judul lagunya, Øye juga lebih ekspresif menggoyangkan tubuhnya. Set sepanjang 75 menit dipungkasi dengan nomor ”Know How” yang lagi-lagi dicuplik dari album Riot on Empty Street.
Hujan
Dari arena panggung utama, mayoritas penonton beringsut ke panggung medium untuk menonton band psikadelik rock Ali. Sebagian lagi memilih mendatangi ”gubuk-gubuk” yang menjual makanan dan minuman. Seporsi nasi goreng dengan harga termurah Rp 45.000 laris dibeli. Sementara seiris besar pizza harganya Rp 65.000. Perut memang perlu diisi, dan pilihannya hanya yang tersedia di arena. Makanan dan minuman dari luar dilarang masuk.
Di panggung Lily Pad tampil musisi Bali, Putu Septa, dan tiga temannya dari Nata Praya. Mereka memainkan bebunyian dari instrumen gamelan Bali yang dipadu dengan synthesizer. Ketukan elektronik kadang pelan, kadang rancak. Seorang teman berucap, ini seperti mendengar Philip Glass atau Jonny Greenwood bermain-main dengan gamelan Bali. Nuansanya modern, sekaligus magis.
Belum usai set Putu Septa, gerimis pun turun. Penonton yang semula berdiri di ruang tanpa atap beralas pasir pantai melipir cari naungan. Gerimis berubah jadi hujan. Komposisi Putu Septa makin berasa magis, sementara angin makin kencang, dan hujan makin deras.
Banyak penonton yang memanfaatkan hujan reda itu untuk pulang berjalan keluar arena, pulang. Arena Joyland makin lengang. Tak banyak orang yang menonton Whitney.
Hujan deras berlangsung lama. Penampil berikutnya di panggung itu, Kiko/O, yang dijadwalkan naik pukul 20.45 ditunda. Panggung lainnya pun begitu. Penonton Eva Celia di panggung utama hanya bertahan segelintir saja. Acara dihentikan sementara. Tapi hujan turun cukup lama.
Menjelang pukul 22.00, hujan mereda. Acara dimulai lagi. Kiko/O, Bank, dan Whitney naik panggung di saat yang hampir bersamaan di panggung masing-masing. Komika Sadana Agung asal Salatiga melawak di panggung Shroom Garden, menceritakan pengalamannya jadi aktor di film laris Agak Laen.
Namun, banyak penonton yang memanfaatkan hujan reda itu untuk pulang berjalan keluar arena, pulang. Arena Joyland makin lengang. Tak banyak orang yang menonton Whitney, band yang pernah batal tampil di Jakarta pada 2020 karena pandemi Covid-19.
Sore di hari terakhir ini, Minggu (3/3/2024), diperkirakan cerah. Band tuan rumah Dialog Dini Hari naik panggung pukul 16.45 ketika sore sedang memukau. Isyana Sarasvati main di panggung utama pada pergantian warna langit. Nuansa rileks semoga jadi penutup yang pas untuk festival ini dengan penampil utama James Blake.