Perjuangan Juru Selamat di Planet Arrakis
Epos perang suci ”Dune: Part Two” mengingatkan orang pada pertarungan geopolitik di dunia nyata. Seperti apa kisahnya?
Menonton film Dune: Part Two (2024)garapan sutradara Denis Villeneuve bukan lagi sekadar menyaksikan film bergenre fiksi sains biasa. Plot cerita hasil adaptasi dari novel berjudul sama, Dune (1965), karya Frank Herbert asal Amerika Serikat itu kompleks.
Kompleksitas tersebut antara lain yang menyebabkan draf novel tersebut ditolak editor berulang kali. Kerumitan terjadi lantaran alur cerita di dalamnya tak lagi sekadar membahas kisah laga fiksi sains biasa, tetapi termasuk intrik-intrik politik dan perebutan kekuasaan antargalaksi.
Kisah-kisah perseteruan yang digambarkan lebih ke permainan kekuasaan (power game) tingkat tinggi, yang melibatkan banyak aspek mulai dari takhta kekuasaan, intrik politik, pengkhianatan, dan balas dendam. Selain itu plot cerita juga diwarnai motif percintaan, kawin-mawin, serta mitos kepercayaan mistis akan keberadaan seorang juru selamat.
Baca juga: Layar Terkembang hingga ke Timur
Salah satu aspek penting lain, permainan kekuasaan tersebut adalah motif ekonomi terutama terkait keberadaan satu komoditas hasil alam, rempah (spice). Komoditas rempah, yang di novelnya disebut dengan nama melange, itu teramat penting sekaligus juga sangat sulit ditemukan.
Semua hal tersebut terbilang familiar dan relatif sangat erat sekaligus relate dengan kondisi dunia nyata sekarang di mana peta pertarungan geopolitik kental ditentukan keberadaan sumber daya energi minyak bumi. Di semesta Dune, keberadaan rempah tersebut hanya bisa ditemukan dan ditambang di sebuah planet Arrakis, yang memiliki kondisi alam dan lingkungan yang mematikan berupa gurun panas.
Tak hanya itu, keberadaan spice di gurun juga ”dijaga” cacing-cacing gurun raksasa yang sangat ganas dan mampu menelan apa saja menjadi makanannya. Hal itu bisa dilakukan dengan ukuran tubuh cacing yang luar biasa besar. Selain hewan misterius tadi, wilayah gurun di planet tersebut juga sangat berbahaya lantaran keberadaan suku asli Arrakis, bangsa Fremen.
Komoditas rempah sangat dicari dan mahal lantaran fungsinya yang teramat penting di semesta Dune. Tak hanya bisa membuat pemakainya berumur panjang dan unggul secara fisik dan pikiran, rempah melange juga penting dalam menjamin keamanan setiap perjalanan antarbintang dan antargalaksi.
Bangsa Fremen adalah ras penduduk asli di planet yang tak ramah kehidupan. Mereka memilih mengangkat senjata, bergerilya memerangi kekuasaan bangsa Harkonnen. Dipimpin Baron Vladimir Harkonnen (Stellan Skarsgård), bangsa dari ras bengis Harkonnen itu menguasai monopoli eksploitasi dan perdagangan rempah antargalaksi selama berabad-abad.
Tadinya Harkonnen direstui kekaisaran pimpinan Shaddam IV (Christopher Walken), yang memerintah dengan didampingi putrinya, Princess Irulan (Florence Pugh). Namun, secara tiba-tiba hak Istimewa itu dialihkan ke kaum Atreides, yang dipimpin Duke Leto Atreides (Oscar Isaac). Ada motif politik di baliknya.
Perjuangan ”lisan al gaib”
Pada akhir cerita awal sekuel film ini, Dune: Part One (2021), putra mahkota Atreides, Paul Atreides (Timothée Chalamet), dan ibunya, Lady Jessica (Rebecca Ferguson), berhasil menyelamatkan diri. Masih seperti film pertamanya, di sekuel kali ini Denis Villeneuve masih berperan menulis naskah dan menyutradarainya.
Saya mulai berlatih (koreografi perkelahian) sejak hari pertama. Latihan berlangsung di Los Angeles (Amerika Serikat), sementara saya yakin Austin ada di Budapest. Begitu kami bertemu, kami langsung berlatih gerakan bersama. Dia adalah aktor yang sangat berdedikasi dan hebat dalam mendalami perannya.
Di sekuel pertama ini, cerita berlanjut ke tahap berikut di mana keduanya, Paul dan Jessica, mencoba membangun kembali kekuatan untuk membalas dendam. Di sekuel pertama ini juga digambarkan kisah romansa yang berkembang di antara keduanya. Chani sebelumnya kerap muncul dalam mimpi-mimpi Paul.
Menurut sang sutradara, karakter Chani menggambarkan dan mewakili kelompok skeptis di kalangan bangsa Fremen. Mereka menolak nubuat atau ramalan Ben Gesserit, yang menyebut juru selamat datang dari orang luar bangsa Fremen. Chani dan sebagian bangsa Fremen justru menginginkan hanya bangsa Fremen yang membebaskan dirinya dari belenggu penjajahan.
Di sekuel ini, Paul juga diceritakan berduel melawan penguasa baru bangsa Harkonnen, Pangeran Feyd-Rautha (Austin Butler). Seperti penggambaran bangsa Harkonnen, pangeran ini ditampilkan dalam sosok pria bengis berkulit putih pucat tanpa rambut di kepala, yang sangat haus darah. Pada versi film sebelumnya, Dune (1984), karakter ini diperankan oleh penyanyi Inggris, Sting.
Kebengisannya tampak dalam satu adegan pertarungan dengan senjata tajam di arena layaknya tarung gladiator bangsa Romawi kuno. Sang pangeran bengis menghabisi tiga petarung tawanan dari bangsa Atreides. Belakangan, dia juga bertarung satu lawan satu melawan Paul dalam kesempatan lain. Koreografi pertarungan di adegan itu tampak digarap dengan sangat serius, tetapi tetap enak ditonton.
”Saya mulai berlatih (koreografi perkelahian) sejak hari pertama. Latihan berlangsung di Los Angeles (Amerika Serikat), sementara saya yakin Austin ada di Budapest. Begitu bertemu, kami langsung berlatih gerakan bersama. Dia adalah aktor yang sangat berdedikasi dan hebat dalam mendalami perannya,” puji Chalamet kepada lawan mainnya itu.
Dalam perjuangannya, Paul dibantu tangan kanan mendiang ayahnya, Gurney Halleck (Josh Brolin), yang berhasil selamat dari pembantaian Harkonnen. Dalam perannya kali ini, Halleck tak lagi bertugas sekadar melatih dan melindungi sang pangeran, tetapi juga ikut membantu membalas dendam terhadap bangsa Harkonnen.
”Ceritanya menjadi sangat spiritual dan menurut saya Gurney mewakili tipe orang gila dalam diri kita semua. Dia juga berjuang dengan posisinya saat ini. Dia berpikir, ’Di manakah saya cocok sebagai seorang pemimpin? Di mana saya cocok sebagai seorang pejuang? Di manakah posisi saya?’” ujar Brolin.
Penuh metafora
Seperti juga diceritakan dalam sumber novelnya, kisah dalam epos Dune sarat dipenuhi beragam bentuk metafora, yang juga bisa ditemukan dalam dunia nyata. Metafora tentang konflik dan kolonialisasi dari bangsa yang jauh lebih maju atas bangsa yang lebih terbelakang seperti di semesta Dune juga terjadi di dunia nyata.
Praktik sama juga terjadi antara negara maju dan berkembang di dunia nyata. Di mana dominasi dan kolonialisasi, baik secara politik maupun dalam bentuk penjajahan bersenjata, juga dilandasi faktor ekonomi berupa perebutan sumber daya alam yang terbatas macam minyak bumi.
Sementara perlawanan terhadap praktik penjajahan itu juga diwarnai beragam keyakinan, termasuk yang bersifat mistis dan agamis macam keberadaan Imam Mahdi di akhir zaman. Dalam kisah fiksi ini, Imam Mahdi dipanggil dengan sebutan Lisan al Gaib.
Secara visual, penggambaran bangsa Harkonnen sangat identik sekaligus menyimbolkan keberadaan bangsa penjajah berkulit putih yang rakus, manipulatif, dan kejam. Sementara keterbelakangan bangsa di negara dunia ketiga juga identik dengan penggambaran Bangsa Fremen, yang diperlihatkan hidup secara nomaden di lokasi-lokasi terpencil dan berbahaya.
Tipikal penggambaran negara dunia ketiga terbelakang juga diperlihatkan lewat keyakinan dan ketaatan bangsa Fremen terhadap nubuat kedatangan Sang Juru Selamat. Keyakinan yang secara tak langsung juga melenakan bangsa Fremen. Mereka sudah merasa cukup untuk sekadar melawan secara sporadis dan gerilya terhadap kekuatan militer bangsa Harkonnen.
Baca juga: Film ”Agak Laen” Diharapkan Bisa Redakan Stres akibat Politik
Sementara berbagai kekuatan antargalaksi di luar mereka dengan leluasa mengisap dan mengeksploitasi kekayaan alam bangsa Fremen secara terang-terangan di depan mata. Hal itulah yang ditentang Chani beserta rekan-rekan sesama Fremen dari golongan suku Selatan. Buat mereka, sang juru selamat haruslah datang dari bangsa Fremen dan bukan tergantung pada orang asing.
Lebih lanjut proses pengambilan gambar film Dune: Par Two dilakukan di sejumlah negara, seperti di Budapest (Hongaria); Italia; Wadi Rum (Jordania); dan Abu Dhabi (Uni Emirat Arab). Beberapa bangunan yang dipakai seperti Brion Sanctuary di San Vito d’Altivole dekat Treviso, sementara di Budapest seperti di Fiumei Road Cemetery dan Japanese Garden.