Film laga baru berjudul ”Bonnie” siap tayang sebentar lagi. Kisah remaja perempuan pemberani dengan lika-liku hidupnya.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·4 menit baca
Film laga bukan barang baru di Indonesia meski kehadirannya tak sesubur jenis film lainnya. Namun, upaya untuk memproduksinya terus ada dengan berbagai konsep cerita dan konflik yang dibangun. Salah satunya, Bonnie, film laga produksi Tawang Khan Production yang bakal rilis pada 29 Februari 2024.
Dalam kunjungannya ke Redaksi Harian Kompas, Jumat (16/2/2024), Produser Eksekutif Ical Labarani mengungkapkan, pilihan membuat film laga ini bermula dari berbagai pengalaman yang dijalaninya bersama beberapa teman sebagai stuntman. ”Dari situ, sepakat untuk bikin film laga ini,” ujar Ical.
Berbekal pengalaman ini, proses pembuatan film pun berbeda. Hal yang terlihat mencolok adalah keberadaan sutradara film laga, selain sutradara utama dalam film ini. Menurut Ical, ini penting dalam produksi film laga untuk menjaga kesinambungan dan ketepatan gambar ketika mengeksekusi bagian aksi dan drama dalam sebuah film laga.
Ia pun menegaskan, sutradara action ini berbeda dengan koreografer atau fight coach. Di sini, sutradara action turut mengarahkan pemeran dan mengatur posisi pengambilan gambar ketika sesi laga agar sesuai. Pilihan ini diakuinya cukup membantu perjalanan proses shooting menjadi lebih mulus dan lancar.
Waktu pangambilan gambar selama 30 hari di Jakarta yang melibatkan hampir 1.200 orang ini pun berjalan dengan baik. ”Rasanya ini suasana produksi yang paling tenang, ya, sepanjang ikut produksi film,” kata Ical.
Hal ini disepakati oleh aktor dan musisi Ariyo Wahab yang berperan sebagai Sambara, ayah Bonnie. Keberadaan sutradara action dan sutradara utama ini membuat proses lebih efektif dan detailnya terjaga. ”Perlu memang ada sutradara action dan sutradara drama secara terpisah begini,” ujar Ariyo.
Fandy Fight yang dipilih menjadi sutradara action menuturkan, film laga ini sebenarnya tidak melulu soal berkelahi. Ada unsur-unsur yang bisa diperjelas dalam sinema dan berpotensi membangun suasana juga emosi. Untuk itu, ia mendorong pemain untuk mampu melampaui batasan agar hasil yang disuguhkan sesuai ekspektasi.
Perempuan melawan
Film Bonnie, yang trailernya rilis pada akhir Januari lalu, berkisah tentang seorang remaja perempuan yang mahir bela diri dan kerap terlibat pertikaian. Tokoh Bonnie diperankan Livi Ciananta Item yang berusaha keras untuk memperdalam kemampuan bela dirinya selama tiga bulan sebelum produksi berjalan.
Ia dilatih langsung oleh Fandy secara intensif dari pagi hingga malam. Sebelumnya, Livi sempat diragukan akan lanjut berperan karena tingginya intensitas latihan bela diri. ”Kita taruhan sampai berapa hari ini nih tahan, kayaknya dua hari udah enggak lanjut. Ternyata, dia terus datang. Batu juga, nih, anak,” jelas Ical yang disambut tawa Livi.
Fandy membenarkan semangat Livi yang pantang menyerah sepanjang latihan dan shooting. Bahkan, pada masa akhir pengambilan gambar, Livi yang sudah kelelahan tetap berjuang merampungkan tanggung jawabnya. ”Ditanya sih, tapi kan aku tahu sendiri jawabannya, ya. Kalau aku jawab kondisiku enggak aman, kan, tetap akan disemangati untuk lanjut, kan,” tutur Livi yang merasa senang dengan film pertamanya sebagai pemeran utama ini.
Berkaca pada pemeran utama remaja perempuan ahli bela diri memang jarang dijumpai dalam film laga Indonesia. Sebelumnya, remaja perempuan dalam film laga Tanah Air ini identik dengan pahlawan super, seperti Tira, Sri Asih, atau Virgo and The Sparklings. Apabila dia hanya orang biasa, perannya menjadi sidekick peran utama yang kebetulan laki-laki.
Pukulan dan segala aksi ini sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan.
Bonnie yang proses shooting-nya sudah sejak tahun lalu seakan menjadi pembuka bagi tumbuhnya sosok para perempuan sebagai penggerak utama film laga. Beberapa judul dengan sosok perempuan dalam film laga selain Bonnie sudah siap tayang juga sepanjang tahun ini. Setidaknya, ada serial Ratu Adil dan The Shadow Strays.
”Kenapa perempuan? Saya tanya ini juga ke sutradara, Pak Agus H Mawardhy. Jawabannya, saya setuju juga. Perempuan itu makhluk terkuat dari apa yang dia jalani dalam hidupnya,” ucap Ical yang dibenarkan Ariyo.
Konteks lain dalam film ini, disebut Ariyo, tidak hanya sekadar pertarungan dengan keinginan membunuh atau menghabisi lawan. ”Justru bukan itu, ya. Pukulan dan segala aksi ini sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan. Sudah enggak mau tertindas lagi,” tutur Ariyo.
Ini pun tampak dalam trailer-nya. Sambara meminta Bonnie dan ibunya untuk lari karena ada kawanan preman yang hendak menyerang Sambara yang senantiasa melindungi orang kecil. Bonnie tumbuh besar bersama ibunya dan sering bermasalah dengan geng preman sekolah karena, seperti sang ayah, ia ingin membela yang dianggapnya lemah.
Jadi, sudah siap menyaksikan aksi Bonnie bertarung melawan bentuk-bentuk belenggu yang menindas akhir Februari nanti?