Argylle, Kejutan Bertubi dari Mata-mata
”Argylle”, film spionase , mengisahkan penulis novel spionase yang terlibat petualangan gara-gara isi novelnya.
James Bond, Mission Impossible, Mr. and Mrs Smith, dan Johnny English adalah sejumlah film mata-mata legendaris di layar lebar. Daftar film genre ini semakin ramai dengan kehadiran Argylle (2024) dengan sentuhan aksi komedi. Penuh kejutan, walaupun tak ada yang terlalu mengesankan.
Elly Conway (Bryce Dallas Howard) adalah penulis novel spionase introver yang sukses. Karyanya berkutat tentang aksi agen rahasia Argylle (Henry Cavill) dalam mengungkap sebuah sindikat global.
Dalam penggambarannya, Argylle adalah sosok memesona. Tubuhnya tinggi, kekar, dan tegap. Satu gaya yang menjadi ciri khasnya adalah potongan rambut bergaya flattop yang klasik. Hm, wajah Henry Cavill ternyata cocok-cocok saja dengan gaya ini setelah sering tampil di film-film dengan rambut ikal hitamnya.
Elly tampaknya kesulitan menemukan ide untuk buku kelimanya. Setelah bertukar pikiran dengan sang ibu, Ruth (Catherine O’Hara), ia memutuskan pulang ke rumah orangtuanya. Tak lupa, Alfie yang merupakan kucing tercinta ikut dibawa pulang menggunakan ransel.
Saya telah memberikan apa yang orang harapkan dari film mata-mata. Ini saat yang tepat untuk menantang beberapa klise yang selama ini saya pegang teguh. Saya pikir dunia pascapandemi memerlukan sesuatu yang dapat membuat orang tersenyum.
Di kereta, ia bertemu Aidan (Sam Rockwell) yang mengaku sebagai seorang mata-mata. Penampilannya jauh berbeda dari mata-mata bayangan Elly. Aidan terlihat seperti laki-laki biasa dengan cambang lebat. Di situlah momen hidup Elly sekejap berubah.
Elly rupanya sedang diincar The Division, sindikat penjahat yang dipimpin Ritter (Bryan Cranston) karena apa yang dia tulis ternyata betul-betul terjadi. Dengan bantuan Aidan, Elly dan Alfie kini terlibat petualangan melawan penjahat yang menyingkap banyak selubung misteri, termasuk masa lalu Elly.
Argylle tayang di bioskop sejak 31 Januari 2024. Film ini merupakan garapan sutradara Matthew Vaughn yang ditulis oleh Jason Fuchs.
Semua berawal pada tahun 2020. Karena bosan dengan karantina akibat pandemi, Vaughn sekeluarga menghabiskan waktu untuk menonton film. Satu film yang berkesan adalah North by Northwest (1959) karya Alfred Hitchcock. Film ini mengisahkan seorang pria yang terseret dalam petualangan spionase luar biasa. Anak-anak Vaughn jatuh hati pada film klasik itu. Ide untuk membuat film serupa tercetus.
Tak lama, sebuah novel yang belum dipublikasi dari penulis tanpa nama mampir ke meja Vaughn. Argylle menjadi novel mata-mata terbaik yang Vaughn pernah baca. Mengutip Vanity Fair, penulis Argyle yang misterius ternyata ada dua orang, yakni Terry Hayes dari Australia dan Tammy Cohen asal Inggris.
Namun, Vaughn menerapkan adaptasi tidak biasa. Argylle dan karakter lain dalam novel hanya menjadi batu loncatan untuk film orisinal yang benar-benar baru. Ia justru membuat cerita dari perspektif penulis novel.
”Saya telah memberikan apa yang orang harapkan dari film mata-mata. Ini saat yang tepat untuk menantang beberapa klise yang selama ini saya pegang teguh. Saya pikir dunia pascapandemi memerlukan sesuatu yang dapat membuat orang tersenyum,” kata Vaughn dalam keterangan tertulis dari Universal Pictures Indonesia, yang diterima di Jakarta, Rabu (31/1/2024).
Gaya Vaughn
Sebagai sutradara, nama Matthew Vaughn telah melambung berkat Kick-Ass (2010), X-Men: First Class (2011), X-Men: Days of Future Past (2014), termasuk Kingsman: The Secret Service (2014) beserta jagat Kingsman.
Vaughn memiliki gaya khas dalam menyutradarai film aksi bernuansa komedi seperti yang terlihat pada waralaba Kingsman. Aksi perkelahian yang diselingi humor, dialog yang terkadang sarkas atau satir, laju adegan yang cepat, serta iringan lagu jadul populer membuat film penuh lapisan plot twist ini terasa lebih melegakan. Bedanya, Argylle tidak sesadis karya-karya pendahulunya tersebut.
Berkat pengembangan cerita Vaughn dan Fuchs, Argylle menjadi film meta. Dalam beberapa adegan, Elly dan Argylle juga beberapa kali berinteraksi untuk mengingatkan penonton bahwa adegan dalam film itu adalah cerita fiksi.
”Motivasi utama saya adalah membuat narasi yang menarik. Saya tidak bertujuan menciptakan kembali genre ini, tetapi untuk memberikan perspektif baru. Saya menyutradarai seolah-olah saya adalah seorang penonton, memikirkan tentang apa yang ingin saya lihat atau elemen tak terduga apa yang dapat saya masukkan agar tetap terasa baru,” ujar Vaughn.
Meskipun begitu, Argylle tampaknya masih membawa ”nyawa” Kingsman, yakni lewat kehadiran aktris Sofia Boutella dan aktor Samuel L Jackson. Jika Jackson menjadi antagonis di film pertama Kingsman, kali ini dia mendapat peran protagonis.
Kebohongan besar
The greater the spy, the bigger the lie. Jargon andalan dalam Argylle itu berarti semakin hebat mata-matanya, semakin besar pula kebohongannya. Sepertinya jargon ini cocok juga jika bicara tentang film ini.
Saya ingin memilih aktor-aktor yang tidak Anda harapkan dalam peran ini. Rasanya segar setelah Anda telah melihat hal itu-itu saja.
Film ini memiliki sedikitnya lima elemen kejutan besar dalam cerita (plot twist). Penonton jadi tetap terpaku dalam film untuk mengikuti jalan cerita yang disampaikan secara ringan tersebut. Segala hal yang terjadi di film dipertanyakan ulang oleh penonton.
Baca juga: Melawan Episode Seksisme Tanpa Seri
Sayangnya, beberapa lapisan kejutan yang menyelimuti Argylle sebetulnya bisa diperkirakan. Koreografi adegan aksi perkelahian pun dikemas menarik, seperti perkelahian di kereta, berselancar di minyak mentah, dan tembak-menembak dengan sentuhan balet. Segar, tetapi tidak ada hal baru yang membuat terpukau.
Terlepas dari itu, Howard dan Rockwell membawakan karakter mereka dengan apik. Karakter Rockwell, Aidan, yang slengean sedikit mengingatkan perannya sebagai Billy Bickle di Seven Psychopaths (2012). Baik Howard maupun Rockwell sebetulnya jarang terlibat dalam proyek semacam ini.
”Saya ingin memilih aktor-aktor yang tidak Anda harapkan dalam peran ini. Rasanya segar setelah Anda telah melihat hal itu-itu saja,” ucap Vaughn.
Memang itulah yang terjadi di dunia nyata. Karakter Aidan mengingatkan penonton bahwa mata-mata kerap beredar dalam wujud yang biasa-biasa saja agar tidak mencolok. Di Indonesia, prinsip itu sudah menjadi pengetahuan umum. Banyak intel berkeliaran memecahkan kasus dengan menjadi penjual kaki lima, tukang becak, bahkan wartawan.
”Pemilihan aktor oleh Matthew Vaughn sangat melawan kebiasaan. Dia bersedia mengambil peluang untuk bertindak di luar kotak—mungkin itulah alasan saya ada di sana,” kata Rockwell menambahkan.
Namun, ada satu kebohongan yang cukup mengganggu dari film ini. Dari judul dan poster film yang beredar, calon penonton akan mengira bahwa film ini akan bercerita dari perspektif karakter Argylle yang diperankan Cavill. Padahal, Elly yang menjadi tokoh utama. Apabila melihat bocoran di pertengahan kredit film, sepertinya rasa penasaran penonton baru akan terbayar di film berikutnya.
Catatan: tulisan ini mengandung spoiler