Tidak ada kolektor asing yang mau mengoleksi karya seniman asal Indonesia. Ini menjadi pertanyaan bagi Biantoro.
Oleh
IGNATIUS NAWA TUNGGAL
·3 menit baca
Dua galeri asal Indonesia lolos seleksi mengikuti perhelatan seni rupa Art SG 2024 di Singapura, yang berlangsung pada 19–21 Januari 2024. Art fair terbesar di Asia Tenggara yang identik dengan pemasaran komoditas seni rupa tersebut diikuti 114 galeri dari 33 negara.
Dua galeri itu adalah Galeri Srisasanti dan Galeri Nadi. Selain itu, masih ada satu lagi, yakni Galeri Gajah, yang membuka galeri di Jakarta dan studio untuk seniman di Yogyakarta. Akan tetapi, ini tidak dimasukkan karena pemiliknya menetap dan membuka galeri pula di Singapura.
”Saya sampai tidak berani menghitung total investasi yang saya keluarkan. Keikutsertaan di art fair ini cukup mahal, kemudian target pembelian oleh kolektor dari negara lain untuk karya di galeri saya tidak tercapai,” kata Biantoro Santoso dari Galeri Nadi, Rabu (24/1/2024), setelah tiba di Jakarta dari Singapura.
Kepada Kompas, Biantoro mengirimkan dokumen lima foto karya lukisan yang terjual di Art SG. Semuanya dibeli kolektor asal Indonesia. Kisaran harganya cukup ekstrem, antara Rp 20 juta dan hampir Rp 1 miliar.
Inilah yang dianggap Biantoro tidak sesuai dengan harapannya. Mengikuti ajang seni rupa di negara lain dan diikuti banyak galeri dari berbagai negara, Biantoro tentu berharap ada kolektor asing yang mau mengapresiasi karya seniman asal Indonesia.
Tidak adanya kolektor asing yang mau mengoleksi karya seniman asal Indonesia itu menjadi pertanyaan tersendiri bagi Biantoro. Sebelumnya, Galeri Nadi yang dikelolanya sudah beberapa kali mengikuti perhelatan art fair di Singapura. Hong Kong, dan lainnya. Ia menyebut, hampir pasti ada karya yang dikoleksi kolektor asing.
”Dari lima kolektor Indonesia, ada satu kolektor yang untuk pertama kali bertransaksi di galeri saya,” kata Biantoro.
Butuh pengenalan
Di Art SG 2024 kedua ini, Biantoro memesan ruang pajang untuk galerinya seluas 44 meter persegi. Pada tahun sebelumnya, ia absen. ”Kita masih membutuhkan pengenalan seniman Indonesia secara lebih jauh kepada kolektor-kolektor asing,” ujar Biantoro.
Pemilik Galeri Srisasanti, St Eddy Prakoso yang akrab disapa Oyik, mengatakan, total investasi keikutsertaan di Art SG 2024 mencapai 100.000 dollar Singapura atau setara sekitar Rp 1,1 miliar. Dari angka itu, sekitar 50 sampai 60 persen digunakan untuk sewa ruang pajang seluas 60 meter persegi. Selebihnya, untuk akomodasi dan perlengkapan di sepanjang pameran berlangsung.
Oyik menjual empat lukisan. Pembelinya, dua kolektor asing dari Taiwan dan Australia. Selebihnya, dua karya lainnya dibeli kolektor Indonesia. Oyik mengirimkan tiga dokumen foto lukisan yang terjual dengan kisaran harga 25.000 sampai 65.000 dollar Singapura.
”Kita bisa melihat pihak pengelola Art SG ataupun pemerintah negara Singapura memiliki kesadaran yang tinggi terhadap potensi ekonomi dari pariwisata seni rupa. Ini berbeda dengan pemerintah kita, yang mungkin karena memiliki skala prioritas berbeda,” ujar Oyik, yang tahun ini genap 30 tahun mengelola galerinya.
Art fair menjadi bagian dari infrastruktur seni rupa yang sangat penting. Kehadiran galeri yang bisa mewakili sebuah negara akan memiliki arti bagi usaha-usaha pelaku seni rupa dalam melebarkan jejaringnya.
Art SG lewat situs resminya baru-baru ini mengumumkan jumlah pengunjungnya mencapai 45.000 orang selama empat hari pameran. Kunjungan dihitung mulai dari sehari sebelum pembukaan, ketika diperuntukkan bagi undangan khusus, hingga tiga hari kemudian dibuka untuk umum di Marina Bay Sands.
Pihak pengelola juga mengumumkan penyelenggaraan Art SG tahun berikutnya, 2025, akan berlangsung pada 17–19 Januari 2025. Ajang Art SG juga dimanfaatkan pihak Pemerintah Singapura untuk menggelar Singapore Art Week di beberapa tempat lainnya.
Shuyin Yang selaku Direktur Pameran Art SG 2024 mengatakan, ajang Art SG menarik institusi seni rupa lainnya di Singapura untuk menghadirkan berbagai pameran seni rupa dalam rentang waktu yang lebih lama. Sementara itu, Magnus Renfrew, salah satu pendiri Art SG, menyebutkan, Art SG menjadi salah satu pemain krusial di dalam ekosistem seni rupa internasional.