Arthur Curry alias Aquaman bukan sosok pahlawan super biasa. Selain juga bergelar raja, dia seorang kekasih, anak, ayah, dan saudara yang cinta keluarga. Lantas peran apa yang paling didahulukannya?
Oleh
WISNU DEWABRATA
·5 menit baca
Walau sesama adiwira (superhero) pembasmi kejahatan yang juga anggota Liga Keadilan di semesta DC, karakter Aquaman (Jason Momoa) alias Arthur Curry punya kekhasan ketimbang rekan sejawatnya. Dia tak hanya beraksi membasmi kejahatan seperti dilakukan Batman, Superman, atau The Flash. Berdasarkan asal- usulnya, Aquaman juga punya kewajiban dan tanggung jawab seabrek, terutama dalam hal memerintah.
Selain berperan menjadi Raja Diraja (King of Kings) dari tujuh kerajaan samudra Negeri Atlantis, Aquaman alias Arthur kini juga telah menjadi seorang ayah. Di sekuel sekarang, Aquaman and The Lost Kingdom (2023), Arthur diceritakan punya anak dari pasangannya, Amera (Amber Heard).
Kompleksitas peran seorang jagoan dituturkan pula oleh sang sutradara, James Wan, yang sebelumnya juga menggarap Aquaman (2018). Dalam perbincangan daring dengan Kompas, Jumat (15/12/2023), James membenarkan Aquaman berbeda, termasuk dengan multiperan yang disandangnya tadi.
”Kisahnya lebih mirip seperti cerita-cerita (karya) klasik Shakespeare ketimbang kisah superhero biasa. Menginspirasi. Saat awal dia mencari trisulanya, lebih mirip kisah Raja Arthur dari Camelot dengan pedang Excaliburnya. Sebuah cerita fantasi,” ujar James.
James juga menekankan, saat awal menggarap Aquaman (2018), dia sebenarnya lebih ingin menggarap sebuah film fantasi ketimbang film tentang pahlawan super atau film yang menggunakan pendekatan pahlawan super. Oleh karena itu, karakter Aquaman di awal filmnya digambarkan tak lagi sekadar sebagai seorang pahlawan super, tetapi juga seseorang yang tengah mencari posisinya di dunia.
Sosok Aquaman atau Arthur juga digambarkan sebagai seorang penyendiri yang juga tengah mencari asal-usulnya. ”Dia diceritakan mencari sosok ibu dan adiknya. Dari sanalah konsep cerita tentang keluarga dimulai,” ujar James.
Musuh bebuyutan
Di sekuel pertama kali ini Aquaman kembali berhadapan dengan musuh bebuyutannya, Black Manta (Yahya Abdul-Mateen II), yang masih mencoba membalas dendam kematian ayahnya. Awalnya dia mencari teknologi Atlantis untuk memperbaiki baju zirahnya yang mampu memberinya kekuatan super.
Dalam pencariannya, tak hanya berhasil menemukan lokasi tersembunyi sumber peradaban maju bangsa Atlantis, Black Manta malah terhubung dengan kekuatan purba kerajaan yang telah lama menghilang. Kekuatan besar yang terkoneksi dengannya melalui sebuah trisula hitam.
Black Manta juga mendapat akses persenjataan canggih teknologi lama sekutu misterius barunya itu. Hal itu membuat keadaan menjadi berimbang sekaligus membikin pusing dan kelabakan Aquaman alias Raja Arthur.
Dengan kekuatan barunya, Black Manta bahkan mampu menembus sistem pertahanan militer Kerajaan Atlantis dan memakan banyak korban jiwa dan terluka. Arthur kemudian mencari cara untuk mengatasi keadaan.
Salah satu harapan ada pada adik kandungnya, Orm (Patrick Wilson), mantan Raja Atlantis yang dulu dia kalahkan dan gulingkan dari takhta. Orm dipenjara di satu tempat terpencil di gurun antah-berantah yang dijaga dengan sangat ketat oleh makhluk-makhluk mengerikan.
Bukan perkara mengalahkan para penjaga dan membebaskan Orm dari penjara yang hampir membuat rencana itu gagal. Jika sampai ketahuan, Arthur bisa dipersoalkan dan bahkan dipecat sebagai raja oleh dewan perwakilan kerajaan-kerajaan lain. Isu politik ikut bermain dan digambarkan di sini.
Setelah berhasil membebaskan Orm, Arthur juga masih harus meyakinkan adik seibunya itu agar mau membantu. Jalinan cerita menjadi sedikit menarik dan jenaka saat Arthur dan Orm kerap terlibat adu mulut sambil bersama-sama bertempur menghadapi Black Manta berikut anak buahnya.
Beruntung keduanya masih bisa dipersatukan untuk bahu-membahu melawan musuh atas permintaan sang ibu suri, Atlanna (Nicole Kidman). Kisah dan nilai-nilai kekeluargaan memang lumayan kental diangkat di film ini.
Termasuk ketika Arthur digambarkan punya bayi dan menjadi ayah dari hasil hubungannya dengan sang kekasih, Amera. Sang bayi tinggal dan dititipkan ayah Arthur, Tom Curry (Temuera Morrison), di daratan.
Laga dan horor
Sebagai film laga, James cukup menghadirkan aksi-aksi perkelahian serta baku tembak yang seru dan meyakinkan. Pertarungan antara Orm dan Arthur melawan Black Manta beserta anak buahnya, misalnya, disertai ledakan-ledakan besar serta reruntuhan bangunan atau bongkahan es. Menambah keseruan.
Penggambaran teknologi sistem persenjataan yang digunakan Black Manta dan pasukannya juga terbilang menarik, terlihat canggih tetapi sekaligus retro lantaran seolah masih berteknologi analog. Selain itu, juga kehadiran sejumlah makhluk menyeramkan serupa zombi secara tak langsung juga menguatkan posisi James Wan sebagai sutradara spesialis film horor.
James memang dikenal dengan banyak karya film sekuel horornya yang bahkan telah berkembang memiliki semesta sendiri, seperti The Conjuring, Insidious, Anabelle, The Saw, dan banyak lagi. Saat ditanya apakah dalam film Aquaman kali ini dia sengaja menghadirkan unsur keseraman seperti yang dia lakukan di film-film horornya, James menjawab diplomatis.
”Ya, saya membawa dan memasukkan sedikit unsur horor kali ini berupa elemen supranatural. Namun, horor ini lagi-lagi lebih bersifat fantasi ketimbang horor betulan. Soalnya saya ingat di Aquaman saya, kan, membuat film untuk keluarga, jadi saya tak ingin menjadikannya terlalu menyeramkan juga. Ha-ha-ha,” ujarnya.
Secara menakjubkan, film Aquaman kali ini menghadirkan gambaran tentang dunia bawah laut utopia Atlantis yang serba canggih dan tak terbayangkan oleh manusia. Selain kendaraan dan sistem persenjataan berbentuk mirip hewan-hewan laut, makhluk hidup di Atlantis juga divisualkan sangat beragam.
Hal itu dimungkinkan lantaran James dalam filmnya menggunakan teknologi canggih termutakhir. Hal itu terutama terkait penggunaan teknologi animasi dan efek visual menggunakan komputer alias computer-generated imagery (CGI).
Tak mengherankan jika film berdurasi dua jam lebih ini menghabiskan biaya besar mencapai 205 juta dollar AS atau setara hampir Rp 3,2 triliun.