Pertunjukan musikal horor ”Ratapan di Timur Tanah Jawa: Kerajaan Jin Alas Purwo” berbicara tentang ambisi atas kekuasaan dan ketenaran sekaligus masalah anak muda.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Jika laki-laki identik sebagai sosok yang haus kuasa, perempuan dalam pertunjukan musikal Ratapan di Timur Tanah Jawa juga bisa bersikap serupa. Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi tempat ambisi itu berlabuh.
Kegelapan menyeruak di dalam Gedung Wayang Orang Bharata, Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (20/11/2023). Suara tawa perempuan lantang memecah keheningan. ”Aku ingin pulang bersama badan ini!” ujar perempuan yang kerasukan itu sebelum diseret pergi melewati penonton.
Permulaan mengerikan Ratapan di Timur Tanah Jawa: Kerajaan Jin Alas Purwo langsung membius penonton. Pertunjukan musikal horor selama satu setengah jam dari Swargaloka yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation ini terinspirasi dari legenda masyarakat Jawa tentang Alas Purwo.
Konon hutan Alas Purwo dianggap sebagai kerajaan jin. Orang rela bersemedi di sana demi memperoleh kekayaan dan kemasyhuran. Kali ini, sutradara muda, Bathara Saverigadi Dewandoro, menjajaki tempat keramat itu dari perspektif perempuan muda.
Sutradara muda, Bathara Saverigadi Dewandoro, menjajaki Alas Purwo dari perspektif perempuan muda.
Alkisah, Jelita (diperankan Reni Wiritanaya) yang tengah hamil besar di luar nikah ingin mendapatkan kekuatan dengan mempelajari ilmu hitam. Dia pun bertapa di Alas Purwo.
”Jelita menggambarkan perempuan yang punya keinginan terpendam akan kekayaan dan ketenaran dan punya banyak permasalahan. Dia ingin balas dendam pada kehidupan yang menyakitinya dengan menjadi sosok superior,” tutur Bathara.
Namun, saat bertapa, Jelita kecewa karena tak kunjung mendapatkan apa yang diinginkan. Dia pun murka. Sesajen yang ada di area pertapaan dirusaknya. Tiba-tiba, jiwa Jelita terjebak di alam gaib Alas Purwo.
Jelita lalu bertemu dengan beberapa arwah penasaran tak bernama. Ada yang meninggal dibunuh dan bunuh diri. Karena dia belum sepenuhnya mati, Jelita harus berhadapan dengan pilihan tinggal atau kembali ke dunia manusia.
Lama-kelamaan dia tergoda untuk menjadi seperti mereka setelah melihat arwah-arwah ini ”hidup” seolah tanpa beban. Bagi perempuan ini, sepertinya mati adalah cara pintas efektif daripada harus hidup menanggung malu.
Keinginan Jelita ditentang oleh arwah-arwah yang iseng nan lincah ini. ”Dasar gen Z, belum apa-apa sudah menyerah,” celetuk salah satu arwah kesal.
Penampilan mereka terkesan seram dengan pakaian serba putih dilengkapi tali pocong. Namun, mereka ternyata adalah sosok baik hati. Beberapa kali geng arwah ini menyampaikan penyesalan harus berpulang terlalu cepat sekaligus membujuk Jelita berubah pikiran.
Salah satu yang arwah getol melakukannya ialah Dara (Okvalica Harlis Natasya) dengan tawa khas kuntilanak. Meskipun tidak mudah, Dara dan arwah lainnya terus berusaha memulangkan Dara ke dunia manusia dengan segenap kemampuan mereka.
Masalah muda mudi
Ratapan di Timur Tanah Jawa: Kerajaan Jin Alas Purwo merupakan karya ketiga sutradara Bathara untuk cerita panjang. Pesan pemuda berusia 26 tahun dalam pertunjukan ini adalah agar manusia hidup berdampingan dengan baik satu sama lain.
Hidup berdampingan yang dimaksud tidak harus dengan makhluk gaib, tetapi juga sesama manusia. ”Kita harus menggaungkan toleransi lebih keras lagi. Untuk menjadi manusia modern yang berbudaya, salah satu hal yang penting adalah toleransi,” ujar Bathara yang juga tampil sebagai salah satu arwah gentayangan.
Untuk menjadi manusia modern yang berbudaya, salah satu hal yang penting adalah toleransi. (Bathara Saverigadi Dewandoro)
Di samping persoalan kebangsaan itu, Bathara menyentil permasalahan yang dihadapi muda mudi bangsa ini. Jelita hamil di luar nikah tanpa pasangan yang siap mendampingi. Indonesia memiliki masalah besar soal kasus kehamilan di luar nikah. Mengutip laman Kemenpppa.go.id, tercatat 55.000 kasus pengajuan dispensasi perkawinan usia remaja pada 2022 di mana kebanyakan karena faktor pemohon perempuan sudah hamil.
Namun, Bathara melihat persoalan hamil ini lewat kacamata yang lebih luas. ”Aku berusaha menggambarkan generasi muda sekarang yang bergaul semakin bebas. Kebebasan itu harus berbatas, termasuk cara kita berbicara. Kita mesti hati-hati dalam berjalan di kehidupan,” ujarnya.
Ratapan di Timur Tanah Jawa: Kerajaan Jin Alas Purwo menampilkan pemain yang menyanyi sembari berakting dan berdialog dengan energi luar biasa hingga selesai acara. Koreografi mereka mengandung unsur tari tradisional Jawa dengan sentuhan kontemporer yang tak ketinggalan membuat penonton terpukau.
Selain itu, pertunjukan ini menampilkan pemandangan visual panggung yang memikat, terutama dari segi properti. Satu properti yang mencuri perhatian adalah payung yang dihiasi dedaunan dan sulur tanaman berwarna hijau tua. Hutan Alas Purwo yang bernuansa magis seakan hadir di atas panggung.