Sejuta Hormat untuk God Bless
Konser Emas 50 Tahun God Bless menjadi semacam catatan perjalanan sebuah band rock Tanah Air yang mampu bertahan selama setengah abad. Sejauh ini, hanya God Bless yang mampu melakukannya.
God Bless membuktikan usia hanyalah deretan angka. Band yang empat dari lima personelnya berusia di atas 70 tahun itu masih sanggup menyebarkan energi cadas kepada para penggemarnya. Ini adalah buah dari komitmen God Bless dalam bermusik yang membentang selama 50 tahun.
God Bless menandai perjalanan panjangnya dalam belantika musik Indonesia lewat Konser Emas 50 Tahun God Bless di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (10/11/2023) malam. Konser ini merangkum jejak God Bless sejak terbentuk 1973 hingga saat ini.
Konser dalam balutan orkestra yang sudah lama diidam-idamkan God Bless ini, pantas untuk menandai momentum emas 50 tahun berkarya. Mungkin tidak ada band rock manapun di dunia yang bisa eksis selama setengah abad, tetap berkarya, bahkan menggelar konser besar.
Pada konser emas ini God Bless tampil dengan formasi terakhirnya yakni Achmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bas), Abadi Soesman (kibor), dan Fajar Satritama (grum). Mereka berkolaborasi dengan Orkestra Tohpati yang membuat lagu-lagu keras maupun balada milik God Bless menjadi terasa lebih megah dan anggun tanpa kehilangan ruhnya.
Dalam beberapa lagu God Bless yang keras seperti ”Kehidupan”, ”Musisi”, dan ”Semut Hitam”, Orkestra Tohpati mengisi ruang-ruang kosong dalam lagu. Hasilnya di sela-sela raungan gitar Ian Antono, permainan kibor Abadi Soesman, dan entakan drum Fajar Satritama, terdengar sayatan biola dan celo yang meliuk-liuk.
Seperti dikatakan Tohpati pada gladi resik Kamis (9/11/203) malam, ia memang hanya berusaha mempercantik dan mempermegah lagu-lagu legendaris God Bless yang pada dasarnya sudah sangat bagus.
”Sayang kalau terlalu banyak diubah-ubah. Takut esensi lagunya hilang,” ujarnya.
God Bless membuka konser dengan lagu bertempo sedang, ”Musisi”, yang telah mendapat sentuhan orkestra. Lagu itu seolah menegaskan pilihan hidup God Bless sebagai musisi yang menyuarakan ungkapan hati, keresahan, dan pengalaman hidup lewat keindahan lirik musik.
Baca juga: God Bless, rumah terberkati bagi para raksasa
Selanjutnya, God Bless mengentak dengan lagu ”Bla Bla Bla” yang liriknya menggugat perilaku penguasa yang kejam menindas kedamaian dan kemanusiaan. Terdengar relevan dengan situasi dunia hari ini yang masih diwarnai perang dan permainan kekuasaan.
Setelah itu, mengalirlah lagu-lagu hits God Bless dari masa ke masa yang sebagian dirangkum dalam album terbaru Anthology God Bless: 50 th Anniversary with Tohpati & Czech Symphony Orchestra (2023) seperti ”Selamat Pagi Indonesia”, ”Menjilat Matahari”, ”Huma di Atas Bukit”, ”Kehidupan”, ”Semut Hitam”, dan ”Rumah Kita”.
Malam itu, Achmad Albar alias Iyek yang tahun ini berusia 77 tahun masih bisa tampil energik. Vokalnya tetap garang mesti tak se-powerfull ketika ia muda.
Cabikan gitar Ian Antono, permainan kibor Abadi Soesman, dan entakan drum Fajar Satritama tak kalah garangnya. Begitupula Donny Fattah yang malam itu hanya tampil pada 8 dari 18 lagu karena kondisinya sedang kurang fit. Peran Donny selebihnya disokong oleh pemain bas Arya Setyadi.
Apa pun, energi cadas yang mereka hadirkan mampu membius sekitar 4.000 penonton yang hadir. Mereka berjingkrak, meninju langit, dan bernyanyi bersama nyaris sepanjang konser. Ketika God Bless membawakan lagu-lagu baladanya yang menyentuh, penonton serentak menyalakan lampu yang ada pada gawai mereka. Arena konser yang gelap pun jadi penuh oleh titik-titik cahaya di berbagai sudut.
”Ini konser terbaik God Bless yang aku tonton. Aku jadi makin sadar kalau lagu-lagu God Bless musik dan liriknya sangat kuat,” ujar Prabowo, penonton dari Ciputat, Tangerang Selatan, yang mengikuti lagu-lagu God Bless terutama pada era 80-an.
Saksi sejarah
Konser malam itu menjadi semacam catatan perjalanan sebuah band rock tanah air yang mampu bertahan selama 50 tahun. Sejauh ini, hanya God Bless yang mampu melakukan hal itu.
Selama perjalanan sejarahnya, God Bless tidak sekadar bermusik, tetapi juga merekam banyak peristiwa dan fenomena sosial di Indonesia maupun dunia yang terjadi dari era ke era dalam lagu-lagunya.
Lagu ”Selamat Pagi Indonesia” yang malam itu dibawakan God Bless, misalnya, bercerita tentang peristiwa eksekusi Kusni Kasdut, mantan prajurit militer yang ikut dalam perang Kemerdekaan namun tersisih oleh kekuasaan. Akhirnya, ia menjadi perampok agar bisa hidup.
Lalu, ”Maret 89” bertutur tentang kontroversi buku Ayat-ayat Setan Salman Rusdhie yang menghebohkan dunia. Sementara itu, “Bus Kota” menangkap nasib orang-orang kecil yang setiap hari harus berdesak-desakan di bus kota ketika berangkat kerja atau mencari nafkah.
Baca juga: God Bless, berkabar lewat lagu
Musik yang bagus dan lirik yang berkisah tentang banyak peristiwa dan fenomena penting itu, membuat God Bless ters hadir dalam memori ribuan penggemarnya dari dulu hingga sekarang.
Dalam perjalanan panjangnya pula, God Bless bersentuhan secara kreatif dengan banyak musisi tanah air lainnya. Sebagian dari mereka tampil malam itu, yakni Nicky Astria, Anggun C Sasmi, dan Eet Sjahranie yang pernah bergabung dengan God Bless sebagai gitaris.
Bersama Anggun dan Nicky, God Bless, membawakan lagu ”Bus Kota”. Iyek menyanyikan bagian-bagian awal dan akhir. Selanjutnya, Anggun dan Nicky membabat bagian refrain yang bernada tinggi dengan mulus. Pada lagu ini, penonton dibuat takjud.
Dengan Eet Sjahranie, God Bless membawakan lagu ”Semut Hitam” dari album Semut Hitam yang meledak pada 1988. Setelah itu, Ian Antono keluar dari God Bless dan posisinya digantikan Eet yang memberikan warna lain pada super grup itu. Bersama Eet, God Bless menghasilkan album Raksasa dengan lagu hits-nya ”Menjilat Matahari” dan ”Misteri”.
Tampil pula beberapa musisi rock dari generasi lebih muda, yakni Kaka Slank serta band Kotak. Kaka Slank membawakan lagu ”Zakia”—lagu Achamd Albar bernuansa dangdut, padang pasir, dan rock yang diracik Ian Antono pada 1979.
Sementara itu, Kotak membawakan ”Srigala Jalanan”, lagu God Bless bertempo cepat yang berkisah tentang fenomena tawuran antarpelajar di kota-kota besar. Permainan garang Kotak yang berkolaborasi dengan Eet Sjahranie, mengingatkan kegarangan serupa yang dulu biasa ditampilkan God Bless. Lagu ini makin garang lantaran vokalis Kotak yang sungguh bertenaga, melengking, dan bulat.
Baca juga: Achmad Albar, magnetnya God Bless
Di luar itu hadir pula Padi Reborn sebagai band pembuka konser. Mereka membawakan tiga lagu milik Padi, yakni ”Bayangkanlah”, ”Sobat”, dan ”Begitu Indah” dan sebuah lagu God Bless, ”Misteri”.
Konser Emas 50 Tahun God Bless benar-benar pecah ketika God Bless membawakan ”lagu wajib” ”Kehidupan” yang memacu andrenalin penonton. Di kelas festival, penonton tampak berjingkrakan. Ada pula yang melakukan head banging.
Konser ditutup dengan ”lagu wajib” lainnya, yakni ”Rumah Kita” yang mengundang penonton ikut bernyanyi bersama awal hingga akhir lagu. Lirik lagu yang menyadarkan kita tentang pentingnya bersyukur pada apa yang kita miliki itu, menjadi pengantar bagi penonton untuk pulang ke rumah masing-masing.
Malam itu hujan turun dengan derasnya, memaksa ribuan penonton berteduh di Istora. Di sela-sela percakapan mereka, terselip rasa kagum dan hormat pada God Bless yang bisa bertahan selama setengah abad.
Salut!