Memperhitungkan Scaller
Konser yang menggandeng sejumlah kolaborator itu semakin mengukuhkan Scaller sebagai salah satu band yang wajib diperhitungkan di Tanah Air.
”Konser kemarin adalah perayaan Noises & Clarity. Setiap album penuh yang kami keluarkan pasti akan kami rayakan perilisannya agar pendengar mendapatkan pengalaman live yang utuh sesuai visi kami saat membuat album tersebut,” tutur Stella Gareth, salah satu personel Scaller, Rabu (25/10/2023).
Stella, bersama Reney Karamoy, adalah tulang punggung band bercorak rock progresif yang dibentuk tahun 2012 itu.
Setelah merilis album mini bertajuk 1991 tahun 2013, tahun 2017 Scaller merilis album penuh pertama mereka bertajuk Senses. Album ini ditangani seorang mastering engineer dari Los Angeles, Amerika Serikat, Brian Lucey. Lucey adalah peraih delapan Grammy Awards. Lucey, antara lain, menggarap album penyanyi Liam Gallagher dan Shania Twain.
Tahun 2022, tepatnya 23 September 2022, Scaller merilis album penuh kedua mereka, Noises & Clarity, juga masih bersama Lucey. Di dalamnya terdapat delapan lagu, yaitu ”What Do You Want”, ”Born & Die”, ”Concrete & Plastic”, ”Inside My Head”, ”Music All We Have”, ”What Tomorrow Holds”, ”Chaos & Order”, dan ”Timeless”.
Secara keseluruhan, lagu-lagu di album ini digarap dengan pendekatan berbeda dari album sebelumnya. Ada banyak elemen kejutan yang belum pernah ada di album terdahulu.
Pada intinya, mereka ingin menangkap dan mempreservasi sisi raw dan natural selama proses pembuatan album tersebut. Tidak ada manipulasi audio saat pascaproduksi. Kesan yang tertangkap dari lagu-lagu di album kedua Scaller itu justru semakin berenergi. Aroma rock terasa lebih kuat.
Kedelapan lagu dibawakan seluruhnya di konser Noises & Clarity pada Jumat pekan lalu, ditambah lagu-lagu dari album sebelumnya, antara lain ”Flair” yang menghadirkan kembali mantan penggebuk drum Scaller, Dhani Siahaan, juga ”The Youth” yang merupakan lagu anthem favorit banyak penggemar Scaller.
Scaller, yang pekan lalu diperkuat oleh penggebuk drum Ho Usman Pranoto dan gitaris akustik Bagas Sigit, menggandeng sejumlah kolaborator. Tak semata menghadirkan penampilan apik di atas panggung, tetapi juga suguhan musikalisasi yang semakin hidup dan kaya. Inilah salah satu nilai lebih sebuah konser langsung.
Pendengar bisa menikmati versi lagu yang selama ini hanya dinikmati melalui perantara, misalnya cakram digital, streaming digital, atau berupa video musik di kanal Youtube, ditambah versi baru lagu tersebut.
Mereka adalah pianis Sri Hanuraga, penyanyi Charita Utami, dan personel Kelompok Penerbang Roket/Ali, John Paul Patton. Pemilihan kolaborator ini, menurut Stella, menjadi pertimbangan penting. Nama-nama tersebut sudah mereka inginkan sejak lama.
”Kolaborator menjadi kunci penting saat merepresentasikan album ini. Kami bereksplorasi bersama sehingga dapat mengelevasi lagu yang sudah ada ke tahap musikalitas dan energi yang lebih tinggi lagi,” ujar Stella.
Di panggung yang sebelumnya dibuka dengan penampilan DJ Logic Lost tersebut, para kolaborator tampil bak bintang yang mencuri perhatian. Seperti dituturkan Stella, kehadiran mereka menyuguhkan level musikalitas dan energi yang semakin tinggi.
Baca juga: Energi Rock Scaller
Lagu-lagu yang sejak awal kental dengan energi rock makin pekat dengan sentuhan musikalitas para kolaborator, atau sebaliknya menjadi lebih dalam dan menggetarkan. Lagu-lagu tersebut rata-rata juga dengan lirik yang dalam, penuh perenungan, seolah memiliki nyawa baru.
Respons penonton yang kegirangan, berteriak antusias, dan berlompatan mengikuti energi musik yang disuguhkan adalah penanda semua yang hadir di tengah konser berada pada frekuensi yang sama.
Dibanding festival yang memiliki banyak panggung, konser tunggal sesungguhnya juga bukti betapa kehadiran sebuah band menjadi sangat signifikan di tengah komunitas musik. Ini artinya, mereka memiliki penggemar loyal yang mengapresiasi karya-karya mereka sepenuh hati.
Konser tunggal sejatinya juga penanda sekaligus ujian bagi eksistensi sebuah band yang sebenarnya. Scaller membuktikan, dengan ratusan penonton yang memenuhi M Bloc Live House, saling berpusar di energi yang sama, mereka pantas dikukuhkan sebagai band yang keberadaannya wajib diperhitungkan dalam khazanah musik Tanah Air.
Setiap album penuh yang kami keluarkan pasti akan kami rayakan perilisannya agar pendengar mendapatkan pengalaman live yang utuh sesuai visi kami saat membuat album tersebut.
Menemukan pendengar
Setelah membuka dengan ”What Do You Want”, dilanjutkan dengan ”What Tomorrow Holds” serta ”Timeless”, Scaller menghadirkan pianis Sri Hanuraga (Aga) ke panggung. Saat memperkenalkan Aga, Stella berteriak, ”Ini adalah pianis favorit kami.”
Tepuk tangan dan teriakan antusias menyambut kehadiran Aga di panggung.
Intro ”Born & Die” yang lambat, khas dengan petikan gitar, ketukan drum dan vokal yang awalnya bergerak pelan, dibuka dengan solo piano Aga yang dengan segera memikat telinga penonton. Ada nuansa teatrikal yang kental dari permainan piano Aga, membuat nuansa ”Born & Die” pun berubah menjadi lebih dalam, pekat.
Seiring level lagu yang semakin kental dengan nuansa rock yang dimilikinya, ”Born & Die” pun menuju titik kulminasinya hingga maksimal. Lagu yang memiliki alur unik itu, dengan komposisi yang tak linier, tetapi naik turun, menjadi semakin kaya dari sisi musikalitas dengan kehadiran piano Aga. Sulit untuk tidak kagum dengan suguhan musikalitas mereka.
Masih bersama Aga, ”Music All We Have” yang dibawakan setelah ”Born & Die” memberikan energi rock terasa semakin pekat dan menguar. Lagi-lagi, seperti diungkap Stella, kolaborasi mereka dengan Aga berhasil mengelevasi ”Music All We Have” ke titik dan energi yang lebih tinggi. Vokal Stella yang penuh tenaga pun tetap konstan, bahkan di nada-nada yang membutuhkan lengkingan vokal tinggi.
Tensi energi yang tinggi perlahan turun dengan ”A Song” dan ”Move In Silence” dari album Senses. Kehadiran Charita Utami di ”Chaos & Order” membuat nuansa kedalaman dan spiritual di lagu itu terasa kuat. Mengganggu, tetapi sangat menyita perhatian.
Scaller di konser Noises & Clarity, Jumat (20/10/2023), di Mbloc Live House, Jakarta.
Kolaborasi vokal antara Stella dan Charita, yang jika diperhatikan memiliki sedikit irisan karakter vokal yang sama, tidak membuat ”Chaos & Order” kehilangan keindahannya. Justru vokal keduanya melipatgandakan keindahan serta kedalaman ”Chaos & Order”. Gemuruh tepuk tangan panjang segera membahana begitu lagu usai dibawakan.
Lalu, pelan tetapi pasti, tensi kembali meninggi. Seusai ”Flair” yang menjadi momen bernostalgia dengan Dhani, ”Live & Do” dan ”Upheaval” menjadi anak tangga menuju ”Inside My Head” dan ”Concrete & Plastic” yang menghadirkan John Paul Patton.
Gemuruh musik berkecepatan tinggi pun menyalak. Duet Reney dan John Paul Patton yang akrab disapa Coki ini membuat penonton merangsek ke depan panggung, meleburkan energi. ”Keren, ya, Coki,” puji Reney.
Penampilan Scaller yang penuh ledakan energi malam itu ditutup dengan ”The Youth” yang juga merupakan lagu favorit banyak penonton. Lewat konser Noises & Clarity, Scaller sejatinya mengukuhkan diri sebagai band yang layak diperhitungkan di Tanah Air.
Baca juga: Scaller, Elemen Kejutan
”Konser ini meningkatkan kepercayaan diri kami. Kami juga belajar banyak untuk bisa melebur ide bersama musisi lain yang sebelumnya belum pernah berkolaborasi dengan kami,” kata Stella.
Setelah ini, mereka berencana menggelar tur dan kembali ke studio melanjutkan karya-karya baru, termasuk kemungkinan meneruskan kolaborasi dari konser Noises & Clarity ke tahap karya baru.
Baik Stella maupun Reney sepakat, landasan bermusik mereka adalah berkarya sepenuh hati, didukung produksi musik sebaik mungkin. Karya yang mereka tawarkan adalah karya yang sepenuhnya mereka percaya dapat menemukan pendengarnya.