Band Rumahsakit terbentuk sejak 1994 dan menuai masa jayanya di awal 2000-an. Mereka terus bertahan, dan baru saja merilis album kelima berjudul ”About Time”. Album ini untuk kesetiaan penggemarnya.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·3 menit baca
Band veteran indie-pop asal Jakarta, Rumahsakit, akhirnya melepas album baru berjudul About Time yang bernuansa ceria. Album kelima band yang berdiri sejak 1994 ini menggambarkan pentingnya momen ini dalam perjalanan musik mereka.
”Album About Time adalah ungkapan kebahagiaan kami karena akhirnya kami dapat merilis album yang telah kami janjikan sejak lama kepada pendengar,” kata Muhammad Arief Bakrie, vokalis band. Momen kebahagiaan terwakili dalam pemilihan judul album, yang dirilis pada Jumat (15/9/2023).
Arief melanjutkan, album ini menjadi wadah bagi Rumahsakit merangkum pengalaman dan peristiwa yang mereka alami sepanjang rentang kariernya. Lirik-liriknya, meski tak spesifik merujuk pada peristiwa tertentu, menggambarkan kisah-kisah tentang manusia dengan segala kegembiraan, kepedihan, atau rasa apa pun yang bisa dipetik dari setiap momen.
Kebahagiaan yang dimaksud Arief tergambar gamblang dalam lagu pembuka ”Kabar Bahagia”. Lirik di bagian chorus-nya berbunyi, ”Kau datang membawa tak sekadar bunga-bunga saja/Kau kabar bahagia/Dan kau tiba di dunia, sirna semua duka dengan sederhana/kau kabar bahagia”.
Lirik itu terasa seperti euforia kehadiran sesuatu. Kebahagiaan meluap-luap ketika yang diharapkan tiba. Sesuatu itu bisa berupa kekasih, anak, album baru, atau mungkin iPhone 15. Yang jelas, euforianya terasa betul.
Pada lagu berikutnya, ”Normal”, euforia itu seperti dipatahkan. ”Teringat saat semua biasa saja/Tiada Istimewa/Dunia cukuplah begitu saja”. Ini seperti pandangan tanpa pretensius dan dirasa lebih cocok untuk band yang rambut para personelnya mulai memutih ini.
Tema romansa menguat di lagu keempat dan kelima berjudul ”Hingga Selamanya?” dan ”Berdua Menua”. Bagian chorus lagu ”Hingga Selamanya?” terasa picisan. Begini bunyinya, ”Mungkinkah semua rasa/kembali nyata/’Kan kusimpan semua/Hingga selamanya”. Sebagai band veteran, semestinya diksi mereka lebih berwarna. Rima tak perlu dipaksakan.
Lagu-lagu berikutnya berputar biasa-biasa saja. Kenikmatan baru tersentak di nomor terakhir, ”Metro”, yang dimulai dengan pukulan drum dan tempo menengah. Liriknya pun ditulis dengan lebih baik, setaralah dengan nomor ”Normal”. Larik ”Ya, kami adalah/Penerus jalanmu/Terasing namun tetap jalani” menggambarkan optimisme secukupnya.
Secara musikal, penggemar lama mereka barangkali bisa menerima nomor ”Kabar Bahagia” yang kental petikan gitar gaya jangly. Nomor ”Metro” dengan pukulan drum bertalu-talu juga menyenangkan. Produksi suara yang jernih bisa jadi menggaet pendengar baru.
Band Rumahsakit yang dikenal banyak orang sebaya mereka adalah band pop dengan lirik yang tak terlalu terang; ada sedikit nuansa pesimisme. Lagu ”Hilang” dari album pertama keluaran 1998, misalnya, punya lirik sedemikian, ”Ku sadar hari-hari berakhir/Ku tak bisa hindari lagi/jangan biarkan aku jangan hilang”. Dari album itu masih ada ”Dewi Mimpi” yang manis tapi musiknya cenderung minor.
Lagu terbesar mereka, ”Kuning”, dari album kedua Nol Derajat (2001) lain lagi. Liriknya romantis, diksinya puitik, seperti, ”Ceritakan padaku/Indahnya keluh kesahmu/sebelum angin senja membasuh/jauh”. Beginilah Rumahsakit di masa lalu, meski produksi suaranya tak sebening sekarang.
Pilih saja mau mendengar Rumahsakit yang mana. Toh, katalog lengkapnya sudah ada di pelantar musik digital. Sementara album About Time, kata mereka, didedikasikan untuk penggemar yang telah mendukung sejauh ini. Rumahsakit hari ini diisi oleh Muhammad Arief Bakrie pada vokal, Marky Najoan (gitar), Mickey Najoan (kibor), Fadli Wardhana (drum), dan Shendy Adam (bas).