”Sleep Call”, Perempuan Urban yang Kesepian
Film ”Sleep Call” mengisahkan perempuan urban yang kesepian. Namun, kesepian itu bisa berakhir dengan petaka.

Cuplikan adegan film thriller besutan Fajar Nugros yang berjudul Sleep Call.
Di balik beton-beton megah nan tinggi Jakarta, hiduplah masyarakat urban yang jatuh bangun mencari penghidupan. Layaknya robot, mereka terkadang lupa tentang bagaimana menjadi manusia seutuhnya. Kesepian akut yang datang menyergap bisa berakhir membawa petaka.
Sleep call secara harfiah berarti ’panggilan tidur’. Istilah ini merujuk pada fenomena orang yang melakukan panggilan suara atau video dengan orang terdekat hingga tertidur. Sebuah tren yang familier bagi anak muda, khususnya generasi milenial dan generasi Z.
Fenomena itu menjadi tulang punggung dalam cerita film Sleep Call garapan sutradara Fajar Nugros yang mulai tayang di bioskop sejak 7 September 2023. Mengambil genre thriller, film ini mengisahkan kehidupan Dina (Laura Basuki), seorang mantan pramugari yang penuh lika-liku.
Terjebak dalam pusaran utang yang menumpuk, Dina bekerja di sebuah perusahaan pinjaman daring ilegal yang dipimpin Tommy (Bront Palarae). Dina bekerja bersama temannya, Bella (Della Dartyan) dan Bayu (Kristo Immanuel).
Dina yang berhati lembut awalnya kesulitan beradaptasi dengan cara kerja penagihan utang yang penuh ancaman dan teror. Namun, tak ada lagi yang bisa dia lakukan.
Hidup Dina yang penuh bayang sendu berangsur cerah setelah dia mengenal Rama (Juan Bio One). Mereka bertemu di sebuah aplikasi kencan. Komunikasi mereka intens terjadi di malam hari melalui sleep call. Lama kelamaan, mereka saling terobsesi.
Akan tetapi, hubungan itu berangsur menjadi toksik. Orang-orang di sekitar Dina terluka, bahkan tewas. Kehidupan Dina ternyata mempunyai banyak teka-teki kelam.
”Alasan kami mengambil genrethriller karena ingin membuat sebuah film yang menawarkan pengalaman menonton yang berbeda. Idenya berasal dari anak saya yang generasi Z yang sering melakukan sleep call, termasuk fenomena generasi milenial yang terjebak pinjaman daring,” tutur sutradara Fajar dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
KehadiranSleep Call meramaikan industri perfilman Indonesia yang kebanyakan didominasi genre horor, komedi, dan drama percintaan. Film thriller sebenarnya cukup menarik hati penonton Tanah Air, seperti Pintu Terlarang (2009), The Raid (2011), Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017), dan Autobiography (2022).
Fajar menjelaskan, ketakutan yang dia angkat bukanlah ketakutan umum terhadap hantu. ”Bagi saya yang lebih menakutkan itu banyak hal, seperti takut ketinggalan kereta, terlambat ke kantor, dan dimarahi atasan. Semua itu menakutkan, makanya orang berdesakan dan tidak mau berbagi. Kami ingin mencari sesuatu yang menjadi ketakutan terbesar manusia,” tuturnya.
Sendiri dan sepi
Ketakutan utama yang muncul dalam Sleep Call adalah kesendirian yang berujung pada kesepian. Itulah kenyataan kehidupan manusia urban yang tecermin lewat Dina.
Ia harus berjuang sendiri untuk hidup di kota besar. Sosok ayahnya tidak ada, sedangkan ibunya berada di panti karena gangguan kejiwaan. Temannya, Bella, hanya sebatas hadir secara fisik. Dina juga enggan menjalin hubungan kekasih dengan Bayu yang jelas-jelas menyukainya.
Setiap malam, Dina pulang ke rumah susun lusuh tanpa berinteraksi sama sekali dengan tetangga sekitar. Dina kesepian. Salah satu koneksi yang dia dapatkan adalah lewat Rama yang lebih banyak hadir secara virtual. Selain alarm untuk bangun pagi pukul 07.00, Dina bahkan menyetel alarm demi melakukan sleep call pada pukul 22.00.
Dina dan Rama rutin bercengkerama hingga membuka diri kepada satu sama lain. Meskipun begitu, jarak menjadi tantangan dalam hubungan mereka. Ibarat Theodore Twombly yang berpacaran dengan Samantha, suara kecerdasan buatan, dalam film Her (2013).
”Yang menjadi DNA dari cerita ini adalah kesepian dan bagaimana orang kesepian punya harapan yang menjadi sesuatu yang dikejar atau menjadi sesuatu yang mengerikan. Kami coba menelaah peristiwa mungkin terjadi di setiap orang di Jakarta, bagaimana kesepian tercipta di kota terpadat?” tutur penulis skenario Husein M Atmodjo alias Monji.
Kondisi itu sedikit mengingatkan tentang apa yang ditulis Chris Rojek dalam buku Presumed Intimacy: Para-Social Relationships in Media, Society and Celebrity Culture (2016). Ia merujuk soal orang asing yang familier (familiar strangers) oleh Stanley Milgram di mana hubungan yang terjadi bukan karena ketiadaan hubungan, melainkan karena sebuah hubungan spesial yang ”membeku”.

Cuplikan adegan film thriller besutan Fajar Nugros yang berjudul Sleep Call.
Dina menyadari ketidakmampuan dia menjalin hubungan intim dengan orang-orang terdekat di lingkungan sekitar. ”Gue menyerah jatuh cinta di dunia nyata. Siapa sangka gue bisa jatuh cinta di dunia maya?” tuturnya.
Alhasil, ketika dia menemukan Rama, dia membabi buta untuk berbagi. Dina memberikan nama lengkap, alamat, dan video pribadi. Padahal, dia tidak mengetahui latar belakang Rama yang sebenarnya.
”Salah satu hal yang membuat aku senang menerima proyek ini adalah bagaimana film ini mengangkat hal yang dekat, tetapi sering luput dari perhatian kita. Aku sering menyepelekan cerita teman yang kesepian dan gagal dalam percintaan. Tetapi, aku mendapat sudut pandang baru bagaimana dampak kesepian bisa berbeda pada setiap orang,” ungkap Laura.
Ketimpangan kelas
Sleep Call adalah film yang sarat kritik terkait kelas sosial di kehidupan manusia urban. Dalam satu kesempatan, Dina turut berpartisipasi dalam penindasan kelas, yaitu meneror peminjam uang yang telat membayar hingga salah seorang peminjam bunuh diri.
Namun, Dina juga mengalami ketimpangan relasi kuasa dengan atasannya, Tommy. Tommy yang telah berkeluarga memegang kapital bernama uang sehingga Dina mesti menjalin hubungan terlarang dengannya.
Penindasan kelas juga terlihat ketika Sleep Call secara simbolis dalam salah satu adegan perayaan ulang tahun Tommy di rumahnya. Tommy dan tamu undangan berpesta di teras rumah yang letaknya lebih tinggi, sedangkan Dina dan rekan-rekan sekantor yang tidak kebagian makan enak duduk di taman yang posisinya lebih rendah dan kebasahan tersiram air dari sprinkler taman, sedikit mengingatkan pada film Parasite (2019).

Cuplikan adegan film thriller besutan Fajar Nugros yang berjudul Sleep Call
Saat Dina berinteraksi dengan Bayu, dia pun tak luput sebagai korban ketimpangan relasi jender. Bayu dengan mudah menyebarkan video pribadi Dina di media sosial tanpa memikirkan dampaknya. Segala penindasan itu membuat emosi Dina memuncak.
Akting Laura Basuki dengan elok menunjukkan gelora amarah Dina. Air mata jatuh membasahi pipi, gigi menggeretak, tetapi mata menatap nanar. Raut Laura menunjukkan satu-satunya pelampiasan emosi yang bisa Dina lakukan karena dia tidak bisa memberikan perlawanan berarti.
Sleep Call juga menyentil perjuangan kelas yang digagas filsuf Karl Marx (1818-1883) tentang perjuangan kelas yang kemudian bergeser menjadi upaya melarikan diri. Sungguh menarik ketika Sleep Call menggunakan kisah Rama dan Sinta dalam epos Ramayana sebagai referensi.
Baca juga: Intim dengan Mobil Balap
Rama menyelamatkan Sinta dari penculikan yang dilakukan Rahwana. Dalam kesendiriannya, tidak mudah bagi Dina untuk menunggu seorang penyelamat datang kapan pun dia inginkan. Pada akhirnya, Dina harus menyelamatkan diri sendiri.
Sleep Call adalah film thriller psikologis yang sebetulnya tidak menawarkan kebaruan dalam genre thriller psikologis. Film ini mengawinkan sejumlah elemen yang mengingatkan pada Fight Club (1999), Belahan Jiwa (2005), Her (2023), dan Parasite (2019). Beberapa adegan bernuansa fantasi dalam film juga menjadi petunjuk cerita akhir film.
Namun, seperti kata sang sutradara Fajar, tidak ada hal baru di bawah langit sehingga bisa saja mereka tanpa sadar terinspirasi dari film lain. Sleep Call tetap layak ditonton lantaran film ini mengambil konteks yang relevan dengan penonton lokal sehingga membuat kita berefleksi.
Selain itu, kapan lagi kita bisa melihat Laura Basuki mengumpat setulus hati?