Kisah kejahatan lawan kebaikan selalu abadi dan kerap digambarkan hitam putih di film bergenre horor. Biarawati jelmaan iblis, Suster Valak, bangkit lagi menebar teror dan menghadapi Suster Irene, musuh bebuyutannya.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Tema kebaikan melawan kejahatan adalah tema yang abadi di berbagai genre film, tak terkecuali horor. Yang menjadikannya spesifik hanyalah sosok baik dan jahat kerap dikasatmatakan menjadi kekuatan ilahiah melawan setan, iblis, monster, atau apa pun nama dan bentuk menyeramkannya.
Dalam film The Nun II (2023) kali ini kekuatan iblis jahat, yang terkenal menyamar dalam bentuk favoritnya, sosok Suster Valak (Bonnie Aarons), kembali muncul. Pada film perdananya, yang mengisahkan asal-usul kemunculan sang suster terkutuk, sebagian dari entitas jahat ini dapat dihancurkan dan dikirim kembali ke sarangnya di perut bumi.
Valak dikalahkan seorang biarawati yunior, Suster Irene (Taissa Farmiga), dibantu kawan dekatnya, seorang pemuda pekerja serabutan, Maurice (Jonas Bloquet). Ketika itu sang monster jahat nyaris keluar dari ”penjaranya”, sebuah biara bekas bangunan kastil abad ke-6 Masehi di sudut terpencil Romania.
Sebagian roh jahat Valak ternyata selamat dan merasuk ke tubuh Maurice, sementara sebagian lagi berhasil dipendam kembali ke perut bumi lewat sebuah pertarungan hidup mati.
Sekitar empat tahun berselang atau tahun 1956, Valak dikisahkan kembali bangkit. Dia meneror dan membunuh dengan sadis sejumlah pemuka agama dan warga sipil tak berdaya di seantero Eropa.
Sementara di suatu sudut pedalaman Italia, Suster Irene tinggal damai dan tersembunyi di sebuah biara terpencil. Tak seorang pun mengetahui siapa dirinya serta sejarah hidup dan keberhasilannya melawan salah satu anggota terkuat bala tentara iblis.
Sampai satu ketika perwakilan Takhta Suci Vatikan datang menemui dan menugasi dirinya kembali melawan musuh bebuyutan lamanya itu. Tadinya Suster Irene menolak, tetapi jiwa Maurice datang lewat mimpinya meminta tolong untuk diselamatkan dari cengkeraman Valak yang ganas.
”Valak merasuk dalam tubuh Maurice dan berhasil melarikan diri bersamanya. Maurice lalu bekerja di sebuah sekolah dan asrama putri di wilayah selatan Perancis. Dia berkenalan dengan seorang guru perempuan dan anaknya, Kate (Anna Popplewell) dan Sophie (Katelyn Rose Downey),” ujar sang sutradara, Michael Chaves, saat diwawancara situs berita film Screen Rant Plus di kanal media sosialnya.
Walau plot cerita terbilang sekadar berisi ”tanding ulang” dua versi biarawati, jahat dan baik, film sekuel ini lumayan ”ramai” dengan kehadiran sesosok monster. Selain Valak, yang punya keahlian menyamar dalam bentuk lain atau merasuk ke tubuh manusia, sesosok makhluk serupa monster juga hadir dengan bentuk samar, tetapi digambarkan berkepala kambing bertanduk banyak.
Keberadaan monster kambing itu juga digambarkan dalam kaca hias patri yang terpasang di dalam kapel di salah satu bagian gedung bekas biara. Dalam cerita, biara Perancis abad ke-13, Couvent des Prêcheurs, tersebut diubah menjadi Sekolah Asrama Putri St Mary, yang ternyata menyimpan sebuah relik dari orang suci incaran Valak, Santa Lucy.
Seperti layaknya film horor, terutama di semesta film horor The Conjuring, penggambaran suasana sebagian besar film sengaja dibuat suram dan gelap. Ada banyak penggambaran sudut dan area gelap yang biasanya menjadi sumber adegan jump-scare dengan kemunculan monster atau iblis secara tiba-tiba.
Adegan ikonik kemunculan lukisan seram Valak di dinding dan dari sekumpulan majalah juga kembali dihadirkan meneror korbannya.
Semesta sekaligus waralaba film horor The Conjuring dalam satu dekade terakhir ini dikenal menjadi yang paling laris dalam sejarah film horor. Hingga saat ini The Nun (2018) menjadi film berpendapatan tertinggi dalam waralaba ini dengan kisaran lebih dari 366 juta dollar AS di seluruh dunia, setara lebih dari Rp 5,6 triliun.
Sementara secara global, empat dari tujuh judul film di waralaba The Conjuring masing-masing memperoleh penghasilan lebih dari 300 juta dollar AS (setara Rp 4,6 triliun).
Selain The Nun, tiga film lainnya adalah The Conjuring 2 (2016) dengan pendapatan 322 juta dollar AS, setara Rp 4,9 triliun. Posisi berikutnya ditempati The Conjuring (2013) yang berpendapatan 320 juta dollar AS atau setara Rp 4,87 triliun dan Annabelle: Creation (2017) berpendapatan 307 juta dollar AS, setara Rp 4,7 triliun.
Walau kisah-kisah serupa hampir pasti berakhir klise, kejahatan dikalahkan kebaikan, banyak kalangan masih bertanya-tanya akankah film The Nun II bakal mengulang sukses pendahulunya?
Untuk sementara waktu biarlah jawaban atas pertanyaan itu masih menjadi misteri. Termasuk juga soal akankah seri ke-9 dalam semesta The Conjuring ini menjadi jembatan ke film-film selanjutnya di semesta yang sama.