Demokrasi Musik di Prambanan Jazz Festival
Dari pop, dangdut, jazz, R&B, hingga rock alternatif. Prambanan Jazz Festival 2023, inilah hajat musik yang merangkul beragam selera.
Konser Prambanan Jazz Festival 2023 patut dikenang sebagai hajat musik yang merangkul beragam kalangan dan selera bermusik. Ribuan penonton dari sejumlah kota dan negara pun berbondong-bondong datang demi musik yang mereka suka.
Prambanan Jazz Festival (PJF) tahun ini mengusung tema ”Culture for the Future”. Acara musik ini diselenggarakan selama enam hari di dua pekan berbeda, yakni 7-9 Juli dan 14-16 Juli 2023, di lapangan Brahmana dan Wisnu, Candi Prambanan, Yogyakarta. Beragam jenis musik disajikan, mulai dari pop, dangdut, jazz, R&B, hingga rock alternatif.
Menengok list musisi yang tampil di PJF melalui akun Instagram @prambananjazz, sudah terbayang kemeriahan acara ini dengan kehadiran nama-nama artis yang mewakili beragam jenis musik. Para musisi ini datang membawa ”pasukan”-nya masing-masing untuk menonton.
Hari terakhir konser, Minggu (16/7/2023), tampil musisi asal Amerika Serikat, Eric Benet, yang membawakan jenis musik R&B dan neo-soul. Penampilannya diikuti Dewa 19 featuring Ari Lasso dan Virzha yang mewakili musik pop rock. Sebelumnya Padi Reborn tampil dengan genre yang sama. Terdapat pula Fariz RM, Deddy Dhukun, Mus Mujiono, dan Tony Wenas dari kelompok The Gentlemen berduet dengan Prof Adi Utarini yang membawakan musik jazz.
Daya tarik PJF juga didukung kehadiran 12 artis internasional. Mereka, antara lain, Lukas Graham, Eric Benet, Faouzia, Vertical Horizon, Bond, dan Conor Maynard. Kehadiran para musisi ini untuk membayar kerinduan mengingat tiga tahun terakhir PJF ”puasa” mendatangkan artis internasional karena pandemi.
Goyang bersama
Kuartet musik gesek Bond tampil memukau pada hari kelima penyelenggaraan Prambanan Jazz Festival, Sabtu (15/7/2023). Ini merupakan penampilan pertama Bond di Indonesia setelah 20 tahun berlalu sejak pertama kali mereka memainkan musik di hadapan penonton Indonesia.
”Saya tidak tahu kenapa butuh waktu selama itu untuk kembali ke Indonesia,” kata Tania Davis, salah satu anggota Bond.
Kelompok musik yang telah menjual 5 juta album ini memainkan instrumen dengan aransemen musik classica crossover, synth-pop, dan electronica. Kehadiran mereka menambah referensi musik bagi penonton muda Indonesia.
Penonton yang semula duduk lesehan di atas rumput bangkit berdiri untuk melihat penampilan keempat musisi, yaitu Tania Davis (biola pertama), Eos Counsell (biola kedua), Elspeth Hanson (viola), dan Gay-Yee Westerhoff (cello). ”Wah, keren… keren banget!” kata Harry Soetjipto (26), seorang penonton, menyatakan kekagumannya pada Bond.
Harry datang ke Prambanan Jazz Festival untuk menonton musisi Indonesia, seperti Maliq & D’Essentials dan Yovie & Nuno. Prambanan Jazz berhasil memperluas referensi musiknya, salah satunya dengan menyaksikan Bond. Meskipun belum pernah mendengarkan Bond sebelumnya, Harry tetap terkesan dengan penampilan musisi di atas panggung.
Menurut Harry, harmonisasi dan teknik bermusik Bond sangat menarik. ”Beda aja dengan yang lain, enggak ada penyanyi, tapi tetap menarik,” ujarnya.
Sebelum Bond, Ahmad Dhani bersama band membawakan 12 lagu dengan aransemen musik jazz dan swing. Mengalun lagu-lagu jazz yang dikenal dunia, seperti ”I Get a Kick Out of You” dan ”New York, New York” dari Frank Sinatra. Dhani juga memainkan lagu-lagu ciptaannya, yaitu ”Pangeran Cinta”, ”Aku Cinta Kau dan Dia”, ”Arjuna”, ”Sedang Ingin Bercinta”, dan ”Separuh Nafas”.
Malam sebelumnya, Jumat (14/7/2023), waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB ketika Rhoma Irama dan Soneta-nya tampil di atas panggung. Sang Raja Dangdut tampil mencolok dengan kostum warna merah. Di belakangnya, terlihat kemegahan Candi Prambanan yang disorot lampu warna-warni.
Kehadiran Rhoma disambut sorak-sorai penonton. Lagu berjudul ”Musik” pun dimainkan. Begitu gitar berbunyi dan Rhoma mulai bernyanyi, sontak para penonton, baik tua, muda, singel, sudah berkeluarga, WNI, maupun orang asing, bergoyang bersama. ”Lumayan, sekalian bakar kalori,” ucap seorang penonton.
Di antara penonton terdapat pegawai pemasaran di perusahaan e-commerce asal Jakarta, Jesslyn Jacqualine (25). Ia datang bersama dua temannya, Natalia Peregrina (26) dan Jonathan Alexander (26). Sejak dua bulan lalu, Jesslyn dan kawan-kawan merencanakan perjalanan ke Yogyakarta. ”Eh, pas ada Prambanan Jazz. Saat kami lihat daftar musisinya, ada Rhoma Irama. Jadi makin semangat, pengen joget bareng,” tutur Jesslyn.
Jesslyn dan kawan-kawan bergabung dengan penonton di kelas festival. Terdapat tiga kelas di Prambanan Jazz, yaitu Experience Festival, Super Festival, dan VIP Jazzmines. Harga tiket ini mulai dari Rp 750.000 untuk kelas festival sampai yang termahal Rp 1,5 juta di kelas VIP. Semua kelas tanpa kursi. Yang membedakan adalah posisi nonton. Makin mahal harga tiket, semakin dekat dengan artis idola.
Selain Rhoma Irama, hari keempat ini juga diisi oleh White Shoes & The Couples Company, TBA feat Un1ty, D’Masiv Jazz Project, Andien, Candra Darusman feat Adikara Fardy dan Aimee Saras yang tampil pada siang dan sore hari. Selanjutnya, Vertical Horizon, Tulus, dan Lukas Graham mengisi panggung hingga tengah malam.
Baca juga : Reality Club: Melagukan Realita
Bagi Jesslyn, Rhoma Irama adalah ”gong” dari PJF. Untuk itulah, ia dan kawan-kawan meniatkan diri untuk seru-seruan. Jesslyn dan Natalia sengaja janjian dress-up memakai pakaian warna cerah dan pulasan make-up agar kelihatan keren saat foto bersama.
Menurut Natalia, PJF sangat menarik karena tidak hanya menghadirkan musik. ”Suasananya beda banget sama acara lain. Di sini kita bisa sekalian menikmati keindahan budaya dan panorama Candi Prambanan,” katanya.
Apabila Jesslyn dan Natalia mewakili penonton muda, terdapat pula penonton yang lebih senior, yaitu Milla (58) dan Umi Latifa (50). Keduanya menempuh perjalanan jauh dari Blitar, Jawa Timur. ”Kami berangkat pukul 10 pagi, sampai sini sekitar pukul 5 sore,” ujar Milla.
Perjuangan penonton yang mengaku sebagai Forsa, atau Fans of Rhoma Irama and Soneta, ini tak sia-sia. Di Prambanan, mereka bisa menonton Rhoma yang membawakan total 14 lagu yang sudah familiar di telinga pendengar, mulai dari ”Bujangan”, ”Ani”, ”Nafsu Serakah”, serta ”Perjuangan dan Doa.” ”Puas banget nonton-nya!” kata Milla, yang langsung pulang ke Blitar seusai acara.
Demokrasi musik
Lagu pembuka yang dibawakan Rhoma berjudul ”Musik” menggambarkan demokrasi bermusik untuk siapa saja, sesuai dengan semangat PJF yang berusaha mengakomodasi beragam selera pasar. Liriknya berbunyi, ”Lain kepala lain pula kesenangannya pada musik/Dari itu mainlah musik/Asalkan jangan saling mengusik//”.
Setelah membawakan 10 lagu, Rhoma memanggil Trio Lestari ke atas panggung. ”Mari kita sambut… Trio… Trio…,” ucap Rhoma. Penyanyi berusia 76 tahun itu rupanya lupa nama kelompok musik yang tinggal beranggotakan Tompi dan Sandhy Sondoro sepeninggal Glenn Fredly itu.
”Aduh, Bang Haji masa lupa sama nama kita,” kata Tompi, yang disambut tawa penonton.
Bersama Trio Lestari, Rhoma membawakan empat lagu berjudul ”Darah Muda”, ”Begadang”, ”Judi”, dan ”Mirasantika”. Meski didampingi dua penyanyi muda, suara Rhoma paling dominan. Dengan cengkok melayu, ia bisa menjangkau nada-nada tinggi.
”Hebat ya, jiwa muda. Sepuluh lagu bisa dibawakan dengan napas yang terjaga,” kata Tompi, memuji penampilan seniornya itu.
Sebelum Rhoma tampil, panggung PJF diisi grup musik asal Denmark, Lukas Graham. Sebelum tampil, grup ini terpantau berkeliling di arena jajanan pasar. Dengan ramah mereka melayani permintaan foto bareng oleh penonton. Mereka sempat mencicipi pisang goreng yang dijual di arena itu.
Lukas Graham sang vokalis mengatakan sangat bangga bisa tampil di hadapan penduduk Indonesia. ”Bayangkan, kami menempuh penerbangan selama 36 jam untuk sampai di sini,” ujar penyanyi yang dikenal dengan lagu berjudul ”Love Someone” itu.
Kehadiran musisi dari sejumlah negara ini menarik pasar penonton asing. Misalnya, pengusaha furnitur asal Denmark, Helle Nielsen, terlihat di antara penonton PJF. ”Karena saya dari Denmark, saya mau lihat penyanyi asal negara saya, Lukas Graham,” ujarnya.
Baca juga : Pelajaran Matematika dari Indra Lesmana
Helle sudah 15 tahun tinggal di Yogyakarta dan sering bolak-balik ke Prambanan. Namun, ini pertama kalinya ia menonton PJF. Ia mengajak 11 karyawannya untuk nonton bareng.
Dengan ragam jenis musik dan kehadiran musisi dari dalam dan luar negeri, PJF berusaha menggaet sebanyak-banyaknya penonton. Dengan kesuksesan PJF tahun ini, rasanya tidak sabar menantikan kejutan festival tahun depan!