Pengembaraan Sejarah di Jantung Qatar
Tidak ada kesan museum yang bau apek, kuno dan tua. Lebih penting lagi, koleksinya, sungguh-sungguh membuat tercengang.
Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar telah usai. Namun, bukan berarti tak ada lagi alasan untuk berkunjung ke Qatar. Museum-museum yang ada di jantung ibu kota Qatar, Doha, menawarkan petualangan menarik melalui suguhan informasi yang modern dan inovatif. Di sana, setiap orang akan terbawa pada pengembaraan sejarah yang mengesankan.
Doha menjelang akhir Mei 2023 lalu terasa membara. Suhu udara di hari-hari itu berkisar 38-39 derajat celsius. Berada di luar ruang, permukaan kulit terasa dicubit-cubit matahari. Krim penghalang matahari, baju tertutup hingga topi menjadi senjata saat beraktivitas di luar ruangan.
Bagi warga setempat, suhu setinggi itu belum seberapa. Hingga September, biasanya suhu akan terus bergerak naik hingga mencapai 45 derajat celsius.
Saat itu biasanya pemerintah setempat akan memberlakukan pengaturan jam kerja di luar ruangan untuk menghindari serangan panas yang berpotensi mengancam keselamatan jiwa. Warga diimbau lebih banyak berada di dalam ruangan, di rumah masing-masing, atau beraktivitas menjelang malam saat suhu udara tidak lagi terlalu panas.
Menjelang November, suhu baru akan menggelinding turun hingga kira-kira Maret. Inilah saat terbaik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Qatar. Berbagai aktivitas bisa dilakukan lebih leluasa tanpa terhalang suhu panas.
Salah satu alternatifnya adalah berkunjung ke museum yang bertebaran di seantero Doha. Museum di negara penghasil minyak dan gas ini rata-rata istimewa. Tidak hanya dari bangunannya yang megah, tetapi juga dari koleksi yang ada di dalamnya.
Melalui keberadaan museum-museumnya tersebut, Qatar tampaknya ingin menunjukkan bahwa mereka adalah negara yang tengah membangun peradaban adi luhung. Mereka tak segan mengucurkan kapital besar untuk museum-museum tersebut.
Selain National Museum of Qatar yang lebih dulu dibuka untuk umum pada 28 maret 2019, terdapat pula Qatar Olimpic and Sport Museum 3-2-1 yang mulai beroperasi pada 30 Maret 2022. Museum yang berisi berbagai hal tentang sejarah Olimpiade dan sejarah olahraga di Qatar ini terletak di Khalifa International Stadium yang menjadi salah satu lokasi penyelenggaraan Piala Dunia 2022, menjadi bagian dari Zona Aspire.
Zona Aspire adalah kompleks olahraga seluas 250 hektar di Distrik Baaya, Doha. Di dalamnya mencakup Akademi Aspire yang diperuntukkan bagi anak-anak muda Qatar, Pusat Perairan Hamad, Menara Aspire, serta Taman Aspire.
Museum ini menarik tak hanya karena bangunannya yang megah. Isi di dalamnya pun menimbulkan decak kagum karena luar biasa lengkap, pun sangat inovatif. Menjelajah Qatar Olimpic and Sport Museum 3-2-1 memberi pengalaman mengesankan pada pengembaraan terhadap sejarah.
Tidak ada kesan museum yang tua, lapuk, hingga bau apek. Museum ini lebih menyerupai pusat perbelanjaan modern yang memajang banyak properti berharga di tujuh galeri yang terdapat di dalamnya. Setiap orang dijamin akan senang menghabiskan waktu di dalamnya, terlebih para pencinta olahraga.
Rasa ingin tahu
Koleksinya terentang mulai dari rangkaian mahkota untuk para juara Olimpiade yang dahulu terbuat dari daun zaitun dan seledri liar, obor Olimpiade, boneka - boneka maskot Olimpiade, medali, hingga seragam para atlet Olimpiade dari seluruh dunia. Semuanya asli, dibeli secara resmi melalui balai lelang.
Salah satunya Obor Olimpiade di Berlin tahun 1936. Penataannya yang menarik membuat pengunjung serasa dibawa dalam perjalanan sejarah yang mengesankan. Tidak membosankan, justru menantang rasa ingin tahu.
Ada juga kostum serta atribut para legenda olahraga dunia dari berbagai cabang olahraga yang dipajang lengkap dengan foto dan properti audio visual. Videonya berupa momen paling bersejarah dalam karier olahraga mereka.
Beberapa di antaranya petinju Muhammad Ali, pesepak bola legendaris Pelé, petenis Steffi Graf, atlet anggar Valentina Vezzali, atlet lari Usain Bolt, dan masih banyak lagi. Termasuk pahlawan-pahlawan olahraga asal Qatar. Terbayang betapa besar upaya museum untuk mendapatkan harta-harta bersejarah tersebut.
Untuk melengkapi pengalaman pengunjung disuguhkan pula permainan-permainan interaktif agar pengunjung bisa turut mempraktikkan aktivitas fisik layaknya mengolahraga. Di lantai bawah yang memampang ragam olahraga di zaman Romawi ada permainan semacam panjat pinang yang membuat pengunjung tertarik mencoba mengasah kecepatan. Selain menyenangkan, degup jantung yang berpacu dan keringat yang mengalir dari pori-pori juga memberikan perasaan menyenangkan.
Di bagian atas terdapat permaian interaktif, seperti mendayung, permainan papan surfing, tenis meja, bersepeda, dan masih banyak lagi lainnya. Untuk mengukur skor, setiap pengunjung harus mengenakan gelang yang terhubung dengan layar besar di hadapan mereka. Rasanya seperti di taman bermain saja. Suara pekikan dan teriakan membahana di ruangan tersebut.
Keluar dari sana, yang tersisa adalah pengalaman menjelajah sejarah kompetisi olahraga dunia yang menyenangkan, lengkap dengan ilmu pengetahuan baru. Lebih menyenangkan lagi, di sana juga tersedia kafe untuk beristirahat seusai menjelajah museum, juga berbelanja berbagai suvenir olahraga yang lucu-lucu. Jersei tim-tim sepak bola salah satunya, ada juga yang lengkap dengan tanda tangan pemain kelas dunia, seperti David Beckham dan Cristiano Ronaldo.
Artefak Indonesia
Tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Museum of Islamic Arts. Meski museum ini sudah dibuka sejak 2008, berkunjung ke sana tetap akan memberikan pengalaman mengesankan. Terlebih juga karena galeri khusus Southest Asia baru saja dibuka. Di galeri Southest Asia terdapat sejumlah artefak yang berasal dari Indonesia.
Sedikit berbeda dengan bangunan Qatar Olympic and Sport Museum yang berarsitektur modern, bangunan Museum of Islamic Arts lebih bercita rasa Qatar. Arsitekturnya berbentuk kotak-kotak khas gurun.
Saat kaki melangkah masuk, hawa sejuk pendingin udara segera menyambut. Sangat kontras dibandingkan udara luar yang terasa terik. Ke mana pun kaki melangkah, suasana yang adem dengan aroma wangi yang elegan tercium di seluruh penjuru.
Interiornya pun terlihat anggun dan mewah. Tidak ada kesan museum yang bau apek, kuno dan tua. Sungguh menyenangkan. Lebih penting lagi, koleksinya, sungguh-sungguh membuat tercengang.
Di lantai dasar, pengunjung akan diajak untuk memulai perjalanan menggali sejarah Islam mulai dari pembentukan dan penyebarannya, serta belajar tentang warisan agama, intelektual, dan budaya Islam.
Di lantai-lantai atas, pengembaraan akan berlangsung melintasi dunia Islam mulai dari Mediterania hingga Asia Tenggara, bertemu dengan artefak-artefak kerajaan-kerajaan Islam terbesar di dunia. Tengoklah ragam Al Quran dari berbagai periode zaman yang ada di sana.
Begitu juga beragam warisan kerajaan-kerajaan Islam ternama, berikut tradisi dan budaya masyarakatnya. Perhiasan-perhiasan emas, karpet, pintu-pintu berukiran indah, juga patung pasukan Islam berkuda yang pertama, semua mengundang decak kagum.
Di galeri Southeast Asia, sejumlah artefak dari Indonesia turut ditampilkan. Terdapat manuskrip Al Quran dari Jawa di abad ke-19 Masehi, ditulis dengan tinta dan cat air. Ada pula perhiasan dari Sumatera Utara abad ke-19-20 Masehi berupa sertali layang-layang dan kudung-kudung. Keduanya dipakai pengantin perempuan di Tanah Karo.
Dari Bugis ada jimat yang ditaksir berasal dari abad ke-19 Masehi, gesper ikat pinggang khas Sumatera dan Sulawesi, dua-duanya dari abad ke-19 Masehi, serta kalung jimat khas Aceh dari abad ke-19 Masehi.
Baru di dua museum saja, pengembaraan sejarah di jantung Qatar sudah terasa mengesankan.