Serba Ada di Panggung Kompasfest
Serba ada. Ini yang terasa ketika perhelatan musik digelar di arena KompasFest 2023: Creation. Para peserta yang merupakan pecinta musik berbagai genre merasa terfasilitasi dengan kehadiran penyanyi dan kelompok musik.
Serba ada. Ini yang terasa ketika perhelatan musik digelar di arena KompasFest 2023: Creation. Para peserta yang merupakan pecinta musik berbagai genre merasa terfasilitasi dengan kehadiran penyanyi dan kelompok musik yang beragam. Dari ‘ajep-ajep’ K-pop, meleleh bersama Endah n Rhesa, pop mendayu Nadin Amizah, hingga leluncatan bareng Nidji dan The Adams.
Panggung musik dibuka dengan munculnya penyanyi Ify Alyssa (26) yang menyatu dengan salah satu topik bincang-bincang. Bagi Ify, musik menjadi sarana untuk bernostalgia ke masa kecilnya yang bermimpi menjadi penyanyi, salah satunya ketika dia konser di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).
“Pada 2006, aku ikut choir yang mengiringi penyanyi di GKJ. Tahun lalu, aku tampil di GKJ membawakan karyaku sendiri. Rasanya, dulu mimpi itu jauh namun tiba-tiba ada di depan mata karena sebentar lagi aku akan menyanyi. Itulah momen saat aku berada di ruang make up yang membuatku mau menangis sekaligus bersyukur,” tuturnya dari atas panggung Kompasfest 2023: Creation, Sabtu (17/6/2023), yang berada di area Dome, Senayan Park, Jakarta.
Menurutnya, perjalanan lebih dari 10 tahun itu memberikan makna hal-hal yang besar membutuhkan proses yang tidak instan. Dia pun berpesan kepada penonton untuk tidak lelah berproses, apapun bidang yang tengah digeluti.
Hingga saat ini, dia menyadari masih berproses sebagai penyanyi. Dia rutin berlatih, seperti vocalizing sebanyak tiga kali dalam seminggu, agar suara dan tubuhnya yang menjadi instrumen utamanya selalu siap kapanpun, bukan hanya karena akan ada konser.
Di atas panggung, suara lembutnya yang menyanyikan lagu "Bermain Hujan" mengajak hadirin untuk mengenang masa kecil yang penuh kebebasan. Dia juga membawakan lagu Pelita Lara dan Sisa Hari.
Salah satu penopang perjalanan bermusik Ify adalah pola pikir yang kuat. Dia menceritakan, ketika tereliminasi di suatu ajang pencarian bakat, seorang temannya berkata, “Kenapa kamu bernyanyi lagi? Memangnya laku? Bukannya kamu sudah tereliminasi?”. Kalimat itu membuatnya mempertanyakan apakah jalan hidupnya bukan menjadi penyanyi. Namun, dia memilih menjadikan kalimat itu sebagai pancingan untuk lebih maju lagi.
Selanjutnya, muncul gempuran dari Friday Noraebang sebagai penutup rangkaian acara di hari pertama, Sabtu (17/6/2023). Secara harfiah, Friday Noraebang berarti karaoke di hari Jumat. Seperti namanya, Friday Norabaeng mengajak audiens berkaraoke lagu-lagu K-pop dengan dipimpin seorang DJ di balik mixer dan beberapa orang dengan mikrofon. Merekalah yang “memanaskan” suasana hingga audiens lompat-lompat dan menyanyi bareng.
Ada banyak lagu yang dimainkan, mulai dari “Cheer Up” yang dipopulerkan grup perempuan Twice, “Cherry Bomb” oleh NCT 127, “Congratulations” oleh Day6, “Spicy” oleh Aespa, “Fxxk It” oleh Bigbang, “After Like” oleh IVE, “Cupid” oleh Fifty Fifty, dan “Forever1” oleh Girl’t Generation.
Selain lagu-lagu populer masa kini, ada juga lagu berusia lebih dari satu dekade seperti Ring Ding Dong yang dinyanyikan SHINee pertama kali pada 2009. Ada juga Hands Up oleh 2PM yang rilis pada 2011. Walau tergolong cukup lawas, lagu-lagu ini mampu menggugah sebagian audiens yang semula duduk untuk berdiri dan lompat-lompat. Beberapa penonton bahkan masih ingat betul gerakan dance kedua lagu ini. Dome Senayan Park mendadak berubah jadi lantai dansa malalm itu. Audiens di bagian kanan—yang kebanyakan adalah peserta lomba dance cover—seakan dapat kesempatan kedua untuk unjuk kebolehan yang tak boleh disia-siakan.
Saat intro lagu “Boombayah” oleh BlackPink diputar, gerombolan penonton yang semula duduk otomatis bangkit dan lari ke depan panggung. Mereka kompak merentangkan kedua tangannya ke udara tepat saat BlackPink berseru, “Boombayah!”.
Tarian mereka semakin panas. Mengikuti Jennie, Rose, Lisa, dan Jisoo, para penonton kompak melakukan headbang, meliukkan badan, hingga ada yang menari di lantai seperti tarian asli “Boombayah”.
Berlanjut pada hari kedua, Basboi dan Endah n Rhesa yang tampil dalam acara bincang-bincang menampilkan perspektif tentang nilai dan pesan tujuan mereka yang dialirkan melalui musik. Sembari mengajak para peserta berinteraksi, mereka memainkan lagu-lagu hitsnya.
Basboi, misalnya, ketika membawakan lagu “U Da Best”, ia mengajak yang hadir untuk menimpali liriknya. “Nanti kalau gue bilang eee aaa, ikutin ya. Tuh kan pada tahu kan. Itu pentingnya untuk paham asal kita. Musik gue hip-hop, tapi gue terus mencoba untuk tetap ingat akar gue dan membawakan yang sesuai sama lingkungan gue,” jelas Basboi.
Endah n Rhesa pun juga membawakan sekitar empat lagu usai acara bincang-bincang terakhir bersama Kreator Konten Ferry Irwandi dan Founder Wastehub Ranitya Nurlita. Di tengah penampilannya, Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya menceritakan konflik internal yang terjadi dalam perjalanan musiknya. Ada rasa tidak merasa aman atau insecure maupun tak percaya diri. Endah menyatakan, keinginan untuk berkarya atau bergerak dapat mengatasi konflik-konflik internal tersebut.
Dukungan orang terdekat juga berperan penting dalam perjalanan kreasi seseorang. Rhesa mengakui ada rasa insecure dalam hal menggambar. Namun, Endah mengatakan, dia mengandalkan Rhesa untuk menggambar cover album mereka. Di sela-sela cerita perjalanan, mereka menyanyikan lagu "For A Minute" dan "Pulang ke Pamulang" sebagai penutup;
Selalu beri arti pulang/ Kawanku t’lah tumbuh seribu/ Doaku akan selalu pulang ke Pamulang/ akan selalu pulang ke Pamulang//
Lintas genre
Sesuai jadwal, penyanyi Nadin Amizah tampil di panggung musik hari kedua sekitar pukul 20.00 WIB. Meski agenda itu molor, para penggemar Nadin tetap bersemangat memadati area panggung yang sejajar dan tak bersekat. Bahkan ada seorang penggemar berkursi roda yang tak berhenti bertepuk dan tak sabar menunggu Nadin tampil.
Menanti selama 30 menit, Nadin berlari dari pintu masuk Dome Area menuju panggung melintasi kerumunan penggemar yang langsung disambut sorak sorai. Bergaun siluet cold shoulder dengan motif floral dihiasi aksesoris khas berupa pita putih di bagian pergelangan tangannya, Nadin langsung menyapa penggemar dan memulai aksinya dengan bertelanjang kaki seperti biasa.
Deretan lagu andalan seperti “Kereta Ini Melaju Terlalu Cepat”, “Taruh”, “Hormat Kepada Angin”, “Seperti Tulang”, “Bertaut”, “Rumpang”, “Seperti Takdir yang Kita Tulis”, “Beranjak Dewasa”, hingga “Sorai” dibawakannya. Bahkan ketika “Rumpang”, Nadin mengajak penonton bernyanyi bersama di bagian akhir lagu. Penonton yang tak sabar langsung nyamber bernyanyi.
“Eh beluuum. Yuuk sekarang…” ajaknya sambil memasang mimik wajah lucu. Bagian lirik Katanya mimpiku kan terwujud pun diulang beberapa kali sesuai aba-aba Nadin pada penonton di tiap sisi panggung.
Dalam kesempatan ini, Nadin pun mengabarkan akan merilis lagu barunya pada 23 Juni 2023 berjudul “Rayuan Perempuan Gila”. “Jadi, aku dulu pernah banget sama mantanku dibilang lu tuh gila ya. Untuk cegil-cegil (cewek gila) di luar sana, this is your anthem. Tungguin tanggal 23 Juni,” ungkapnya tetap manis.
Semangat para penonton kembali terpompa saat Nidji naik ke panggung. Nidji langsung mengajak audiens bernostalgia dengan lagu-lagu lama andalan, seperti “Arti Sahabat” serta “Kau dan Aku”. Ada pula lagu "Rahasia Hati" yang menjadi soundtrack film populer 5cm.
Ada pula lagu baru “Wadoow” di penampilan Nidji malam itu. Sebelum dinyanyikan, sang vokalis, Ubay, mengajak audiens untuk “latihan” nyanyi bareng dengan mengucap “Wadoow, wadoow, wadoow, wadoow, wadoow!”
Interaksi antara band dengan audiens kembali terjalin saat Ubay mengajak mereka melompat, bahkan menyanyikan beberapa bait lagu "Biarlah". Lagu-lagu lama Nidji terbilang sukses membangkitkan kenangan penonton dan membuat sebagian orang yang semula duduk santai untuk menari bersama ratusan orang di Dome Senayan Park.
Agar penampilan makin panas, Ubay lantas mengeluarkan saxophone dan memainkannya untuk mengiringi lagu “Bila Aku Jatuh Cinta”.
Penonton merespons dengan tepuk tangan meriah saat Ubay menutup lagu dengan tiupan panjang saxophone.
Penonton kembali diajak berwisata ke masa lalu dengan tembang-tembang Nidji yang berusia lebih dari satu dekade, seperti “Laskar Pelangi”, “Disco Lazy Time”, “Hapus Aku”, “Sudah”.
Sebagai penutup, The Adams yang digawangi Ario Hendarwan (vokal, gitar), Saleh Husein (vokal, gitar), Pandu Fathoni (vokal, bas), Gigih Suryo Prayogo (drum, vokal), dan Ghina Salsabila (kibor, vokal) makin memanaskan suasana. Hits dari tiga albumnya dibawakan seperti “Konservatif” yang mengingatkan masa sekolah berkencan menonton Janji Joni, “Waiting”, "Pelantur", Gelap Malam", Hanya Kau", hingga “Masa-masa”.
Perjalanan berkreasi dalam jangka waktu yang panjang pun bukan tanpa hambatan. “Ternyata umur tidak bisa bohong. Nikmati masa mudanya yaa,” kata Ario saat mengambil jeda.
Di antara lagu yang mereka mainkan itu pula, Saleh dan Pandu ‘meminta izin’ pada penggemarnya untuk menyanyikan lagu yang santai. ‘Timur’ menjadi lagu berikutnya yang menggema di dalam area Dome. Di barisan belakang, tampak sepasang pria dan wanita serta anak kecil laki-laki di tengahnya saling berangkulan. Punggung kaos anak kecil itu bertuliskan ‘Timur’. Mereka bertiga bernyanyi bersama. Sesekali sang wanita mengecup kening anak kecil tersebut.
Ya, Kompasfest 2023: Creation pun seakan menjadi panggung inklusif dan penuh nostalgia. Mereka yang hadir bebas ajojing hingga hari nyaris berganti.