Putri Ariani menginspirasi banyak orang agar menolak patah asa mencapai puncak cita. Itu juga berkat kegigihan orangtua. Namun, perlu waspada terhadap euforia yang dapat membunuh cita-cita.
Oleh
MOHAMMAD HILMI FAIQ, NINO CITRA ANUGRAHA, ESTER LINCE NAPITUPULU, Z07
·5 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gesekan biola mengalun pelan di Ruang Praktik Musik, SMK Negeri 2 Kasihan, atau Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta, di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (9/6/2023) siang. Lama-lama gesekan itu semakin cepat. Sesekali gesekan biola terhenti gegara pemainnya salah memencet nada. Lalu, permainan biola diulang kembali sampai komposisi yang dimainkan terdengar rapi.
Francis Denada Artista (16) merupakan sosok yang memainkan biola tersebut. Latihan musik individu sepulang sekolah biasa dilakukannya. Ia semakin termotivasi berlatih setelah mendengar kabar mengenai salah seorang kakak kelasnya, Putri Ariani, yang baru saja mendapat golden buzzer ketika mengikuti audisi America’s Got Talent.
Dalam audisi tersebut, Putri membawakan lagu ciptaannya sendiri berjudul ”Loneliness”. Penampilan itu membuat salah seorang juri yang dikenal paling keras, Simon Cowell, terkesima. Bahkan, Simon meminta penyandang difabel netra itu untuk membawakan satu lagu lagi.
Aksi Putri pada panggung dunia itu banyak diperbincangkan. Putri memenuhi media sosial dan menjadi tema sentral grup-grup Whatsapp. Seluruh negeri bangga. Tak terkecuali sesama murid di tempat Putri bersekolah seperti Denada.
“Pastinya, kami juga ingin bisa mencapai level dunia seperti Mbak Putri. Kami ikut terdorong biar semakin rajin berlatih. Kami kagum dengan beliau yang punya keterbatasan tetapi bisa meraih prestasi semacam itu,” ujar Denada. Dampak pencapaian Putri mulai terasa.
Istimewa
Keistimewaan Putri sudah lama terbaca. Talitha Riris (17), teman di SMM, menilai dari segi musikal, Putri punya pendengaran yang peka, akurat saat menebak nada dalam pelajaran “solfegio”. “Terlebih lagi dia main pianonya keren. Saya sering dibantu belajar main piano untuk mata pelajaran piano wajib,” tutur Talitha,” tutur Talitha yang kerap diajak ngobrol Putri termasuk tentang rencana ikut audisi America’s Got Talent.
Sementara itu, Wali Kelas XI B SMM Yogyakarta Ema Putri Yuwana menyebut, Putri sebagai murid yang cerdas dan berwawasan luas. Putri selalu bisa berpikir melampaui teman-teman sebayanya. Itu disampaikan Putri sewaktu pelajaran tanpa rasa malu-malu. Ia mengapresiasi, kepercayaan diri Putri yang tetap terjaga meski memiliki kondisi khusus.
Di sisi lain, sebut Ema, Putri memiliki kemauan belajar yang tinggi. Misalnya, ketika masuk SMM Putri belum menguasai flute, tapi dia memilih alat musik tiup itu.
“Jadi dia dari awal mendaftarkan ke sekolah ini sudah bisa vokal dan piano. Dia pilih instrumen yang memang dia belum bisa. Jadi penguasaan instrumennya bisa semakin luas di sini,” kata Ema.
Ema menambahkan, tanggung jawab Putri sebagai semurid juga istimewa. Kendati sibuk, Putri tak pernah absen mengumpulkan tugas maupun mengikuti ulangan harian. Sebelum bepergian ke luar kota, Putri selalu merampungkan tugas-tugas sekolahnya terlebih dahulu. Bukan masalah bagi Putri untuk mengerjakan tugas-tugas itu ketika berada di bandara atau dalam mobil.
Putri tumbuh dalam lingkungan yang mendukung. Dia kelilingi orang-orang yang memperlakukannya sebagai manusia semestinya. Kepala SMM Yogyakarta Agus Suranto mengungkapkan, sekolah yang dipimpinnya tidak pernah membeda-bedakan murid. Semua murid dipandang memiliki keunikan dan keunggulannya masing-masing. Oleh karena itu, Putri yang tergolong sebagai difabel netra juga dipandang setara dengan murid lainnya. Justru guru yang diminta menyesuaikan metode belajar sesuai kemampuan murid masing-masing.
Ismawan Kurnianto, ayah Putri bercerita dia selalu membebaskan keinginan anaknya dalam segala hal, termasuk pendidikan. Putri diberi kebebasan untuk bersekolah di sekolah reguler. Sebab, kepercayaan diri akan muncul ketika sejak kecil Putri terbiasa bersosialisasi di lingkungan yang normal.
”Putri tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan kuat karena sejak awal berada di lingkungan yang bukan zona nyaman dia. Ketika jika sejak awal dia ditempa lingkungan khusus, dia akan canggung saat berada di masyarakat umum,” kata Ismawan.
Pada usia tiga tahun, saat dokter memvonis kondisi difabel, saat itu pula Putri menerima keadaannya. Sejak saat itu, Ismawan memutuskan mengalihkan biaya pengobatan untuk biaya pendidikan Putri.
“Hingga umur tiga tahun dia masih di playgroup. setelah masuk usia sekolah, saya menyekolahkan Putri di sekolah reguler terbaik di Riau,” ujar Ismawan.
Demi mendukung pendidikan Putri, pada 2016 Ismawan menyekolahkan Putri di Yogyakarta. “Pada waktu itu, di Riau terbatas pengajar braile, Putri pindah ke Yogyakarta,” katanya.
Ismawan senang dengan kurikulum pendidikan saat ini yang memberikan kebebasan bagi peserta didik dan guru memilih metode dan perangkat ajar dalam proses belajar mengajar. Lingkungan pendidikan di Indonesia juga makin baik. “Mungkin karena dia selalu berada di sekolah terbaik, lingkungannya juga pasti menerima sesama,” ujarnya.
Jebakan
Putri kini sibuk bertemu dengan para pejabat dan tampil di banyak tempat dalam waktu berdekatan. Putri sibuk sekali. Bisa jadi setelah ini belasan hingga puluhan tawaran manggung segera datang.
Praktisi industri kreatif Yoris Sebastian mengingatkan agar Putri dan orangtuanya, hati-hati dengan jebakan eforia tersebut. Mereka perlu melihat Golden Buzzer yang diberikan Simon sebagai sebuah pertanda baik bagi jalan Putri ke depan. Dalam sejarahnya, mereka yang mendapat Golden Buzzer malah tidak menang. Semoga putri menjadi orang yang pertama memenangi memenangi ajang America’s Got Talent.
Di luar menang atau tidak, lanjut Yoris, Simon adalah seorang produser musik dengan intuisi yang kuat. Sebutlah Calysta Bevier yang berhasil merilis 10 singles dan mendapatkan 2,5 juta stream di Spotify atau Mandy Harvey, penyanyi dan penulis lagu, akhirnya merilis lagu. “Dia dikabarkan punya net worth 3 juta dollar,” kata Yoris sembari menambah bahwa mereka tidak juara di ajang America’s Got Talent tapi sukses karena mengikuti intuisi Simon tadi.
Untuk itu, kata Yoris, Putri perlu menjaga garis lurus untuk meneruskan mimpinya sekolah di The Juilliard School. Jangan sampai tergiur tawaran manggung lalu menunda untuk sekolah karena itu bisa mengubur mimpi. Yoris yakin Simon tidak keberatan memberikan rekomendasi agar Putri bisa masuk Juilliard. inilah saatnya.
Itu senada dengan Psikolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Novi Poespita Chandra. Dia mengatakan, amat penting memberi dukungan atas kemampuan sosial emosional anak seperti Putri. dengan penerimaan dan dukungan yang baik dari lingkungan mulai dari yang terkecil di rumah, sekolah, dan masyarakat, anak-anak ini pun bisa menjadi versi terbaik dirinya.
Tampaknya orangtua Putri menyadari itu. Setidaknya tecermin saat bertemu dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim. “Kemendikbudristek akan memberikan info cara masuk dan beasiswa kampus impian Putri, The Juilliard School, Amerika Serikat,” kata Ismawan.