Drama-drama karena Coldplay
Sejak dipastikan berkonser di Jakarta, band Coldplay menimbulkan histeria. Ada yang kesal karena tak sanggup beli karcis, tak sedikit pula yang tergiur godaan calo. Ini drama terseru menjelang tahun politik.

Penggemar Coldplay menggunakan empat gawai untuk berburu tiket konser Coldplay, Rabu (17/5/2023). Tiket konser dijual dengan harga Rp 800.000 hingga Rp 11 juta belum termasuk pajak.
Rencana konser band Coldplay asal Inggris di Indonesia November nanti barangkali jadi yang paling heboh di ranah industri pertunjukan. Berjuta-juta penggemarnya berebutan dapat karcis yang ”cuma” dijual sekitar 70.000 lembar. Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin sampai turun komentar karena banyak calo bergentayangan. Konser belum mulai, dramanya di mana-mana.
Christo Adi (30) bersungut-sungut mendapati harga karcis konser Coldplay sebagai rangkaian Music of the Spheres World Tour pada 15 November di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta di luar jangkauannya. Rentang harga tiketnya mulai dari Rp 800.000 sampai Rp 11 juta per orang di luar kutipan pajak.
Posisi pemegang karcis termurah adalah di tribun samping panggung dengan pandangan terbatas. Sementara pembeli karcis termahal bisa mendapat akses ke lingkaran terdekat hingga belakang panggung (backstage)—yang mungkin saja bisa jumpa personel band. Pembedaan kasta terasa nyata. Yang bisa bayar mahal punya hak istimewa.
”Waktu antara kepastian konser dan penjualan tiket singkat banget. Penggemar yang uangnya pas-pasan seperti saya jelas kelabakan, nggak sempat nabung,” kata Christo, yang juga menyokong biaya sekolah adiknya ini. PK Entertainment, promotor konser, mengumumkan harga karcis pada 11 Mei. Karcis dijual pada 17 dan 19 Mei, cuma berselang seminggu.
”Kalau begitu caranya, konser itu cuma untuk yang berduit banyak. Atau yang berani merelakan dana darurat untuk nonton konser. Saya, sih, nggak berani, dan nggak sempat nabung. Harusnya harga sudah diumumkan jauh hari sebelum penjualan, jadi kami bisa siap-siap,” kata karyawan swasta yang tinggal di Depok, Jabar, ini.
Christo mulai suka Coldplay sejak mereka mengeluarkan album Viva la Vida or Death and His Friends keluaran 2008. Sudah lama dia memimpikan Chris Martin (vokal/pianis), Jonny Buckland (gitar), Guy Berryman (bas), dan Will Champion (drumer) manggung di Indonesia.
Pada 2017, mereka manggung di Singapura, terdekat dari Indonesia. Sayangnya, waktu itu penghasilan Christo belum ajek. ”Kabarnya mereka juga nggak mau manggung di Indonesia karena isu hak asasi manusia dan isu lingkungan. Makanya saya enggak menduga tahun ini mereka jadi konser di sini,” katanya. Dia kecewa karena tidak diberi kesempatan menabung.
Christo bersikap realistis. Dia enggan punya utang, apalagi pinjam dari jasa pinjaman online (pinjol). Christo mungkin satu dari sedikit penggemar Coldplay di Indonesia yang berlapang dada. Berhari setelah ”perang” pembelian karcis, banyak ”tangan kedua” yang menawarkan karcis dengan harga berkali lipat dari harga resminya.

Para pemburu tiket konser grup band Coldplay berburu tiket (ticket war) secara daring di warung internet (warnet) di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (17/5/2023). Warnet gim daring menjadi pilihan pemburu tiket karena kecepatan internetnya yang kencang.
Tergiur
Amora Febriana (20) kena sialnya. Uang dia dan tiga temannya sebesar Rp 4 juta amblas tak berbekas untuk membayar uang muka tiket Coldplay karena tergiur tawaran penjual tangan kedua atau reseller di media sosial. Semula, mereka berjibaku membeli tiket lewat jalur resmi. Tapi, tak satu pun berhasil dapat karcis.
Sore hari setelah ”kalah perang” karcis, Amora melihat ada akun Twitter yang menjual karcis kelas Cat 3. Dia dan teman-temannya tergoda, lantas menghubungi akun bersangkutan. ”Semula lancar aja, dan nggak ada yang mencurigakan. Dia bilang jualnya Rp 5 juta per tiket. Akhinya kami bertukar nomor Whatsapp,” kata Amora.
Tak lama ada pesan masuk atas nama Tania, berbeda dengan nama pemilik akun Twitter sebelumnya, yaitu Gilang Purnama. Pesan itu menanyakan kepastian membeli tiket. Karena merasa sangat butuh, Amora langsung bernegosiasi terkait metode pembayarannya, yakni pakai sistem uang muka. Kedua pihak menyepakati uang mukanya Rp 4 juta untuk harga total Rp 20 juta.
Sebelum transfer, Amora memastikan karcis digital yang telah dimiliki penjual itu. Sang penjual mengirim foto karcis beserta kartu identitasnya sehingga Amora yakin. Uang sebanyak Rp 4 juta pun terkirim. Penjual berjanji mengirim surel sebagai bukti transaksi.
Beberapa jam berselang, surel itu tak kunjung tiba. Amora dan teman-temannya mulai panik. Mereka menghubungi nomor ”Tania”, yang menyatakan sudah mengirim surel. Surel itu tak pernah masuk kotak suratnya. Tak lama, nomor Amora pun diblok ”Tania” sehingga komunikasi terputus. Pesan ke akun Twitter Gilang juga tak ditanggapi.
”Aku percaya ke mereka karena harganya masih terbilang murah, nggak naik berkali-kali lipat dari harga aslinya. Terus, mereka juga mau pakai sistem uang muka, bukan pembayaran lunas. Eh, tahunya ketipu juga,” kata Amora. Maunya sing along, malah amsiong.
Amora dan tiga temannya tak sendirian. Banyak pencari karcis yang tertipu iming-iming serupa di media sosial. Rata-rata modusnya adalah jasa titip beli karcis atau jastip. Harganya tentu di atas harga resmi. Sejumlah korban tak tinggal diam. Mereka melaporkan kasus penipuan ini ke polisi.
Hingga Jumat (26/5/2023), Polda Metro Jaya menerima laporan mengenai jumlah korban yang tergolong kejahatan siber itu tak kurang dari 60 orang dengan nilai kerugian mencapai Rp 257 juta.

Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menunjukkan barang bukti penipuan jasa titip tiket konser Coldplay oleh dua tersangka asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (22/5/2023).
”Penyelidikan dilakukan Direktorat Reserse Kriminal Khusus yang menangkap dua tersangka,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko. Tak hanya Jakarta, kata dia, korban juga tersebar di kota-kota lain. Belakangan, pihak promotor pun telah dimintai keterangan oleh polisi.
Magnitudo besar yang ditimbulkan dari penipuan karcis Coldplay sampai juga ke telinga Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin. Dia meminta keterlibatan pengawasan pihak berwenang untuk mengawal mencegah penipuan dan meningkatkan sistem transaksi keuangan.
”Saya kira bukan hanya soal Coldplay, melainkan semua saja. Pertama, masyarakat berhati-hati untuk tidak mudah tertipu,” tutur Wapres di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (23/5/2023). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga mengingatkan hal serupa. Tumben-tumbenan urusan konser musik jadi sorotan besar pemerintah seperti ini. Mungkin ini jadi drama babak baru di pentas hiburan dalam negeri.
Tahan lapar
Keriuhan konser Coldplay di Jakarta tahun ini tak menyilaukan Maureen D (42), warga Bekasi, Jabar. Dia dan suaminya memilih nonton band Muse di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Juli nanti. Pasangan ini sempat menonton Coldplay di Singapura pada 2017 silam. Pengalaman demi menonton Coldplay itu, kata dia, penuh drama.
Maureen sudah membayangkan aksi keren Coldplay sesaat setelah berhasil membeli karcis lewat daring. Ia sempat gagal. Pada kesempatan kedua baru sukses. Tiket konser sudah aman, tinggal memesan karcis pesawat. Namun, Maureen terkejut. Ternyata semua kursi penerbangan sudah terpesan habis. Konsentrasinya waktu itu tercurah untuk mendapatkan karcis konsernya terlebih dulu. Jadilah, dia membidik destinasi penerbangan terdekat dari Singapura, yaitu Batam, dan melanjutkan menyeberang lewat laut ke ”Negeri Singa”.

Layar panggung menunjukkan wajah Chris Martin, vokalis Coldplay, saat konser di Stadion Hampden Park, Glasgow, Skotlandia, Britania Raya, Selasa (23/8/2022).
Kerisauan ternyata belum usai. Banyak penonton Coldplay asal Indonesia yang berpikiran serupa. Kapal penyeberangan dipenuhi ”umat Coldplay” dari Indonesia.
”Kapal-kapal enggak bisa langsung merapat. Semua isinya penonto Coldplay. Kapal kami dapat merapat di dermaga paling ujung. Kapal-kapal mengantre,” ujarnya.
Perjuangan belum beruakhir ketika kaki mereka menyentuh daratan. Antrean mengular panjang di keimigrasian. Walhasil, pasangan ini baru bisa keluar dari pelabuhan setelah mengantre dua jam. Tunggang-langganglah mereka menuju hotel dengan perut kosong karena baru sadar lupa makan siang. Bekal nasi padang yang dibeli dekat rumah sebelum berangkat jadi penyelamat.
”Makan buru-buru, deh. Kontras banget. Konser megah di Singapura, tapi makanannya nasi dibungkus pakai rendang sama ikan asin cabai hijau,” katanya sambil tergelak. Ia begitu deg-degan mengingat konser di Singapura dikenal selalu tepat waktu.
Tiba dengan waktu yang mepet sebelum pertunjukan, pukul 19.00, Maureen yang masih lapar lantas memesan hot dog dan minum. ”Benar-benar nonton paling jungkir balik. Pakai drama-drama. Aku pengin banget datang karena sudah ngikutin dari lagu-lagu awal Coldplay,” ucapnya.
Coldplay bisa jadi sedang tenar-tenarnya sekarang. Karena itu, apa pun yang mereka buat menimbulkan mania, bahkan menyilapkan kewaspadaan penyukanya. Penggemar lama, atau penggemar dadakan, selamat menikmati ”drama-drama” Coldplay yang lebih menghibur dibandingkan drama adu pesona kancah politik.