”Tiger Stripes” Mengungkap Gejolak Masa Pubertas

Film ”Tiger Stripes” mengungkap kebebasan remaja di masa pubertas.

ARSIP KAWANKAWAN MEDIA

Salah satu adegan film Tiger Stripes.

Reaksi remaja perempuan yang sedang mengalami pubertas bisa tak terduga. Perubahan tubuh serta perasaan yang bergejolak seakan tak bisa diredam. Cerita inilah yang diangkat dalam film Tiger Stripes.

Film berkisah tentang Zaffan yang diperankan Zafreen Zairizal berjuang menghadapi masa pubertas remaja saat berusia 12 tahun. Segala macam perasaan dipendamnya sendiri. Bahkan, rahasia tak diberitahukan ke dua sahabatnya di sekolah, Farah (Deena Ezral) and Mariam (Piqa).

Mengambil latar belakang sekolah khusus perempuan di Malaysia, Zaffan, remaja berhijab yang lincah, nakal, dan cerdas. Dia senang joget dengan iringan musik dangdut. Suatu waktu, seperti layaknya remaja jaman sekarang yang senang bermain gawai, dia melepas bra yang direkam video oleh temannya.

Sepulang sekolah Zaffan bersama Farah dan Mariam sering mengobrol dan bercanda di hutan. Hingga Zaffan melihat hantu mata yang bercahaya di atas pohon. Lalu, cerita menjadi sedikit menegangkan, Zaffan dirundung oleh teman-temannya, dijauhi para sahabat, serta menjadi lebih pemarah. Sikapnya itu diawali ketika dia mendapat menstruasi pertama, tetapi sang ibu tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan sebagai remaja yang masuk masa pubertas.

ARSIP KAWANKAWAN MEDIA

Salah satu adegan film Tiger Stripes.

Tak hanya itu, Zaffan yang marah akan berubah menjadi menyerupai harimau dengan kaki dan tangan berkuku tajam. Gadis itu bertingkah laku seperti harimau, berjalan dengan tangan dan kaki, serta memanjat pohon secepat kilat. Orangtuanya pun kewalahan. Segala daya upaya dilakukan supaya Zaffan menjadi remaja yang normal.

Saat Zaffan semakin terprovokasi teman-teman dan lingkungan sekitarnya, dia berjuang untuk bertahan. Dia melawan semua hal yang mengganggunya. Zaffan berusaha mendapatkan kebebasannya. Realitas kehidupan remaja yang mencari jati diri, mengalami perundungan serta arti seorang sahabat dikemas apik dalam film ini. Akting para pemain utama yang baru terjun ke dunia film juga tidak mengecewakan. Ekspresi marah, sengit, nakal, sekaligus pintar dalam pelajaran sekolah digambarkan Zaffan seperti para remaja pada umumnya.

Film Tiger Stripes masuk menjadi salah satu nomine Feature Films di ajang Semaine De La Critique Cannes 2023. World premiere berlangsung pada Kamis (18/5/20023) di Miramar Theatre, Cannes, Perancis. Sepekan kemudian, Rabu (24/5/2023) malam, film tersebut diumumkan meraih Grand Prize Semaine De La Critique Cannes 2023.

Film ini akhirnya memenangi kategori film terbaik di Cannes Critics’ Week 2023.

Para juri yang terdiri dari Audrey Diwan (Perancis/Lebanon), Rui Pocas (Portugal), Meenakshi Shedde (India), Franz Rogowski (Jerman), dan Kim Yutani (Amerika Serikat) menilai film ini mampu menangkap dan memvisualisasikan ketakutan dan keterasingan pada masa akil balig. Kisah coming-of-age tradisional dibalut dengan kreativitas meriah, tribut yang tulus untuk perempuan, dan liar.

Proses produksi film dilakukan secara koproduksi dengan delapan negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Jerman, Qatar, Perancis, Belanda dan Taiwan. Film merupakan karya film panjang feature pertama dari sutradara asal Malaysia, Amanda Nell Eu, dengan produser dari Indonesia, Yulia Evina Bhara.

ARSIP KAWANKAWAN MEDIA

Tim film Tiger Stripes berfoto bersama seusai pengumuman pemenang Cannes Critics Week, di Cannes, Rabu (24/5/2023).

Amanda mengatakan, cerita Tiger Stripes merupakan pengalaman pribadi saat dirinya dalam masa pubertas. ”Saya enggak suka dengan perubahan pada tubuh, takut dengan tubuhku sendiri. Ketika bangun tidur rasanya ada sesuatu yang terjadi. Dari cerita itu, lalu ditambahi dengan edikit humor dan horor. Menyenangkan bisa menjadi ekstrem,” ujarnya.

Beberapa kali, Amanda menyatakan, dirinya menyukai cerita horor. ”Aku suka dengan film horor, yang kadang ada lucu-lucunya,” katanya. Sebelumnya, dia membuat film pendek berjudul Lagi Senang Jaga Sekandang Lembu yang diputar perdana di Venice International Film Festival serta meraih penghargaan Special Mention di International Short Film Festival Clermont-Ferrand.

Ide segar

Ide cerita yang unik dengan mengangkat kisah remaja mengalami pubertas menjadi salah satu daya tarik bagi sang produser, Yulia. Selain itu, cerita ini juga mengangkat kearifan lokal di Malaysia.

”Pertama kali ketemu Amanda, di Venice, saya melihat film pendeknya. Lalu, dia cerita mau bikin film panjang. Ceritanya fresh idea, secara kepribadian, dia adalah sutradara muda, emerging talent, yang berpotensi mengambangkan film feature di Asia,” ungkap Yulia.

KOMPAS/SUSIE BERINDRA

Suasana world premiere film Tiger Stripes yang merupakan koproduksi delapan negara, di MIramar Theatre, Cannes, Rabu (18/5/2023). Film ini memenangi Semaine De La Critique Cannes 2023,

Setelah bertemu, keduanya pun sepakat mengerjakan proyek film dengan skema koproduksi. Keduanya mencari pihak lain yang bisa diajak bekerja sama. Dari Indonesia, selain produser dari KawanKawan Media, juga melibatkan musisi Kasimyn dari Gabber Modus Operandi untuk mengerjakan musik dalam film itu.

Untuk pemeran film, Amanda memilih talenta-talenta baru yang diharapkan bisa memberi nuansa yang berbeda. Ketiga pemain utama, Zafreen Zairizal, Deena Ezral dan Piqa, merupakan hasil casting yang dilakukan Amanda. Selama enam bulan, mereka mengikuti workshop sebelum produksi film.

”Saya memilih mereka supaya lebih natural. Pemain film muda bisa beradu akting dengan aktris senior Fatimah Abu Bakar sehingga mereka bisa belajar banyak hal,” ujar Amanda.