Buku Harian Ed Sheeran
Ed Sheeran merasa seperti tenggelam. Kepalanya berada di bawah permukaan air, melihat ke atas, tetapi tak bisa menerobos. Akhirnya, ia menggunakan penulisan lagu sebagai terapi untuk membantunya memahami perasaannya.
Tragedi dalam hidup kerap menjadi bahan bakar yang baik untuk menelurkan karya. Seperti itulah yang dilakukan penyanyi dan penulis lagu asal Inggris, Ed Sheeran. Melalui album terbarunya, ”-“, dilafalkan Subtract, Sheeran melepaskan impitan kepedihan yang terjadi dalam hidupnya dan untuk pertama kalinya tidak mencoba membuat album yang disukai orang.
Subtract dirilis pada Jumat (5/5/2023). Album ini berisi 14 lagu, dimulai dari ”Boat”, ”Salt Water”, ”Eyes Closed”, ”Life Goes On”, ”Dusty”, ”End of Youth”, ”Colourblind”, ”Curtains”, ”Borderline”, ”Spark”, ”Vega”, ”Sycamore”, ”No Strings”, hingga ”The Hills of Aberfeldy”.
Sebelumnya, Sheeran sudah lebih dulu memperkenalkan ”Eyes Closed”, diikuti ”Boat” dua hari sebelum tanggal perilisan dan menjadi lagu pembuka Subtract. Subtract merupakan album studio kelima Sheeran, seri terakhir dari rangkaian judul album Sheeran yang menggunakan lambang matematika yang dimulai dengan + (Plus) di tahun 2016.
Subtract lahir dari upaya Sheeran mendorong batas-batas kemampuannya dalam menulis lagu, di mana dia mencoba memberikan penulisan lagu paling dalam sekaligus jujur di sepanjang kariernya. Album ini adalah versi ”baru” dari hasil kerja di tahun 2021 yang dibatalkan Sheeran setelah sang istri, Cherry Seaborn, mengalami masalah kesehatan dan sahabatnya, Jamal Edwards, meninggal tak lama kemudian.
Sebelumnya, Sheeran telah mengerjakan Subtract selama satu dekade, mencoba memahat album akustik yang sempurna, menulis dan merekam ratusan lagu dengan visi yang jelas tentang apa yang dia pikirkan. Awal tahun 2022, serangkaian peristiwa mengubah hidupnya, kesehatan mentalnya, hingga pada akhirnya caranya memandang musik dan seni.
”Dalam waktu satu bulan, istri saya yang sedang hamil diberi tahu bahwa ia menderita tumor tanpa bisa dilakukan perawatan sampai setelah melahirkan. Sahabat saya, Jamal, yang sudah seperti saudara laki-laki saya sendiri, meninggal mendadak dan saya mendapati diri saya berdiri di pengadilan membela integritas dan karier saya sebagai penulis lagu. Saya berputar dalam ketakutan, depresi, dan kecemasan,” tutur Sheeran.
Ia merasa seperti tenggelam. Kepalanya berada di bawah permukaan air, melihat ke atas, tetapi tak bisa menerobos. Akhirnya Sheeran menggunakan penulisan lagu sebagai terapi untuk membantunya memahami perasaannya.
”Saya menulis tanpa memikirkan lagu-lagunya seperti apa, saya hanya menulis apa pun yang mengalir. Hanya dalam waktu seminggu, saya mengganti pekerjaan selama satu dekade dengan pikiran tergelap saya yang terdalam,” ujar Sheeran.
Sebagai seniman, ia merasa tidak kredibel apabila menempatkan karya yang tidak secara akurat mewakili di mana hidupnya berada dan bagaimana dia perlu mengekspresikan diri pada titik tersebut.
”Album ini murni tentang itu. Hal ini membuka pintu jebakan ke dalam jiwa saya. Untuk pertama kalinya, saya tidak mencoba membuat album yang disukai orang, saya hanya mengeluarkan sesuatu yang jujur dan sesuai dengan tempat saya berada dalam kehidupan dewasa saya. Ini adalah buku harian Februari terakhir saya dalam memahami semuanya,” kata Sheeran.
Dalam penggarapannya, Sheeran bekerja sama dengan Aaron Dessner (The National) setelah keduanya diperkenalkan oleh penyanyi Taylor Swift. Sheeran mulai menghadapi kesedihannya melalui penulisan album, dengan inspirasi dari lagu-lagu instrumental yang disediakan oleh Dessner.
Keduanya mulai menyusun album pada Februari 2022, menulis lebih dari 30 lagu dalam sesi studio mereka selama satu bulan di Kent, Inggris. Keempat belas lagu yang disuguhkan dalam Subtract hadir dalam tekstur yang mengarah pada folk hingga aransemen full-band dan balutan orkestra.
Kesedihan dan harapan
Pemilihan ”Boat” sebagai lagu pembuka rasanya tepat untuk menggambarkan keseluruhan nuansa album yang berisi kesedihan, tetapi juga terselip harapan. Menyimak keempat belas lagu di album Subtract, Sheeran sepertinya memang tengah berupaya mengurai impitan beban yang dirasakan Sheeran.
”Boat” yang disuguhkan dengan iringan gitar akustik, mengantarkan lirik melankoli yang menggambarkan periode keputus-asaan yang dialami Sheeran meski ada harapan untuk bertahan. Simak penggalan lirik ”Boat”.
They say that all scars will heal, but I know/Maybe I won’t, but the waves won’t break my boat/But the waves won't break my boat.
Dibuka dengan iringan gitar akustik dengan melodi yang tidak terlalu rumit, lirik ”Boat” terasa lebih mendominasi. Vokal Sheeran di lagu ini pun terasa ”mentah”, tetapi cukup mengantar getaran emosi yang dirasakannya.
Namun meski sentuhan orkestra menjadikan ”Boat” lebih liris, ”Boat” tidak juga terasa terlalu mengiris-iris perasaan. Cukup sopan sebagai lagu pembuka.
Di lagu kedua ”Salt Water”, nuansa melankoli keperihan masih terasa. Iramanya pelan, menampilkan vokal Sheeran yang rasanya masih terlalu manis untuk lagu berlirik sedih itu. Nuansa emosi memang tertangkap, tetapi masih terasa tipis meski lirik-liriknya kuat.
”And the clouds grip my face/Saying it’s alright to run from all this pain/Oh, when it's time to go/With one last breathe that's in my lungs/I scream, ”It’s all for love”/I scream, ”It's all for love"/.”
Saat vokal Sheeran melantunkan bagian refrain, ingatan segera merujuk pada lagu berjudul ”Fight Song” milik Rachel Platten. Ada nuansa yang terasa sama. Pada ”Salt Water” iramanya lebih lamat dengan alunan vokal yang lebih bergelombang, sementara pada ”Fight Song”, iramanya lebih cepat dengan alunan vokal yang lebih bertenaga.
Dari sisi judul, penggunaan kata salt mirip dengan salah satu judul lagu milik The National, ”Trouble Will Find Me” yang merupakan nominasi grammy. Judulnya ”Should Live In Salt”. Nuansa melakonlinya sama.
Di ”Eyes Closed”, ciri khas Sheeran dengan permainan gitarnya yang eksploratif muncul, memanfaatkan ketukan berirama dari alat pengulang yang biasa dia gunakan di lagu-lagu sebelumnya. Namun, yang jauh lebih menggedor adalah vokal Sheeran yang terasa sangat emosional di lagu ini.
Pemilihan ”Boat” sebagai lagu pembuka rasanya tepat untuk menggambarkan keseluruhan nuansa album yang berisi kesedihan, namun juga terselip harapan. Menyimak keempat belas lagu di album Subtract, Sheeran sepertinya memang tengah berupaya mengurai himpitan beban yang dirasakan Sheeran.
Tarikan vokalnya terasa naik turun tidak stabil, apa adanya, layaknya seseorang yang dipaksa menyanyi dalam situasi hati yang tengah tersiksa karena kesedihan yang mengimpit seperti tergambar dalam lirik ”Eyes Closed”.
”Just dancin' with my eyes closed/'Cause everywhere I look, I still see you/And time is movin' so slow/And I don't know what else that I can do/.”Cukup terasa menggerus perasaan.
Nuansa yang lebih optimistik tersimak di lagu keempat, ”Life Goes On”. Mungkin karena pilihan judulnya. Dimainkan dengan permainan gitar, vokal Sheeran tersimak lebih bertenaga. Liriknya masih menyimpan keperihan, tetapi diungkapkan dengan lebih lugas, tidak mengharu.
Baca juga: Ed Sheeran tentang Isi Pikiran dan Hati
Di lagu ini pencinta lagu-lagu Ed Sheeran pasti akan dengan mudah mengaitkan lagu ini dengan lagu lamanya yang populer, ”Thinking Out Loud”. Melodi dan caranya menyanyikan memang terasa hampir serupa.
Sementara ”Curtains” memberikan energi optimistik yang cukup kuat. Baik dari musik maupun liriknya. Meski di bagian refrain liriknya terasa terlalu biasa. Beberapa lagu di akhir album menawarkan nuansa yang lebih tenang, penuh harapan. Seperti ”No Strings”, atau ”The Hills of Aberfeldy” yang memiliki kemiripan dengan ”Perfect”. Melengkapi rangkaian kepedihan dan harapan yang menjadi terangkum di Subtract.
Sekali lagi, Sheeran tidak sedang mencoba membuat album yang akan disukai orang. Ini lebih pada caranya untuk menjadi jujur mengekspresikan perasaan yang dirasakannya dalam level tertentu kehidupannya.
Sebuah album, kadang harus dinikmati dalam waktu dan suasana yang tepat. Kadang perlu lebih dari sekali.