Konser Kings of Convenience, Kata “Satu Lagi” yang Meriah
Ibarat sahabat lama kembali berjumpa, kehadiran grup musik Kings of Convenience asal Norwegia memberikan kesan haru dan penuh tawa. Waktu memang tak mengendurkan ikatan persahabatan.
Setelah 13 tahun, grup musik Kings of Convenience kembali menggelar konser di Indonesia. Mereka menyapa penggemar di The Ballroom Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta (9/3/2023).
Ibarat sahabat lama kembali berjumpa, kehadiran grup musik yang beranggotakan musisi asal Norwegia Erlend Øye dan Eirik Glambek Bøe ini, memberikan kesan haru dan penuh tawa. Waktu memang tak mengendurkan ikatan persahabatan, justru mempererat.
Kerinduan penggemar terhadap Kings of Convenience (KoC) ditunjukkan dengan hadir di tempat acara lebih awal. Sejak pukul 18.00 WIB, penonton sudah menunggu di depan panggung. Padahal, KoC baru dijadwalkan mulai manggung pukul 20.30 WIB.
Penonton menunggu dengan sabar kehadiran KoC sambil duduk lesehan di depan panggung, bercengkrama dengan teman, atau bermain ponsel. Mereka hadir lebih dulu demi mendapatkan tempat pewe (posisi wuenak) untuk menyaksikan konser KoC.
Semakin malam, jumlah penonton semakin banyak. Tercatat sebanyak 5.500 tiket yang dijual promotor Aksara Events sudah ludes sejak jauh-jauh hari. Para penonton kebanyakan adalah generasi milenial yang lahir pada awal tahun 1980-1990an. Mereka mendengarkan KoC ketika masih duduk di bangku SMP atau SMA.
Tempat acara tersebut merupakan salah satu ballroom wedding terbesar di Jakarta. Dilihat dari lokasinya memang pertunjukan ini seperti dirancang untuk memberikan kesan intim dan penuh memori.
Penampilan KoC dibuka oleh musisi dari Aksara Records, Bilal Indrajaya dan Kurosuke. Mendekati pukul 20.30 Ballroom The Ritz-Carlton semakin sesak. Penonton mulai gelisah menantikan Erlend dan Eirik naik ke atas panggung.
Setelah dinanti-nantikan, duo akustik folk-pop asal Bergen, Norwegia, itu akhirnya muncul. Lampu sorot berwarna merah menerangi tubuh mereka. Penonton bertepuk tangan meriah.
Lagu “Comb My Hair” menjadi pembuka penampilan. Penonton yang sudah hapal lagu itu langsung ikut menyanyi bersama. Eirik mengatakan bahwa ini adalah konser musik terbesar KoC. Tiga kali ia mengatakan hal yang sama. “I got nothing to say to you,” katanya.
Bagi KoC, Indonesia memang punya tempat tersendiri di hati mereka. Pendengar KoC kebanyakan berasal dari Indonesia. Sebelum ini, KoC sudah dua kali manggung yaitu pada 2007 dan 2010 di Jakarta dan Bandung. Duo musisi ini bahkan sempat mengundang penonton asal Indonesia untuk menyaksikan konser mereka di London, Inggris, Oktober tahun lalu.
Selanjutnya, kedua musisi ini langsung membawakan lagu “Rocket Trail” dari album terbaru mereka Peace or Love. Lagu itu diluncurkan sebagai penanda untuk mengakhiri masa vakum KoC selama 12 tahun. Peluncuran lagu ini juga bertepatan dengan peringatan debut Quiet Is The New Loud yang kini berusia 20 tahun. Albumnya sendiri dirilis pada 2001 lalu di bawah label musik Virgin Records Ltd. Penonton menyambut lagu itu dengan bernyanyi bersama.
Erlend memuji suara dari penonton Indonesia. “Saya senang sekali, kalian bernyanyi dengan sangat baik. Rasanya kalian benar-benar ingin berada di sini,” ujarnya.
Keunggulan KoC adalah kesederhanaan penampilan. Mereka mengandalkan suara dan gitar akustik di atas panggung. Dengan itu, kualitas suara mereka terdengar jelas dan merdu. Petikan gitar yang harmonis menunjang penampilan dan membuat suasana terasa intim.
KoC melanjutkan penampilan dengan membawakan lagu-lagu hits mereka, seperti "Cayman Islands", "Angel", dan "Killers". Penonton terbuai. Sesekali penonton bergoyang mengikuti irama musik folk dari gitar akustik yang dimainkan. Ketika memainkan lagu "Cayman Islands", penonton tidak sabar. Mereka sudah bernyanyi sebelum intro lagu itu selesai dimainkan.
Suasana intim dan syahdu begitu terasa ketika KoC emmbawakan lagu "Love is a Lonely Thing". Di akhir lagu, Erlend menyelipkan lagu dalam bahasa Indonesia dengan kata-kata, “Bersandar… Menusuk Jiwa... Menusuk Jiwa…”
Erlend menuturkan ketika lagu itu selesai dibuat ia menyadari melodinya mirip "Bersandar", lagu yang dibuat oleh grup musik asal Indonesia White Shoes and the Couples Company (WSATCC). Sebelumnya Erlend memang pernah mengungkapkan lagu "Love Is A Lonely Thing" terinspirasi dari lagu "Bersandar" dari WSATCC.
Teman sekolah
Erlend dan Eirik berteman sejak remaja. Mereka merupakan teman sekolah yang sama-sama suka bermusik. Karya pertama mereka adalah rap komedi tentang guru olahraga. Setelah itu, mereka bermain bas dan gitar di sebuah band beranggotakan empat orang yang bernama Skog (berarti forest atau hutan). Ketika sedang liburan di Tunisia, mereka memutuskan untuk keluar dari band dan bermain berdua dengan gitar akustik.
Eirik bercerita bahwa pada 1999, ia masih tinggal di rumah orangtua. Erlend datang ke rumahnya dengan membawa gitar. Di atas sofa berwarna merah yang ada di ruang tamu, mereka mulai mengulik-ngulik gitar akustik. Lagu pertama yang mereka buat berdua berjudul “I don’t Know What I Can Save Your From”.
KoC bergabung dengan label Amerika, Kindercore, setelah tampil di festival musik Eropa pada musim panas 1999. Setelah sekitar setahun tinggal di London, mereka meluncurkan album debut Quiet Is the New Loud (2001). Pada tahun yang sama, mereka mengeluarkan album Versus yang merupakan remix dari trak lagu yang sudah diciptakan.
Baca juga: Dentum Musik di Antara Deru Knalpot
Setelah karya itu lahir, mereka hidup di kota berbeda. Boe tetap di Bergen, sebuah kota pesisir di Norwegia, untuk belajar psikologi, sementara Oye pindah ke Berlin di mana ia melanjutkan karier bermusik, merekam album solo (Unrest) dan mulai menjadi DJ. "Kita butuh istirahat dari satu sama lain sepanjang waktu. Ini sangat penting,” kata Eirik dengan tegas, dikutip dari The Guardian.
Pada 2004, kelompok musik ini mengeluarkan album kedua berjudul Riot on Empty Street. Salah satu lagu yang menyegarkan adalah “I'd Rather Dance With You” yang mengajak pendengar untuk berdansa. Lagu itu segera mengambil hati pendengar dengan menempati puncak MTV European List sebagai musik video terbaik.
Tahun-tahun setelahnya, kelompok ini menjadi sangat sibuk dengan menggelar konser di bebagai kota di Norwegia, Amerika Utara, Latin Amerika, dan Eropa. Diikuti dengan peluncuran album ketiga berjudul Declaration of Dependence pada 2009. Setelah 12 tahun tanpa album baru, pada 30 April 2019, Kings of Convenience merilis lagu baru berjudul, "Rocky Trail" yang diikuti album Peace of Love yang diluncurkan pada 18 Juni 2021.
Tertawa
Di tengah-tengah pertunjukan, Erlend sempat kebingungan karena pick gitarnya hilang. Musisi yang ada di atas panggung kemudian sibuk mencari pick gitar itu. Ia mengobrak-abrik alat musik yang ada di atas panggung. Penonton tertawa melihat tingkahnya.
Ternyata, Erlend menyimpan barang itu di dekat gitarnya. Ia terlihat salah tingkah di panggung. Kejadian ini menunjukkan betapa manusiawinya pertemanan mereka yang tak lepas dari hal-hal konyol. “Erlend ini setiap hari ada saja yang kelupaan,” kata Eirik menyindir temannya itu.
Ada satu lagi cerita lucu. Saat memainkan lagu "Me in You", duo musisi ini memainkan Ending sebanyak dua kali. Rupanya, ada petikan gitar yang tidak hamonis. “Maafkan aku. Kalian menyanyi dengan sangat keras. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan,” kata Erlend.
Penonton bertepuk tangan memberi dukungan sambil menjawab: “Tidak apa-apa…”.
Setelah membawakan 11 lagu, KoC mengundang dua musisi, yaitu Jorge Aguilar (drummer) dan Paco Rosas (basis) naik ke atas panggung untuk bermain musik dalam format band.
Erlend cerita bahwa mereka bermain pertama kali dalam format band di Meksiko. Ketika itu penontonnya tidak banyak. Hanya sekitar 200 orang. “Ternyata asyik juga. Jadi kami main lagi di Meksiko dan Amerika Utara. Ketika siap-siap tur Asia, saya ngajak mereka lagi,” katanya.
Ada empat lagu yang dibawakan dalam format band, yaitu “Fever”, “Boat Behind”, “Rule My World”, dan “I’d Rather Dance with You”. Kehadiran dua personil tambahan ini ini berangsur-angsur mengubah suasana pertunjukan dari semula syahdu menjadi lebih ceria.
Dalam pertunjukan di Jakarta, kedua musisi ini mencoba dekat dengan penonton melalui percakapan Bahasa Indonesia. Erlend sempat bertanya kepada penonton asal kota mereka. “Ada yang dari Jakarta? Bandung? Yogyakarta? Surabaya?”
Ia juga mengajari penonton berkata: “Satu lagi!! Satu lagi!!” ketika penonton meminta musisi ini menyanyikan satu chorus lagi. Setelah lagu “I’d Rather Dance with You”, KoC menutup pertunjukan dan sempat menghilang di belakang panggung. Penonton berteriak “Satu Lagi!! Satu lagi!! ” dengan meriah untuk menggantikan teriakan “We Want More”.
Teriakkan penonton membuat KoC kembali muncul di panggung. Total sebanyak 18 lagu dimainkan, termasuk tiga lagu encore, yaitu “Homesick”, “Little Kids”, dan “24/25”.
Sebelum mulai memainkan gitarnya, Erlend cerita mengenai lagu Homesick. “Lagu ini kami buat ketika tinggal di Inggris. Saat itu hidup berjalan tidak terlalu baik,” katanya.
Lagu itu sangat dekat dengan para perantau karena menggambarkan kerinduan terhadap rumah. “A song for… Someone who needs somewhere. To long for…Homesick, 'Cause I no longer know…Where home is.”
Sebelum mengakhiri penampilannya, Erlend berkata “Saya harap bisa kembali ke Indonesia secepatnya.” Kata-katanya disambut tepuk tangan meriah dari penonton.
Bilal Indrajaya mengatakan, lagu-lagu KoC termasuk yang pertama ia kulik-kulik di gitar ketika masih SMP. “Makanya, saat makan malam bersama mereka aku bawa tiga vinyl untuk minta tanda tangan. Teman-teman aku juga nitip, tapi aku tidak penuhi soalnya nggak enak masa aku datang bawa 20 album tanda tangan,” kata Bilal, sambil tertawa.
Christianto Ario Wibowo atau yang dikenal Kurosuke menuturkan, tampil di hadapan penggemar KoC memberikan kesan emosional. Di satu sisi ia senang ikut meramaikan konser grup musik yang lagu-lagunya menemani kehidupan remaja. “Di bilang beban juga ada beban, karena penonton menunggu KoC,” kata dia, sebelum manggung.
Namun, apapun yang terjadi, ia berusaha menikmati penampilannya.