"Teluh Darah" untuk Kaum Urban
Simbolisasi teluh jahat dan ilmu hitam direpresentasikan lewat sejumlah benda dan hewan macam paku berkarat, ulat belatung, dan kelabang ukuran besar.
Praktik teluh atau santet biasanya akrab di kalangan masyarakat agraris. Sutradara Kimo Stamboel bersama Rapi Films dan Disney Plus Hotstar mengangkat isu ini untuk konsumsi keluarga urban yang hidup nyaman di kota besar.
Cerita soal teluh ini digarap untuk serial Teluh Darah yang terdiri dari 10 episode. Film ini secara garis besar berkisah tentang aksi balas dendam menggunakan ilmu sihir atau hitam. Dengan sihir teluh, guna-guna, atau santet seseorang akan mencelakai musuhnya bahkan sampai mati.
Ada banyak metode teluh selama ini dikenal dan dipercaya di masyarakat Indonesia. Masing-masing cara punya ciri khas. Beberapa teknik dan ciri khas itu digambarkan dalam film serialnya seperti mengirimkan teluh berupa benda tajam macam paku berkarat atau hewan-hewan mengerikan macam ulat belatung atau kelabang.
Orang atau target yang disasar kemudian digambarkan akan menderita dan biasanya sampai muntah darah atau memuntahkan benda-benda sihir, yang “dikirimkan” kepadanya.
Selama ini Kimo dikenal sebagai sutradara spesialis film horor berdarah-darah. Beberapa karyanya menujukkan hal itu seperti Rumah Dara (2009), Ratu Ilmu Hitam (2019), Dreadout (2019), dan Ivanna (2022).
Salah satu ciri khas Kimo adalah kemampuannya merinci adegan sadis. Bagi mereka yang “alergi” melihat adegan berdarah-darah sebaiknya segera memencet tombol skip saat menonton film Teluh Darah ini.
Namun bagi mereka yang memang akrab dan menyukai karya-karya Kimo, bisa kembali menikmatinya walau di beberapa adegan ada beberapa kemiripan dengan film-film sebelumnya. Beberapa ciri adegan dalam film-film Kimo antara lain penggambaran hewan kelabang besar, yang merayap cepat berseliweran keluar masuk anggota tubuh termasuk di bawah kulit korban. Selain itu, ada adegan menyakiti diri sendiri dengan benda tajam tanpa sadar, baik karena pengaruh roh jahat atau lantaran tak tahan menahan rasa sakit teramat sangat.
Semua adegan macam itu ada dan mirip-mirip dengan yang bisa penonton temukan dalam film Ratu Ilmu Hitam, Ivanna, maupun Dreadout.
Horor keluarga
Secara garis besar serial Teluh Darah awalnya berkisah tentang kehidupan keluarga urban kelas atas, Ahmad Kusumawijaya (Lukman Sardi). Bersama istrinya, Astuti (Imelda Therinne), pasangan ini hidup Bahagia di sebuah rumah mewah yang besar bersama kedua anak mereka, Wulan (Mikha Tambayong) dan Wisnu (Justin Adiwinata).
Keluarga Kusumawijaya digambarkan sangat ideal, hidup serba berkecukupan, minum wine, dan makan steak mahal. Mereka juga harmonis dan senang saling berdialog. Sepanjang dua seri pertama keluarga ini banyak digambarkan selalu makan bersama di atas meja sambil saling bertukar cerita dan bersenda gurau.
“Saya memang coba membawa kisah ini ke dalam sebuah keluarga urban modern menengah atas, yang tinggal di kota besar. Dengan pengggambaran macam itu saya coba membuat orang merasa relate bahwa kejadian macam ancaman teluh juga bisa terjadi ke mereka dan siapa saja, termasuk yang kategori kelas atas dan tinggal di tengah kota,” ujar Kimo.
Kelas keluarga urban menengah ke atas diyakini Kimo juga ada di mana-mana tak hanya di Indonesia. Keberadaan cult culture macam kepercayaan akan hal-hal bersifat sihir dan roh jahat juga ada di mana-mana termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun.
“Jadi ketika mereka (yang di luar negeri) menonton maka mereka juga akan merasa bisa relate. Tapi mereka bisa juga mengetahui kalau seperti ini lho (cult culture) yang ada atau dari Indonesia,” tambah Kimo.
Dalam dua episode awal kali ini Kimo tampak ingin membangun ketegangan demi ketegangan yang berkelanjutan dan tereskalasi. Kejadian awal “serangan” teluh pun digambarkan bertahap sesuai penggambaran yang memang lazim dipahami masyarakat seperti suara dentuman tiba-tiba di atas rumah pada tengah malam.
Kimo mengilustrasikan penggambaran proses “pengiriman” teluh melalui adegan pergerakan seolah lewat sudut pandang burung yang melayang di tengah malam dari tempat asal menuju rumah sasaran.
Simbolisasi teluh jahat dan ilmu hitam juga direpresentasikan lewat sejumlah benda dan hewan macam paku berkarat, ulat belatung, dan kelabang ukuran besar. Selain itu, potongan bangkai hewan yang dibungkus kain seperti kafan atau bertuliskan mantra dan simbol, yang ditanam di dalam rumah atau ditaruh di atas loteng.
Bagi mereka yang akrab dengan kisah teluh dan santet ala Indonesia pasti paham dengan simbol-simbol tadi berikut kengerian yang ditimbulkannya.
Mengulang sukses
Produser Eksekutif Rapi Films Sunil Samtani mengatakan, sejak awal dia ingin mengulang sukses film-film horor yang diproduksi perusahaan filmnya seperti Ratu Ilmu Hitam dan sekuel Pengabdi Setan. Tetapi dia ingin menggarap film horor namun dengan pendekatan berbeda. Salah satu upayanya adalah membuat film serial untuk tayang di platform penayang film streaming berbayar (OTT).
“Saya waktu itu punya ide bagaimana kalau pasca Ratu Ilmu Hitam ini, kita membuat (film horor) serial dan tayang di OTT sehingga memungkinkan ditonton di luar negeri. Ketemulah diskusi dengan Disney. Setelah itu saya bicara lagi dengan Kimo yang juga ikut gabung dalam tim penulisan naskahnya. Dari awal sampai ending ada trademark-nya Kimo,” ujar Sunil.
Membuat cerita yang tidak membosankan sehingga orang mau tuntas menonton hingga episode final adalah tantangan terberat bagi Sunil. Dua episode awal menurutnya menjadi faktor penentu sekaligus pertaruhan bagi keseluruhan episode sebuah film serial. Naskah dan plot cerita yang kuat adalah salah satu syarat untuk mendukung semua itu.
Film-Film horor bertema mistis dan supranatural memang masih menjadi salah satu genre film yang laris di tanah air. Hal itu tampak dari masih maraknya beragam film dengan genre sejenis. Sebagian film-film horor mendulang sukses besar dengan menyedot jutaan penonton ke bioskop-bioskop.
Beberapa judul yang menonjol, setidaknya dua tahun terakhir, antara lain KKN Desa Penari dan Pengabdi Setan 2: Communion. Keduanya tayang di bioskop tahun lalu dan sama-sama sukses mendapat jackpot, begitu sebutan kalangan pembuat film ketika total penonton filmnya mencapai angka fantastis setidaknya melebihi sejuta penonton.
KKN Desa Penari jumlah penontonnya bahkan menembus angka sembilan juta. Sementara itu berturut-turut film Pengabdi Setan 2: Communion dan pendahulunya, Pengabdi Setan, masing-masing mendapat 6,3 juta dan 4,2 juta penonton.
Siapa yang tidak "ngiler" dengan pencapaian ini?