Mesin Waktu Westlife
Westlife membawa penggemarnya bernostalgia ke masa sekitar 25 tahun lalu.
Penampilan Westlife di Stadion Madya, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (11/2/2023) malam, ibarat mesin waktu yang membawa para penggemar mereka bernostalgia ke masa hampir 25 tahun lalu. Meski menjelang akhir penampilan mereka hujan mengguyur Jakarta, kelompok vokal asal Irlandia yang diawaki oleh Shane Filan, Mark Feehily, Kian Egan, dan Nicky Byrne ini masih bisa mengantar penggemar mereka terbang melintasi waktu meski tanpa sayap, ...Flying Without Wings...
Adalah nostalgia yang mengantar Adila (45) berjejalan di antara ribuan penggemar Weslife lainnya di Stadion Madya. Perempuan asal Bekasi ini sudah sejak jauh-jauh hari membeli tiket demi menyaksikan konser skala stadion Westlife di Jakarta pada Sabtu malam. Dia datang beramai-ramai bersama teman-teman perempuannya, sama-sama pemburu konser.
Dia memang belum pernah menonton Westlife. ”Jadi niat banget emang mau nonton penampilan mereka di Stadion,” kata Adila ceria. Di antara antrean penonton yang membeludak, promotor PK Entertainmnet dan Sound Rhythm mengatakan tiket terjual sebanyak 25.000. Adila tersenyum ceria sambil sesekali berswafoto bersama teman-temannya.
Armand (50) tak kalah antusias. Meski dia bukan penggemar Westlife seperti istrinya, Dina, dia rela mengantre demi menemani sang istri. ”Dia fan sejak Westlife muncul tahun 1998 dulu dan pengin sekali nonton. Ya sudah, saya antar,” ujarnya tak kalah semangat. Dengan sabar, Armand mengambil foto istrinya dengan berbagai gaya. Dia juga mengambil video istrinya setiap kali dia menyenandungkan potongan lirik lagu Westlife lirih-lirih.
Sabtu malam, kawasan Stadion Madya memang tumplek blek manusia. Sejak sore mereka sudah memadati kawasan GBK, hingga membuat kemacetan tak terhingga di kawasan seputar Senayan. Di dalam Stadion Madya, antusias penonton terlihat semakin luar biasa.
Penonton yang datang multiusia dan rata-rata perempuan. Banyak yang datang bersama teman, pasangan, juga keluarga. Mereka berdandan menggenakan atribut kaus Westlife yang sama, bando wajah personel Weslife, tak ketinggalan kipas untuk menghalau panas. Semua senang, semua gembira.
Saat pukul 20.00 kembang api meletus di udara, teriakan membahana pun mewarnai seantero stadion. Sempat jeda beberapa menit, keempat personel Weslife tampil di panggung dengan dandanan necis ala pemuda era ’90-an. Seketika gemuruh melanda stadion.
Westlife membuka penampilan mereka dengan ”Starlight”, singel andalan dari album terbaru mereka Wild Dreams. Harmonisasi vokal mereka masih sempurna, kompak, pun saat harus menjangkau nada tinggi. Koreografi mereka di atas panggung juga masih cukup luwes meski tak seheboh gerakan para boyband Korea yang kini menguasai panggung pertunjukan musik dunia.
Di era ’90-an, merekalah boyband penguasa panggung. Di belakang mereka, visual layar memainkan efek spesial yang membuat panggung terasa megah dan penuh warna. Meski hampir 25 tahun terlewat sejak kehadiran pertama mereka di Jakarta tahun 1999, kualitas vokal mereka masih cukup sempurna.
Berturut-turut mereka membawakan lagu-lagu hit Westlife, seperti ”Up Town Girl”, ”Fool Again”, ”If I Let You Go”, ”Swear It Again”, hingga lagu-lagu medley ABBA, dan berlanjut ke ”Seasons In The Sun”, ”Flying Without Wings”, lalu ditutup ”Hello My Love” dan ”You Raise Me Up”. Penonton beranjak dari kursi mereka karena hujan keburu turun.
”Tapi aku puas sih. Kangennya terbayar,” kata Adinda, berbasah-basah menggunakan jas hujan bersama dua sahabatnya.
Jalan terjal
Dibentuk tahun 1988 mengekor kesuksesan boyband seperti Take That dan Boyzone, Westlife kemudian menjadi salah satu band terlaris sepanjang masa. Sebelum bubar tahun 2012, Westlife merilis 13 album, memulai 12 tur dunia, memperoleh 28 cakram platinum, dan menjual lebih dari 55 juta rekaman di seluruh dunia.
Kesuksesan mereka terus berlanjut ketika mereka bersatu kembali dan merilis album Spectrum tahun 2019. Pada akhir 2021, mereka kembali merilis album terbaru Wild Dreams dengan singel andalan ”Starlight”, disusul tur konser di seluruh Inggris, termasuk di stadion ikonik London, Stadion Wembley.
Konser di Stadion Madya merupakan salah satu rangkaian tur Asia Westlife 2023. Penampilan mereka di Stadion Madya besutan PK Entertainment dan Sound Rhythm, dipenuhi 25.000 penonton.
Co-Founder dan COO PK Entertainment Harry Sudarma, sehari sebelum konser berlangsung, mengungkapkan, salah satu alasan mereka menghadirkan Westlife adalah karena basis penggemar Westlife yang sangat besar di Asia, terutama di Jakarta. ”Antusiasme dan loyalitas mereka luar biasa besar. Makanya pas ada kesempatan, kami bawa Westlife untuk para penggemar di Jakarta,” ujarnya.
Untuk konser skala stadion ini, mereka bertekad memberikan pengalaman terbaik bagi para penonton. Salah satunya, dengan suguhan pertunjukan megah bertabur efek spesial menggunakan tata suara berkekuatan 250.000 watt dan LED 150.000 watt.
Tak banyak yang tahu, di balik gemerlap panggung Sabtu malam itu, perjalanan menuju terbentuknya kembali Westlife tidak mudah. Personel Westlife masing-masing telah melalui masa-masa yang buruk dalam kehidupan pribadi mereka. Panggilan besar untuk kembali bermusik bersama berhasil kembali menyatukan mereka. Mereka ingin memegang kendali musik mereka sendiri.
Baca juga : Konser Westlife di GBK Megah dengan Sentuhan Efek Spesial
Penyanyi utama Westlife, Shane Filan, harus berjuang untuk bangkit dari kebangkrutan yang dideritanya. Filan, sebelum bergabung dengan Westlife, belajar bisnis dan akuntansi hingga sukses mendirikan kerajaan properti Shafin Developments.
Shafin mengambil pinjaman untuk membangun 90 rumah di Dromahair, Co Leitrim, panti jompo, dan supermarket. Saat resesi melanda, rencana harus dibatalkan dan perusahaan itu runtuh di tahun 2012, meninggalkan utang belasan juta euro.
Filan mengatakan sangat terpukul dengan peristiwa tersebut. Dia mengaku telah bekerja sangat keras untuk mengurangi utang-utangnya. Selama kariernya sebagai penyanyi solo, Filan merilis tiga album, yaitu You and Me (2013), Right Here (2015), dan Love Always (2017).
Mark Feehily mendapat semua yang dia impikan di tahun 2019 ketika dia dan tunangan gay-nya, Cailean O’Neill, menyambut bayi perempuan mereka, Layla. Feehily mendeklarasikan diri sebagai gay tahun 2005, setelah melalui masa pencarian jati diri yang panjang. Pengakuan itu mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Feehily juga kemudian bersolo karier menggunakan nama Markus Feehily. Pada Februari 2015, dia merilis singel perdananya, ”Love Is a Drug”.
Sementara Nicky Byrne memulai karier sebagai pesepak bola profesional bersama Leeds United di tahun 1995 dan menyabet FA Youth Cup di tahun 1997. Tiga tahun kemudian Byrne bergabung dengan Westlife.
Dari pernikahannya, Byrne memiliki anak kembar. Namun, dunianya hancur berantakan karena kematian ayahnya. Di antara tahun-tahunnya dengan Westlife, Byrne mengukir karier di TV dan radio, sukses membawakan acara seperti Dancing With the Stars versi Irlandia.
Kian Egan memenangi serial I’m A Celebrity… Get Me Out Of Here di tahun 2013. Dia merilis album solonya, Home, di tahun 2014 dan mencapai peringkat ke-9 di tangga lagu Inggris. Kehidupan rumah tangganya terguncang setelah kematian ayah dan ibu mertuanya karena kanker. Pengalaman pahit itu terus membekas meski dia berusaha untuk terus melangkah maju.
Brian McFadden, yang keluar dari Westlife tahun 2004, kabarnya pernah ingin kembali bergabung dengan Westlife. Namun, pintu sudah tertutup untuknya. Keputusannya meninggalkan Westlife kala itu adalah karena Westlife diminta meng-cover lagu hit milik Barry Manilow, ”Mandy”.
Jalan terjal nyatanya berhasil dilewati Westlife. Seperti harapan yang mereka sematkan pada album Wild Dreams, berkonser lagi dan bertemu penggemar, tak lagi sekadar mimpi.