Mereka Ulang Esensi tentang Keluarga
Berkah bisa mewujud dalam berbagai bentuk. Salah satunya, dapat memilih keluarganya sendiri di kemudian hari.

Adegan Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang.
Berkah bisa mewujud dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah dapat memilih keluarganya sendiri di kemudian hari. Tempat pulang menjadi diri sendiri tanpa melulu dihakimi sehingga tak perlu lagi bersembunyi.
”Pergi ke London seperti tiket bebas,” ujar Honey yang diperankan Lutesha di film Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang ketika menceritakan tentang Aurora, yang mulai diputar di bioskop sejak 2 Februari 2023.
Kalimat ini disampaikan kepada adik dan kakak Aurora, Awan dan Angkasa, saat mereka meminta penjelasan mengenai Aurora. Hal senada diulang Aurora langsung di hadapan dua saudaranya yang jauh-jauh menyusulnya ke London, Inggris.
Pasti sakit dan terasa sesak bagi Awan dan Angkasa saat mendengar sepenggal kalimat itu. Kepergian Aurora, si anak tengah, nyatanya bukan hanya untuk menuntut ilmu, melainkan juga upaya lepas dari belenggu.
Baca juga: Konflik Penghangat Hidup
Bagi yang telah menyaksikan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020), Aurora yang diperankan Sheila Dara Aisha mencuri perhatian meski tersembunyi. Sikap diamnya menyimpan banyak luka.
Wajar saja, perhatian sang ayah semua tercurah pada si bungsu Awan yang dimainkan Rachel Amanda. Lampu sorot di keluarga itu juga mengarah ke si sulung Angkasa yang diperankan Rio Dewanto karena selalu diposisikan sebagai pelindung adik-adiknya oleh sang ayah.
Lewat Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang, Aurora menjadi pusat dunia. ”Banyak dari penonton NKCTHI itu yang penasaran dengan Aurora. Jadi, tentu menarik untuk dibuat. Hanya saja pendekatan kali ini berbeda,” tutur sutradara film ini, Angga Dwimas Sasongko, seusai pemutaran perdana, Kamis (26/1/2023).

Adegan Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang.
Sudut pengambilan gambar yang dilakukan Angga pada film ini terasa personal. Pada bagian pembuka saja, penonton sudah disuguhkan pengambilan gambar yang terus bergerak cepat hingga hanya memperlihatkan kilasan-kilasan wajah Aurora. Tanpa disadari, pengambilan gambar ini mengantarkan masuk ke dunia Aurora yang masih bingung, terombang-ambing, dan sulit untuk menegaskan posisinya di tengah kekalutan yang dialaminya.
”Waktu bikin Jalan yang Jauh, saya jadi orang yang mengamati saja. Yang saya tangkap adalah dunianya Aurora. Sheila bebas untuk bereksplorasi juga. Kamera juga dibuat sefleksibel mungkin agar lebih personal,” ujar Angga.
Untuk alur cerita, Angga kembali pada gaya penceritaan nonlinear yang dipakainya juga untuk mengemas NKCTHI, Story of Kale: When Someone’s in Love (2020), dan Mencuri Raden Saleh (2022). Walakin, untuk film kali ini, lompatan waktunya cukup ekstrem dan tak tertebak hingga tak terbaca linimasanya dengan jelas.
”Metodenya memang eksperimental penulisan dengan kesadaran menulis acak. Lompat ke dua bulan ke depan, balik lagi, lompat ke dua hari ke depan, lalu mundur lagi. Orang enggak perlu memahami garis waktu. Alur cerita itu disusun berdasarkan development karakternya,” ungkap Angga.
Salah satu tujuannya juga ingin membuat penonton tidak sepaham dulu dengan Aurora. Namun, seiring berjalannya cerita dengan aneka detailnya, penonton baru mengerti dan ikut terisak-isak karena merasa lebur ke dalam Aurora.
Si anak tengah
Meski teori milik psikolog Alfred Adler terkait sindrom anak tengah tak terbukti ketika dilakukan penelitian, nyatanya ada yang mengalami. Salah satunya, Aurora. Ia berwatak tenang, tapi kerap merasa diabaikan hingga akhirnya memberontak.
Sedikit berkaca dari NKCTHI, adegan ketika ayah lebih sering bersama Awan, si bungsu, dan terlampau protektif. Bahkan, di tengah momen pameran yang sangat penting bagi Aurora, sang ayah yang diharapkannya hadir justru masih sibuk dengan Awan. Belakangan, Aurora berhasil menyampaikan luka yang dipendamnya pada puncak cerita dan ditutup dengan kepergiannya ke London diantar keluarganya.

Adegan Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang.
Setelah semuanya dan ditambah dengan jarak yang jauh dari rumah, Aurora makin digelimangi perhatian oleh ayahnya. Uniknya, Aurora malah jadi tak nyaman dengan curahan perhatian yang berlebih itu. Kehadiran Awan dan Angkasa ke London yang khawatir pun makin menekan kondisi psikis Aurora karena ia paham kehadiran saudaranya kerap kali penuh penghakiman seperti yang selama ini lumrah terjadi di rumah.
Padahal, apabila mengacu pada kondisi Aurora saat itu, datangnya Awan dan Angkasa bisa saja menjadi angin segar. Kondisi Aurora yang tengah merantau di negeri orang itu baru saja keluar dari hubungan beracun dengan pacarnya, Jem (Ganindra Bimo), gagal lulus tepat waktu, hingga luntang-lantung menumpang tinggal di apartemen milik Honey dan Kit (Jerome Kurnia).
Alih-alih merasa lega dan senang karena kakak dan adiknya datang di masa sulitnya, Aurora bersikap sebaliknya. Ia terasa berjarak bahkan cukup jelas terganggu karena memprediksi dirinya akan dihujani banyak pertanyaan karena tak bisa dihubungi selama dua bulan. Ia juga menyadari jawabannya tak akan mendapat validasi, tapi cecaran yang didapatinya.
Problematikanya pun bukan lagi si anak tengah yang tak disayang. Namun, bentuk sayang yang diperolehnya ternyata berbeda dengan ekspektasinya. Si anak tengah pun kini merasa tidak ada yang mengerti atau mendengarkan apa yang diinginkannya.
Di sisi lain, Honey dan Kit yang dicarinya ketika kehidupannya di London berubah suram menawarkan kehangatan versi Aurora. Ia tak pernah dihakimi atas apa pun keputusannya. Honey dan Kit tetap menemani. Bahkan, Aurora merasa mendapatkan keleluasaan untuk mengenal dirinya tanpa didikte harus begini atau harus begitu.
Meski apa yang dirasakan Aurora ini kadang tak spesifik juga terjadi pada anak tengah. Sebab, kebutuhan semua anak untuk dimengerti, didengar, dan diberi kepercayaan untuk mandiri nyatanya adalah bahasa kasih yang diharapkan dari keluarga sedari lahirnya.
Ketika sulit menggenapinya, anak-anak seperti Aurora ini akan mencari. Beruntung bagi mereka yang menemukan keluarga pilihannya dalam wujud teman sebaya atau orang-orang yang tak terduga. Rasa senasib sepenanggungan yang terbangun mengeratkan ikatan berbuah kenyamanan.
Bahkan, bisa jadi, keluarga pilihan ini jauh lebih mengenal dibandingkan keluarga kandungnya. Seperti Aurora, Honey dan Kit dirasa lebih mengerti dirinya. Ini semua wajar karena keduanya turut serta dalam proses Aurora mengenal dirinya sendiri.
Sementara Angkasa justru merasa tak mengenali Aurora. Awan pun menjawab dengan bijak, ”Atau, memang sesungguhnya kita enggak saling kenal satu sama lain, Mas?”
Saudara kandung dan tinggal serumah memang bukan jaminan juga saling mengenal. Sebab, keluarga tidak hanya mereka yang telah bersama sedari lahir. Untuk Aurora-aurora di luar sana, semoga berlabuh pada keluarga pilihan yang mampu melimpahi kasih yang sesuai. Peluk untuk kalian.