Upaya bertahan hidup pascakiamat kerap menjadi tema menarik untuk sebuah film. Apalagi jika penyebabnya pandemi global infeksi jamur mematikan asal Jakarta.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Film bersubgenre pascakiamat (post-apocalyptic) biasanya punya beberapa kesamaan. Dunia hancur lebur akibat berbagai sebab, namun beberapa gelintir manusia selamat. Mereka yang selamat lantas mencoba bertahan hidup dalam kondisi yang selalu terancam marabahaya.
Ancaman terutama terkait dengan sebab-sebab pemicu kiamat sebelumnya. Entah berupa makhluk atau monster alien ganas, zombi pemakan manusia, kondisi alam yang hancur, kelangkaan sumber makanan, atau infeksi penyakit baik akibat virus maupun bakteri mematikan. Semua hal mengerikan yang bisa membunuh kapan dan di mana saja.
Berbeda dengan banyak film bersubgenre serupa, The Last of Us menawarkan plot cerita alternatif. Sebuah kiamat dan kehancuran peradaban dipicu pandemi global akibat penyebaran sejenis jamur yang dapat menginfeksi manusia. Tak hanya menginfeksi, jamur ini juga mengubah inangnya menjadi monster seperti zombi.
Mengambil setting waktu dua dekade pasca-kehancuran peradaban modern, Joel Miller (Pedro Pascal), salah seorang penyintas, disewa menyelundupkan Ellie Williams (Bella Ramsey) keluar dari zona karantina. Gadis genius usia 14 tahun itu diyakini punya keistimewaan yang akan memberi harapan bagi umat manusia.
Jamur yang menginfeksi manusia dan memicu kiamat global di film ini bernama Cordyceps. Di dunia nyata jamur jenis ini ada dan diketahui bisa menginfeksi makhluk hidup dan menjadikannya seperti zombi yang bisa dikendalikan oleh si jamur.
Namun, tak perlu khawatir karena sampai sekarang faktanya baru makhluk hidup sebatas serangga seperti semut yang dapat diinfeksi dan dikendalikan oleh Cordyceps. Kalaupun ada jenis jamur yang bisa menginfeksi manusia saat ini, boleh jadi itu sebatas jamur kulit.
Berbeda dengan tampilan bentuk monster zombi yang bentuknya seperti jasad busuk, monster akibat infeksi jamur di film ini berpenampilan seperti manusia namun ditumbuhi kapang atau jamur raksasa.
Semakin lama seseorang terinfeksi dan jamur tumbuh di dalam tubuhnya, maka akan semakin membesar wujudnya. Makhluk-mahluk yang terinfeksi ini terkoneksi layaknya jamur di kehidupan nyata. Secara alami jamur terhubung dan membentuk ekosistem kompleks melalui jaringan miselium. Kondisi ini yang membuat monster jamur di The Last of Us jauh lebih sulit untuk dihadapi ketimbang zombi biasa.
Bermula dari Jakarta
Sejak tayang perdana 23 Januari 2023, episode perdana film serial yang diadaptasi dari salah satu konsol video game berjudul sama sejak pada dekade silam itu sukses menyedot perhatian. Video game hasil kerja sama Sony Interactive Entertainment and Naughty Dog itu telah mendapatkan ratusan penghargaan sebagai permainan terbaik.
Berdasarkan data pihak HBO, seperti dikutip dari situs www.eurogamer.net, The Last of Us kini menjadi film serial kedua yang paling banyak ditonton sepanjang satu dekade terakhir. Seperti dilaporkan Variety, dari kombinasi angka resmi dan data yang dikumpulkan Nielsen, angka penayangannya (viewership) mencapai 4,7 juta penonton untuk episode perdana.
Pada episode kedua, viewership-nya melonjak 22 persen menjadi 5,7 juta penonton. Angka itu belum memperhitungkan jumlah penonton yang ada di luar AS.
Menariknya, di episode kedua, plot cerita mengisahkan tempat asal muasal pandemi global dimulai, yaitu Jakarta, Indonesia. Secara sekilas nama Jakarta sebagai ibu kota Indonesia sempat disinggung dalam dialog di salah satu adegan antara Joel dan putrinya, Sarah Miller (Nico Parker).
Pada episode kedua, selain berlatar tempat Jakarta, film juga menampilkan artis film Indonesia, Christine Hakim. Christine memerankan karakter Profesor Ratna, guru besar mikologi dari Universitas Indonesia.
Penggambaran suasana kota Jakarta dalam episode kedua ini juga terbilang menarik walau terkesan tipikal sebagaimana cara Hollywood menggambarkan negara-negara berkembang yang suram dan semerawut. Namun, dari situs www.imdb.com diketahui, tak satu pun pengambilan gambar benar-benar dilakukan di Indonesia. Sebagian besar di Kanada dan satu lagi di Missouri, Kansas City, Amerika Serikat.
Secara selintas di episode kedua ini kota Jakarta dinyatakan sebagai titik awal penyebaran wabah jamur zombi. Sejumlah orang dikabarkan mengamuk di sebuah pabrik tepung terigu. Pada kehidupan nyata, jamur jenis Cordyceps memang ditemukan terutama di hutan-hutan Asia, khususnya Asia Tenggara. Dengan begitu, penentuan Jakarta masih cocok dengan plot ceritanya.
Proses penggarapan produk film serial hasil penyeberangan (crossover) dari salah satu konsol video game ini melibatkan kolaborasi antara Neil Druckmann, sang pembuat video game asli, dan penulis skenario serial Chernobyl (2019), Craig Mazin. Serial The Last of Us diyakini bakal menjadi salah satu dari sedikit film versi crossovervideo game yang sukses.
Mengutip kantor berita AFP, dari daftar Box Office Mojo, hanya lima film di genre ini sukses melampaui pendapatan 400 juta dollar Amerika Serikat, setara hampir Rp 6 triliun. Pada posisi teratas ada Warcraft (2016) yang sukses meraup 439 juta dollar AS, setara hampir Rp 6,6 triliun, di seluruh dunia.
Selain itu juga ada Lara Croft: Tomb Raider (2001), dibintangi Angelina Jolie, dan terbaru serial animasi pemenang penghargaan Emmy dari Netflix, Arcane, berlatar alam semesta League of Legends. The Last of Us adalah film adaptasi pertama HBO dari video game.
Dalam wawancara dengan The New York Times, Druckmann menyebut hal terpenting dalam mengadaptasi game ini adalah ”menjaga jiwanya”, tidak harus di setiap adegan. Dia menambahkan, apa yang membuat satu pertunjukan adalah karakternya.