Slank memaknai ulang tahunnya ke-39 dengan mempersembahkan konser yang harus berbeda dibandingkan sebelumnya. Kali ini, mereka menunjukkan keprihatinan mengenai residu politik yang masih saja membekas dalam benak publik.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·5 menit baca
Puncak perayaan ulang tahun Slank ke-39 digelar dengan konser di pelataran Candi Prambanan, Yogyakarta, Sabtu (17/12/2022) malam. Band yang senantiasa membawa semangat persatuan, kebebasan, dan kemerdekaan itu menyuguhkan aksinya yang bertajuk Slank Beautiful Smile Indonesia Tour.
Gerbang sudah dibuka untuk penonton sekitar pukul 15.00. Lebih kurang 1,5 jam berselang, barulah band perdana menggebrak dengan lagu perdananya, “Soekamti Day”, disusul “Rock Radio”, dan “Semoga Engkau di Neraka”. Bisa ditebak, Endank Soekamti yang pertama menjajal panggung.
Band asal Yogyakarta itu bermain dengan tempo cepat dengan tak menyisakan jeda untuk melantangkan tembang-tembang lain. Setelah menyapa penonton sejenak, mereka tancap gas dengan “Bau Mulut”, “Dinda”, dan lagu Slank, “Bang Bang Tut” versi Endank Soekamti. Tentu saja, lagu kebangsaan mereka sebagai penutup, “Sampai Jumpa” dimainkan dengan iringan koor penontonnya.
Ritme kemudian melandai dengan “Di Dadaku Ada Kamu”. Giliran Vina Panduwinata menyapa penggemarnya di tengah mentari yang masih saja terik. “Kalian enggak kepanasan? Tahu lagu ‘Burung Camar'?” katanya kepada penonton yang tak sedikit pula terdiri dari kaum milenial.
Penyanyi yang kerap disapa Mama Ina itu meneruskan aksinya dengan “Cinta”. Meski lebih senior, ia menunjukkan respeknya terhadap Slank dengan menyanyikan “Terlalu Manis”. Suara serak-serak basah si “Burung Camar” yang khas akhirnya dipungkasi dengan “Aku Makin Cinta”.
Setelah jeda untuk penonton makan, shalat Maghrib, dan istirahat, Stars and Rabbit menghanyutkan penggemarnya. Karya-karya mereka seperti “Little Mischievous”, “Worth It”, dan “Man Upon the Hill”, turut diramaikan dengan penghormatan untuk Slank.
“Jumpa lagi dengan Stars and Rabbit. Senang sekali hadir dan mempersembahkan lagu untuk Slank. Selamat ulang tahun. Kami bangga sekali dengan Slank,” ucap Elda Suryani. Maka, terlantunlah “Terbunuh sepi” dengan vokal dan raut wajah vokalis Stars and Rabbit yang melankolis itu.
Sekitar pukul 19.45, band yang ditunggu-tunggu akhirnya tampil. Spontan, Slankers alias penggemar setia Slank, mengelu-elukannya. Cabikan gitar Abdee Negara dan Ridho Hafiedz menemani lengkingan Kaka, sang vokalis, yang mengawali konsernya dengan “Mars Slankers”.
Tak perlu berlama-lama menunggu penonton menggila. Mereka bergoyang, mengacungkan jemarinya, dan membentangkan spanduk meski tetap tertib. Kaka belum kehabisan napas dengan berlari seraya menggemakan “Tong kosong” di panggung beralaskan lambang peace atau perdamaian itu.
“Senang banget di panggung lagi. Saya dengar ada yang datang dari Sumatera. Gila sekali,” katanya untuk membuka lagu yang sinkron, “Aku Gila”. Slank melanjutkan dengan “Lembah Baliem”, didahului penjelasan drumernya, Bimbim, soal lagu tentang saudara-saudaranya di Indonesia bagian timur itu.
“Apa pun yang terjadi, jangan pernah lelah untuk menyebarkan virus perdamaian di Indonesia. Yogyakarta siap? Semua Siap?” ucapnya. Seperti diduga, mengalunlah “Virus”. Kaka masih saja mondar-mandir ke panggung yang terbagi dengan platform tengah, kanan, dan kiri.
Kilas balik menuju Jogja balik ke album pertama dihamparkan Slank dengan lagu tentang penyesalan, “Karang”, diikuti salam Kaka. “Mudah-mudahan silaturahim ini banyak menghibur yang putus cinta,” katanya untuk membuka “Malam Minggu Lagi”.
Kerut boleh bertambah seiring umur, namun tak demikian dengan vitalitas Slank. Teriakan Kaka masih prima. Demikian pula Ridho yang sempat bermain solo gitar dan piano untuk menyertai Kaka menyanyikan “Sympathy Blues”, dibuntuti “Ku Tak Bisa” dan “Jinna” (Belasan dalam Pelarian)”.
Bimbim pun turut menyumbangkan suaranya lewat “Jadi Masalah” untuk kembali dialihkan Kaka dengan “Gak Welcome”. Kehangatan terjalin dengan puluhan Slankers yang diajak berjoget bersama di panggung ditingkahi “Orkes Sakit Hati” sambil sesekali berswafoto di hadapan Kaka.
Kejutan ternyata belum usai. Seusai “Sosial Betawi Yoi”, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, membacakan 13 Ajaran Gak Sempurna dari Slankisme, antara lain kita harus kritis, berjiwa sosial, dan penuh solidaritas. Lebih-lebih, ia juga mendendangkan “Terlalu Manis” bersama Kaka.
Selepas Ganjar turun dari panggung dan mengalunkan “Makan Gak Makan Asal Kumpul”, Slank sekaligus merilis lagu teranyarnya, “Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono”, diikuti “Terlalu Pahit”. Mereka menyudahi hiburannya dengan “Kamu Harus Pulang” dan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dengan kiprah sejauh ini.
Residu politik
Ivanka, basis Slank sekaligus salah satu penggagas konser itu, bersyukur impiannya terwujud setelah pandemi yang berlangsung sekitar 2,5 tahun. “Bukan murni dari saya, tapi diskusi dengan teman-teman. Mau manggung saja susah. Makanya, sekarang kami bikin konser yang sangat berkesan,” ujarnya.
Mereka berangkat dari keresahan akan dampak atau residu politik pada tahun 2014-2019 yang masih terasa sehingga menggelar pertunjukannya. “Kami sepakat mau bikin konsep yang menetralisir dan mengingatkan kalau perbedaan sangat wajar. Kemajemukan itu justru DNA Indonesia,” ujarnya.
Apa pun pilihan politik, agama, hingga suku, rakyat harus tetap bersatu. Maka, Slank ingin menenangkan dan merelaksasi penggemarnya. “Santai sambil mempererat semangat kebangsaan yang sempat terganggu karena tensi politik. Kami mau merapatkan barisan lagi,” ucapnya.
Slank memang ingin audiens pulang dengan kesadaran mengenai keberagaman yang jauh lebih luas. Mereka hendak mengingatkan Indonesia sejatinya merupakan keutuhan dalam kebinekaan. Slank menyambut tantangannya untuk menggugah penonton. “Berbeda-beda, ya, tapi kita enggak mesti tegang. Senyum itu termasuk ibadah paling murah yang bisa memecahkan sekat-sekat,” ujarnya.
Ada ke-40
Sementara, Kaka mengutarakan arti umur Slank dengan pikiran dan badan yang terus bergerak, serta menyenangkan masyarakat. “Bisa dihubungkan juga dengan tahun 2024 karena kami mau menebarkan mood (suasana hati) ramah. Konser digelar untuk menyambut tahun politik agar tak mencekam,” katanya.
Direktur Utama BOS Hendra Noor Saleh turut mengemukakan keoptimisannya kembali menggelar konser Slank dengan dukungan pengagumnya yang masif. “Kalau ada perayaan ulang tahun ke-39, tentu ada ke-40. Mudah-mudahan lebih meriah,” ucapnya dengan nada mantap.
Hiburan itu didahului pula dengan faedah untuk Slankers. Slank dan Bank Jateng berkolaborasi untuk meluncurkan gerakan memajukan UKM, Slankerpreneur. “Kami mendukung Slankers mengembangkan diri dengan memulai dan mengembangkan usaha sebagai apresiasi terhadap Slank,” kata Direktur Utama Bank Jateng, Supriyatno.