Foto dan Kekosongan dalam Lukisan
Karya Davy Linggar dan Heman Chong imenampilkan dualisme bentuk berbeda. Karya Davy bisa ditangkap secara inderawi, sedangkan karya Chong hanya bisa ditangkap secara batin.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F14%2F509ed855-d960-47d6-8a73-00758499f471_jpg.jpg)
Pengujung menyaksikan lukisan karya Davy Linggar bertajuk "Aperture" di ROH Projects, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2022). Pameran yang dibuka untuk umum ini akan berlangsung hingga 8 Januari 2023.
Melukis foto dan melukis kekosongan menjadi dua hal kontradiktif yang menggoda ketika karyanya ditampilkan di ruang pamer yang sama. Keduanya membangkitkan gairah berkarya dengan kelimpahan gagasan dan imajinasi tanpa batas.
Sebanyak 49 lukisan kecil di atas papan kayu berukuran 20 kali 20 sentimeter persegi ditata menyamping. Dari kejauhan, lukisan-lukisan karya Davy Linggar (48) itu seperti membentuk garis di dinding ruang pajang yang berbentuk huruf “U”.
Davy Linggar adalah perupa lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga menekuni profesi sebagai fotografer. Lukisan-lukisan kecil yang dibuatnya itu sekadar memindahkan gambar foto dari hasil jepretan kameranya.
Karya berikutnya yang lahir dari inspirasi melukis kekosongan atau kehampaan ditampilkan Heman Chong (45). Perupa asal Malaysia yang menetap di Singapura itu menampilkan bidang kosong berwarna putih seperti panel lukisan berbentuk huruf “U” pula.
Ukuran panel itu cukup besar. Tinggi panel tiga meter, panjangnya sembilan meter, dan lebarnya enam meter. Pengunjung pameran yang melihat karya Chong ini sering terkecoh dan bertanya, “Di manakah lukisannya?”
Karya Davy dan Chong ini menampilkan dualisme bentuk berbeda. Karya Davy bisa ditangkap secara inderawi, sedangkan karya Chong hanya bisa ditangkap secara batin.
Meskipun demikian, keduanya sama-sama menawarkan kesamaan berupa kelimpahan dunia gagasan dalam menciptakan sebuah karya seni. Karya Davy menawarkan kelimpahan gagasan obyek melukis dari foto-foto.
Hasil karya fotografi sekarang lebih mudah didapat. Apalagi saat ini hampir setiap orang memiliki telepon genggam yang dilengkapi kamera. Banyak peristiwa begitu mudah diabadikan menjadi foto atau video sehingga ini bisa menjadi sumber inspirasi melimpah yang bisa dijadikan obyek melukis.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F14%2Fa3846c31-a2a6-4eca-bc2a-1ee53685f508_jpg.jpg)
Deretan lukisan karya Davy Linggar bertajuk "Aperture" yang dipamerkan di ROH Projects, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2022).
Chong menempuh hal berbeda, tetapi tawarannya sama, yakni menjadikan sumber inspirasi yang melimpah dalam berkarya. Chong menawarkan sumber inspirasi secara imajinatif yang bisa diperoleh dari setiap orang yang datang.
Bayangkan, apa yang terjadi ketika kita berada di depan dinding panel putih yang begitu luas dan kosong di sebuah galeri pameran? Besar kemungkinan para pengunjung akan berimajinasi atau memiliki harapan tentang lukisan apa yang semestinya dipajang di ruang kosong tersebut.
Chong bukan lagi melukis kekosongan. Chong menghadirkan imajinasi setiap pengunjung tentang apa saja yang mungkin bisa dihadirkan di ruang pajang atau panel lukisannya yang kosong.
Karya Davy Linggar dan Heman Chong ini dipamerkan di sebuah pameran tunggal berdua, yang juga disebut dwipameran, di galeri ROH, Jakarta. Pameran berlangsung 10 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023 di sebuah bekas rumah yang terbilang kuno di Jakarta. Karya Davy yang bertajuk Aperture dihadirkan di ruang yang dinamai Galeri Orange, sementara karya Chong bertajuk Labyrinths (Libraries) di ruang yang dinamai Galeri Apple.
Melukis rasa
Dari 49 lukisan kecilnya itu, Davy mengungkapkan, semua karyanya hasil melukis rasa dari arsip fotonya. Ia tidak mengejar untuk menjadikannya sebagai lukisan realisme, tetapi menjadikan lukisan yang bercerita.
“Ini menjadi lukisan-lukisan yang memiliki pesan rasa,” ungkap Davy, Kamis (15/12/2022) di Jakarta.
Davy memilih foto dari sekian banyak foto yang menjadi arsipnya. Ia memilih dengan tidak berdasarkan tahun-tahun pembuatannya, tetapi lebih pada ketertarikannya seketika.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F14%2F9e3a9c25-fb9f-4004-9453-46478a9d2e06_jpg.jpg)
satu-satunya video karya Davy Linggar yang dipamerkan bersama lukisannya bertajuk "Aperture" di ROH Projects, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2022).
Pilihan papan kayu kecil untuk media lukisan juga membuat Davy bisa mengerjakan di berbagai tempat dan kapan pun. Kerap kali ia membawanya di saat harus memotret di luar kota. Ia kemudian sering melukis di hotel dengan obyek foto yang dipilih sebelumnya.
“Tempat melukis yang paling saya suka sekarang ini justru di tengah keluarga. Saya sering melukis di depan televisi ketika bersama anak dan isteri,” ujar Davy yang kembali melukis secara intensif tatkala memasuki masa pandemi Covid-19 sampai sekarang.
Sebelumnya, sejak 2015 Davy lebih banyak mengerjakan pekerjaan fotografi. Pada periode 2005 sampai 2013, Davy sempat aktif memamerkan karya-karya seni rupa.
Untuk pameran kali ini, Davy menyertakan karya lukisan paling awal yang dibuat pada 2022 dan berjudul, "Birthday Cake" atau "Kue Ulang Tahun". Ini diambil dari foto kue ulang tahun ibu mertuanya. Ada sepotong gambar mawar yang ia suka dari kue ulang tahun tersebut.
Karya lukis "Birthday Cake" ini pernah dipamerkan di Paris, Perancis, pada Oktober 2022 lalu. Ketika di Paris, Davy juga memamerkan karya seni video gerak pendulum jam dinding yang berdurasi 24 menit. Ia mengubah kecepatan gerakan pendulum jam yang sesungguhnya konstan. Di video seninya, pendulum itu kadang bergerak pelan, sangat pelan, atau cepat, dan sangat cepat.
Davy lewat karya video ini ingin mengingatkan persoalan relativitas waktu. Ada kalanya waktu terasa bergulir sangat cepat. Ada kalanya pula waktu terasa berlalu sangat lambat.
Untuk pameran di ROH kali ini, Davy menyertakan satu karya seni video sebagai seri karya Pendulum. Ia membuat karya video yang diberi judul "Radiant". Ini diambil dari hasil rekaman video dengan figur istri Davy yang sedang bergoyang melambaikan kedua tangannya selama delapan detik.
Davy mengulang-ulang tampilan video ini. Melalui karyanya ini ia hendak menyampaikan persoalan relativitas waktu.
Sebagian besar lukisan yang ditampilkan Davy berupa lukisan detail tangan. Menurutnya, ketika banyak mengerjakan pemotretan figur, ia banyak mengambil pose tangan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F14%2Fdb77b90b-d739-45db-b03b-0c117e8ebf62_jpg.jpg)
Pengujung menyaksikan lukisan karya seniman Singapura Heman Chong bertajuk "Labyrinths (Libraries)" di ROH Projects, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2022). Labyrinths adalah sekumpulan gambar yang menyerupai peta-peta ruangan yang terbangun dari petak-petak sempit.
“Gerak tangan itu seperti mata yang berbicara jujur. Semua foto yang saya lukis itu dari foto yang saya ambil 'candid’ atau diam-diam,” kata Davy, yang melukis dengan ragam gaya dan sengaja dipilih demi rasa kebebasan.
Labirin
Chong selain menampilkan instalasi dinding kosong, juga menampilkan 15 lukisan di atas kanvas masing-masing berukuran 61 kali 46 kali 3,5 sentimeter. Sebagian besar karya lukisannya merupakan seri labirin yang memiliki kedalaman makna tersendiri.
Jun Tirtadji, pemilik dan pengelola galeri ROH, menuliskan, kedalaman makna karya seri labirin itu tentang kemungkinan adanya gagasan atau ide di antara yang sudah berhasil dituangkan di dalam sebuah karya. Chong menerapkan karya dengan praktik berlapis dan transdisipliner.
Chong mengungkap kerumitan sosiopolitik yang di dalamnya menyimpan buku atau pengetahuan tersendiri. Karena itulah, Chong memilih makna lain untuk judul pameran Labirin juga sebagai Libraries atau Perpustakaan.
Karya lukisan Chong ini berbicara tentang keberagaman dan hubungan antara buku dengan ruang antara sebagai lanskap kehidupan masa kini. Bahasa visualnya adalah getaran konstan antara ruang positif dan negatif.
Getaran konstan memantik ketertarikan dalam memikirkan bagaimana gagasan dapat dengan mudah diselubungi atau disembunyikan di balik gagasan lainnya. Seperti menelusuri sebuah labirin, pada akhirnya bisa diperoleh pengetahuan-pengetahuan yang terus berlapis-lapis.
Labirin seperti suka duka dalam hidup. Ini lorong labirin setiap orang yang menyajikan banyak pengetahuan bermakna.
Melalui dwipameran Davy dan Chong, ROH menggulung kelimpahan obyek karya seni. Ada kelimpahan fotonya Davy, kemudian kelimpahan kekosongan serta labirinnya Chong.
Semua ini memberi semangat bagi seniman untuk terus berkarya dengan gagasan-gagasan yang melimpah. Gagasan-gagasan yang tidak ada batasnya.