Penyanyi Reda Gaudiamo akhirnya bisa merampungkan album solonya setelah empat tahun bergumul dengan penulisan lirik. Saking terbiasanya berduet dengan Ari Malibu, Reda nyaris lupa caranya main gitar.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·3 menit baca
Sejak 1982 sampai 2018, penyanyi Reda Gaudiamo selalu berduet dengan sohibnya, Ari Malibu. Reda bernyanyi, Ari main gitar. Duet bernama AriReda itu kerap melagukan puisi. Sebelum meninggal pada 2018, Ari meminta Reda membuat solo album. Permintaan sulit itu akhirnya mewujud empat tahun kemudian.
“Utang pada Ari Malibu lunas,” kata Reda dalam siaran pers peluncuran album berjudul nama lengkapnya itu. Pada 2017, Ari yang punya ide untuk masing-masing mereka membuat album solo. Tujuannya, demi penyegaran musik AriReda ketika bergabung kembali.
Namun, Ari keburu tutup usia pada Juni 2018. Sebelum meninggal, Ari meminta Reda melanjutkan proyek solo albumnya. Reda setuju meski tidak mudah baginya karena terbiasa ada orang lain yang mendampingi berkarya. Menulis lirik juga sulit baginya karena AriReda adalah duet yang melagukan puisi. Kebisaan Reda menulis fiksi dan naskah iklan tak memberinya kemudahan menulis lirik.
Kesulitan lainnya adalah membiasakan kembali bermain gitar. Selama berduet dengan Ari, Reda tak lagi pegang gitar. Dalam salah satu konser tunggal AriReda pada 2016, Reda sempat berduet gitar dengan Ari. Tapi bermain gitar sendiri dan merekamnya di album menjadi perkara tersendiri.
Perlahan-lahan, Reda menumbuhkan kepercayaan dirinya bermain gitar. Sebab, setelah kematian Ari, tawaran manggung kepada Reda tetap datang. Dia pernah mengajak gitaris Jubing Kristianto untuk mendampinginya di beberapa pentas. Partner bermain gitar di panggung dan menulis lagu rupanya dua hal yang berbeda. Mau tidak mau, Reda berupaya keras menulis lagu sendiri dan memainkan gitar sendiri.
Reda memerlukan waktu lebih dari tiga tahun menghasilkan 10 lagu yang ia inginkan. Satu lagu lainnya adalah karya Jubing Kristianto. Dari 11 lagu di dalam album, Reda menulis enam lirik lagu. Lainnya adalah melagukan puisi Sapardi Djoko Damoni, Rumi, dan doa Indian Pueblo. Di album ini, Reda memainkan gitalele, instrumen paduan gitar dan ukulele. Album ini diproduksi Reda bersama JK Records.
Album dibuka dengan nomor “Hujan” yang sendu. Hanya suara vokal Reda yang khas itu, dan suara ukulelenya. Pada lagu kedua, “Seperti Kabut”, Reda berduet vokal dengan solois Adrian Yunan, yang juga menyumbangkan bunyi kibor. Jubing mengisi bunyi gitar.
“Album ini menunjukan ekspresi berkesenian Reda yang murni, baik melalui lirik lagu, maupun corak musiknya. Kemurnian inilah yang saya jaga ketika diminta mengisi gitar untuk album ini,” kata Jubing. Sementara menurut Adrian, lagu pilihannya, “Seperti Kabut”, menggambarkan perasaan jatuh cinta yang tulus.
Reda juga mengajak Grace Monetta, adiknya yang tinggal di Jerman untuk mengisi bas dan harmoni vokal di lagu “Dance!”. Mereka saling berkirim berkas audio melalui surel.
Bagi Reda, album solo perdananya ini memberi kelegaan yang luar biasa. “Saya akhirnya bisa mengalahkan keraguan pada diri sendiri dengan menuntaskan album ini. Bangga juga mengalahkan rasa frustasi saat mengerjakannya,” kata dia.
Reda sepertinya memperlakukan album perdana ini dengan maksimal. Meski mengajak kolaborator untuk memberi warna pada musiknya, Reda mengerjakan sendiri aspek grafis dan lukisan sampulnya.
“Melihat perjalanan album ini, rasanya memang inilah saat kelahirannya; ketika pengalaman dan rasa sudah cukup matang. Lagi pula, setiap saat adalah tepat,” kata Reda, menyikapi album perdana yang lahir ketika dia berusia 60 tahun. Rasanya dia benar. Musik bagus tak mengenal usia. Mendengarnya pun bisa kapan saja.